SosBud    

Minat Baca Siswa Jaman Now

Oleh : Jauhari Fatria
Jumat, 23 November 2018
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

Oleh:

Rhoni Rodin, M.Hum

KalbarOnline,

Sosbud – Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang

kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyatakan bahwa

kondisi minat baca bangsa Indonesia memang cukup memprihatinkan.

Berdasarkan studi ‘Most Littered Nation In

the World’ yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret

2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal

minat membaca.

Indonesia persis berada di bawah Thailand

(59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk

mendukung membaca peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Kenyataan itu, menurut Anies, menunjukkan

Indonesia masih sangat minim memanfaatkan infrastruktur. Jadi, menurut dia,

indikator sukses tumbuhnya minat membaca tak selalu dilihat dari berapa banyak

perpustakaan, buku dan mobil perpustakaan keliling.

Lebih lanjut, penggagas gerakan ‘Indonesia

Mengajar’ itu menilai agar membaca bisa menjadi budaya perlu beberapa tahapan.

Pertama mengajarkan anak membaca, lalu membiasakan anak membaca hingga menjadi

karakter, setelah itu barulah menjadi budaya.

Minat

dan Motivasi Membaca

Minat baca sangat dipengaruhi oleh

motivasi. Keduanya bagai dua sisi mata uang yang tak mungkin dipisahkan.

Rendahnya minat baca berarti rendahnya motivasi anak untuk membaca. Motivasi

tersebut dapat berupa motivasi intrinsik maupun motivasi ekstriksik.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan

penulis selama bertahun-tahun, penulis mengidentifikasikan beberapa hal yang

secara dominan berpengaruh terhadap rendahnya minat baca siswa.

Pertama, membaca belum menjadi kebutuhan. Kegiatan membaca rupanya belum

menjadi kebutuhan bagi siswa. Mereka beranggapan tanpa membaca pun meraka tidak

mengalami kendala yang berarti. Keadaan ini dipengaruhi oleh kenyataan hidup

sehari-hari bahwa mereka jarang dihadapkan pada keharusan membaca untuk

mengatasi suatu masalah.

Kedua, Pengaruh media elektronik. Derasnya arus globalisasi informasi

melalui media masa elektronik juga andil terhadap rendahnya minat baca siswa.

Anak tidak harus membaca untuk memperoleh informasi yang diinginkan. Dengan

menyetel televisi anak dengan mudah memperoleh informasi menarik yang

disuguhkan. Bahkan mereka dengan leluasa bisa memilih informasi apa saja yang

diinginkan.

Ketiga, ketersediaan bahan bacaan di Sekolah. Minimnnya bacaan yang ada di

madrasah baik dari segi jumlah maupun mutu sangat berpengaruh terhadap minat

baca siswa. Hampir di setiap sekolah, apalagi sekolah di bawah lingkungan

Departemen Agama kondisi ini sangat memprihatinkan. Perpustakaan sekolah hanya

penuh dengan buku-buku paket, yang menumpuk dari tahun ke tahun.

Tapi buku-buku yang menjadi minat siswa

justru tidak tersedia. Novel-novel remaja, majalah-majalah remaja, atau

bacaan-bacaan pengetahuan populer justru hampir tidak tersedia. Padahal, siswa

yang masih dalam usia remaja sangat membutuhkan bacaan-bacaan yang sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

Keempat, kurangnya keteladanan membaca dari guru. Adalah suatu hal yang

ironis, bila guru senantiasa menuntut siswa-siswinya untuk rajin membaca,

sementara beliau sendiri tidak rajin membaca. Keteladanan guru dalam kegemaran

membaca sangat besar pengaruhnya terhadap kebiasaan membaca siswa. Apalagi di

sekolah dasar, guru benar-benar menjadi figur sentral. Kebiasaan membaca guru

akan sangat mempengaruhi minat baca siswa.

Kelima, budaya membaca dalam keluarga belum tumbuh. Kondisi ini biasanya

dilatarbelakangi oleh sebagian besar siswa yang berasal dari keluarga kurang

mampu. Rata-rata pekerjaan orang tua mereka mempunyai pekerjaan bertani dan

buruh.

Kesadaran untuk membeli buku atau

berlangganan koran belum ada. Jangankan untuk berlangganan koran, untuk

kebutuhan hidup sehari-hari saja cukup susah. Sehingga bagi mereka, buku bacaan

atau berlanggganan koran adalah suatu hal yang elite. Hal ini berdampak pada

kebiasaan membaca di kalangan mereka belum kuat.

