Pontianak    

Terima Kunjungan Komisi VII DPR RI, Gubernur Sutarmidji Sampaikan Sejumlah Persoalan Kalbar: Listrik Jadi Atensi

Oleh : Jauhari Fatria
Jumat, 02 November 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline,

Pontianak – Gubernur Kalbar, Sutarmidji secara

langsung menerima kunjungan kerja Komisi VII DPR RI di Balai Petitih, Kantor

Gubernur Kalbar, Kamis (1/11/2018).

Selain dihadiri Gubernur Kalbar, Sutarmidji,

pertemuan ini juga dihadiri oleh Kapolda Kalbar, Irjen Pol Didi Haryono,

perwakilan Pangdam XII/Tanjungpura, instansi vertikal, unsur forkopimda serta

pihak terkait lainnya.

Mengawali sambutannya, Sutarmidji menyampaikan

sejumlah aspirasi dan persoalan yang dihadapi Kalbar kepada Komisi yang

membidangi energi, riset dan teknologi serta lingkungan hidup.

Sutarmidji mengucapkan terima kasih Komisi VII

DPR RI bersedia berkunjung ke Kalbar. Ia berharap diskusi yang dilakukan ini

dapat membawa suatu percepatan perbaikan kebutuhan dasar masyarakat Kalbar.

“Karena saat ini desa di Kalbar yang baru

teraliri listrik oleh PLN baru mencapai sekitar 85-86 persen. Kemudian dari

ketersediaan suplai sekitar 603 mega watt yang dipasok atau di impor dari Sesco

Malaysia sekitar 150 mega watt, beban puncak sekitar 568 mega watt,” kata

Sutarmidji.

Artinya dari sisi kemandirian, orang nomor

satu di Bumi Tanjungpura ini menilai Indonesia khususnya Kalbar belum mandiri

dalam persoalan kelistrikan.

“Inilah masalah yang dihadapi oleh Kalbar.

Sehingga kedepan perlu ada penyelesaian persoalan ini secara cepat. Karena tak

mungkin kita terus bergantung dengan negara lain. Bayangkan kalau kita ingin hadirkan

investor tapi listriknya sebagai kebutuhan utama bergantung dengan negara

lain,” tukasnya.

Selain itu, Midji juga menyebut bahwa

investasi yang paling banyak di Kalbar dari Malaysia. Kalau melihat dari

kebutuhan listrik, sebetulnya kata dia, ada kelebihan daya dalam pengelolaan

sawit menjadi CPO sekitar 6 persen, menurutnya kelebihan itu bisa mensuplai

kebutuhan listrik di Kalbar.

“Hanya saja pengaturan CSR-nya yang belum

jelas sehingga kelebihan suplai tenaga listrik yang ada di perusahaan pengelola

biji sawit menjadi CPO itu tidak termanfaatkan. Padahal kalau perusahaan

berkenan bisa saja dan juga tidak mengganggu operasional perusahaan. Jadi

kelebihan tenaga listrik mereka itu bisa saja dialirkan ke desa-desa dan

dikompensasi sebagai bagian dari CSR perusahaan, ini yang akan kita buat

kedepan,” tukasnya.

Soal listrik, Midji mengatakan pihaknya

kedepan akan terus mengkaji mengenai listrik dari tenaga nuklir.

Selain listrik, Midji juga menyampaikan bahwa

di Kalbar memiliki 2031 desa. Tapi yang menjadi miris, kata dia, hanya 1 desa

mandiri di Kalbar.

“Ketika desa mandiri hanya 1, bisa kita

bayangkan bagaimana ekonomi masyarakat pedesaan. Yang jelas dari 68 indikator

desa mandiri itu rata-rata baru tercakup antara 30-38 indikator, salah satunya

listrik. Jadi kalau kedepan kita bisa upayakan kelebihan pasokan dari

perusahaan-perusahaan sawit ini, mungkin kebutuhan listrik di Kalbar bisa

mencapai 90 persen keatas sekaligus mengurangi ketergantungan listrik dari

luar,” tukasnya lagi.

Midji juga mengungkapkan SDM di Kalbar yang

masih sangat terbatas. Kalbar, kata dia, lamanya orang bersekolah baru mencapai

7,3 tahun dan IPM berada diurutan 29 dari 34 provinsi. Daya saing berada

diurutan 28, kesejahteraan dan infrastruktur berada diurutan 33 dan hanya

menang dari Papua.

“Mudah-mudahan listrik kita kedepan tidak

kalah dari Papua,” tandas Midji.

Sementara Ketua Komisi VII, Gus Irawan

Pasaribu mengatakan agenda kunjungan kerja yang dilakukan dalam rangka membahas

berbagai persoalan, utamanya kelistrikan di wilayah Kalimantan Barat. Irawan

mengungkapkan saat ini terdapat tiga persoalan krusial di bidang listrik.

“Memang kita tahu ya, listrik ini ada tiga

titik krusialnya. Pertama soal daya, pembangkitan. Tadi disampaikan ada

surplus, tapi sesungguhnya masih ada impor dari Malaysia. Persoalan berikutnya

adalah gardu dan jaringan,” ujarnya.

Berbagai persoalan ini, kata Gus Irawan telah

dikantongi pihaknya untuk dibahas.

Besok (Jumat 1 November), kata dia, pihaknya

juga akan memperdalam pembahasan Komisi VII dengan PLN dalam rapat teknis.

“Kita mau cek ini, PLN kok klaim tidak ada

pemadaman tetapi masyarakat melalui wakil rakyat asal Kalbar kerap kali

komplain persoalan listrik ini. Pak Maman kan keluarganya tinggal di Pontianak,

tentu laporan ke beliau ternyata seringkali ada pemadaman. Kita mau cek, apakah

daya, jaringan atau gardunya,” tukasnya.

Ia juga mengatakan Provinsi Kalbar ini

merupakan Provinsi di Indonesia yang dijuluki Provinsi seribu sungai. Dengan

kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang

diantaranya dapat dan sering dilayari. Air, kata dia, merupakan sumber energi

listrik.

“Kalbar Provinsi Seribu Sungai tapi kok tidak

ada PLTA. Kita sangat mendorong energi baru dan terbarukan,” jelasnya.

Kita juga dihadapkan pada persoalan keterbatasan

pasokan energi listrik yang belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat

Kalbar seperti yang disampaikan Gubernur bahwa Kalbar baru 86 persen teraliri

listrik.

“Provinsi Kalbar juga masih terdapat masalah

pemenuhan kebutuhan listrik, padahal Provinsi ini juga memiliki sumber energi

yang cukup banyak dan beragam dan dapat dikembangkan,” pungkasnya.

Kunjungan kerja Komisi VII DPR RI di Kalbar

dijadwalkan akan berlangsung selama dua hari ini membawa sejumlah pejabat

Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian

Riset dan Teknologi.

Selain itu, kunjungan Komisi VII juga

didampingi oleh Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Djarot Sulistio

Wisnubroto, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Dewan Riset Nasional, LIPI,

LAPAN, BPH Migas dan sejumlah lembaga lainnya. (Fat)

Artikel Selanjutnya
Jaga Hubungan Baik, Mantan Cagub Kalbar Ini Ternyata Sering Diskusi Sambil Ngopi Dengan Masyarakat
Jumat, 02 November 2018
Artikel Sebelumnya
Atasi Persoalan Listrik, Gubernur Sutarmidji Dukung Kalbar Dibangun PLTN
Jumat, 02 November 2018

Berita terkait