Menumbuhkan

Minat Baca Siswa

Guru adalah sosok yang paling bertanggung

jawab untuk menumbuhkan minat baca siswa. Oleh karena itu guru harus mencari

upaya untuk menumbuhkan minat baca siswanya. Menumbuhkan minat baca berarti menumbuhkan

motivasi siswa untuk membaca. Untuk itu guru hendaknya menempuh upaya-upaya

sebagai berikut:

Sebelum berbicara lebih lanjut, terlebih

dahulu penulis ingin menguraikan sekilas mengenai teori kebutuhan Maslow.

Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia mengandung unsur bertingkat atau

memiliki hierarkhi dari kebutuhan yang rendah sampai yang prioritas tinggi.

Kebutuhan manusia yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis seperti makan,

minum dan pakaian. Apabila kebutuhan menduduki hierarkhi yang tertinggi dan

kebutuhan yang lain menduduki hierarkhi rendah.

Kebutuhan fisiologis (The physiological

needs) adalah kebutuhan yang paling dasar yaitu kebutuhan yang berhubungan

dengan biologis seperti makanan, minuman, pakaian dan papan tempat berteduh.

Kebutuhan rasa aman (The safety needs) adalah kebutuhan atas perlindungan dari

gangguan fihak lain baik yang berasal dari manusia lain maupun dari makhluk

lain seperti binatang buas dan sebagainya.

Pemenuhan kebutuhan ini dapat berupa

pemilikan alat-alat perlindungan, alat pertahanan diri, persenjataan, alat

tanda bahaya, dan sebagainya. Kebutuhan rasa aman akan muncul setelah kebutuhan

fisiologis terpenuhi. Setelah kebutuhan urutan kedua yaitu kebutuhan akan rasa

aman terpenuhi maka akan muncul kebutuhan urutan ketiga yaitu kebutuhan akan

dicintai (The love needs).

Kebutuhan yang bersifat sosial ini adalah

berupa kebutuhan untuk bergaul dengan manusia lain atau anggota masyarakat yang

lain. Kebutuhan ini dapat berupa memberi dan menerima rasa cinta kasih, rasa

diterima dalam kelompok, rasa membutuhkan dan dibutuhkan, rasa berteman atau

bekerja sama.

Apabila kebutuhan urutan ketiga ini telah

terpenuhi maka akan muncul kebutuhan berikutnya yaitu kebutuhan akan

penghargaan (The esteem needs). Kebutuhan ini dapat berupa tuntutan atau

keinginan untuk diakui sebagai siswa yang baik,rajin, berprestasi dan

sebagainya.

Kebutuhan pada urutan terakhir adalah

kebutuhan atas aktualisasi diri (The needs for self actualization) yaitu suatu

kebutuhan untuk menunjukkan kepribadian khusus seseorang, dengan mengembangkan

seluruh potensi yang dimilikinya. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan

seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang dapat diakui oleh umum bahwa hasil

karyanya sangat baik dan bermanfaat bagi masyarakat atau orang lain.

Dari beberapa urutan kebutuhan manusia

tersebut di atas apabila kebutuhan yang paling dasar sudah terpenuhi maka

kebutuhan tingkat berikutnya menjadi dominan dan kebutuhan yang lain akan

menjadi kurang dominan atau pada hierarkhi yang rendah.

Berdasarkan teori kebutuhan tadi

selanjutnya guru dapat mengimplementasikan teori tersebut untuk menumbuhkan

minat baca siswa. Tugas guru adalah menjadikan membaca sebagai alat untuk

memenuhi kebutuhan siswa kebutuhan siswa. Berbagai tugas bisa diberikan pada

siswa pada siswa sehingga dengan membaca siswa memjadi terpenuhi kebutuhannya. Secara

lebih rinci adalah sebagai berikut.

Pertama, Membaca untuk menimbulkan rasa cinta dan dicintai. Mencintai dan

dicintai adalah kebutuhan dasar ketiga. Siswa butuh dicintai selain mencintai.

Guru hendaknya mampu memanipulasi kegiatan membaca untuk menanamkan rasa cinta.

Guru mencintai siswa yang rajin membaca.

Dan mengajarkan rasa cinta itu pada siswanya. Anak yang rajin membaca akan

dicintai oleh guru dan teman-temannya. Wujudkan rasa cinta itu secara tulus,

dengan memberikan pujian pada anak yang rajin membaca.

Kedua, Membaca untuk menumbuhkan rasa dihargai. Kegiatan membaca bisa

juga dijadikan alat untuk menumbuhkan harga diri. Guru memberikan tugas membaca

pada siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, guru

dapat menyebutkan beberapa buku yang harus dibaca oleh siswa, kemudian siswa

menceritakan kembali isi buku itu dalam beberapa kalimat.

Guru memberikan penghargaan kepada siswa

yang membaca buku dengan rajin dan mengerjakan tugas yang diberikan.

Penghargaan yang tulus dan spontan dari guru akan menguatkan motivasi siswa

untuk membaca.

Secara tidak langsung, guru dapat

memberikan tugas pada anak yang tugas itu terkait dengan bebeberapa buku.

Sehingga siswa harus membaca beberapa buku tersebut. Setelah selesai, guru

memberikan penghargaan yang tulus dan spontan pada anak yang telah mengerjakan

tugas dengan baik. Penghargaan dari guru ini akan menjadi motivasi yang kaut

bagi anak untuk rajin membaca.

Ketiga, Membaca untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Setiap orang

mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri. Ini adalah kebutuhan dasar yang

paling puncak setelah segala kebutuhan dasar lainnya terpenuhi. Guru hendaknya

mampu memanipulasi kegiatan membaca sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan

aktualisasi diri.

Banyak cara yang bisa dilakukan guru dalam

hal ini, misalnya: Guru memfasilitasi terbitnya majalah dinding. Siswa sangat

dianjurkan untuk menampilkan karya-karyanya di mading tersebut. Maka siswa akan

berusaha menulis dan untuk bisa menulis dengan baik, mau tidak mau siswa harus

membaca. Lama-kelamaan siswa terbiasa membaca karena ingin menulis di mading.

Selain mading, guru dapat pula memfasilitasi penerbitan buletin sekolah.

Agar tujuan ini tercapai secara maksimal

tentunya harus didukung oleh sarana perpustakaan. Perpustakaan hendaknya

menyediakan buku-buku yang relevan dengan tingakat perkembangan dan minat

siswa. Kalau perlu, guru mencari data mengenai buku-buku apa saja yang diminati

oleh siswa. Atau guru memberi tugas untuk membaca beberapa buku, dan siswa

diminta untuk membuat resensi buku tersebut.

Dengan begitu siswa mengaktualisasikan

dirinya lewat karya tulis berupa resensi tadi. Pemberian unpan balik dari guru

sangat diperlukan dalam hal ini karena siswa akan merasa karya tulisnya

memperoleh penghargaan. Lebih baik lagi bila guru menyelenggarakan kompetisi.

Semakin sering siswa membuat karya tulis maka akan semakin banyak ia membaca

buku.

Lama-kelamaan akan tumbuh minat baca di

kalangan mereka. Apresiasi yang optimal dari guru akan sangat meningkatkan

motivasi siswa dalam berkarya. Bisa juga guru menyelenggarakan lomba membaca

buku, untuk tingkat kelas maupun antarkelas secara rutin. Peserta diminta untuk

membaca buku-buku tertentu kemudian membuat ringkasan buku tersebut.

Setelah itu peserta diminta untuk

menceritakan isi buku tersebut di depan peserta lainnya. Sebenarnya, lomba

semacam ini sering diselenggarakan oleh perpustakaan daerah. Dengan lomba ini

akan terpupuk minat membaca buku. Lama kelamaan kebiasaan membaca buku akan

mengakar tidak hanya sebatas untuk lomba saja.

Semoga tulisan sederhana ini bisa menggugah

kita untuk menumbuhkan minat baca anak-anak kita di zaman sekarang ini.

Sekarang ini kita lebih betah membaca FB dan WA ketimbang membaca buku, apalagi

ketika bukunya agak tebal halamannya, tentunya akan membuat kita makin malas

untuk membukanya, apalagi membacanya. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat

dan menggugah hati kita semua akan pentingnya membaca.

*)

Penulis adalah Dosen Luar Biasa Ilmu Perpustakaan UIN RF Palembang dan IAIN

Curup. Tutor Jurusan Ilmu Perpustakaan UT UPBJJ Palembang. Information Worker

and Librarian at STAIN Curup. Alumnus Universitas Indonesia.

Artikel Selanjutnya
Porprov Kalbar XII, Cabor Muay Thai Kapuas Hulu Sabet Emas
Jumat, 23 November 2018
Artikel Sebelumnya
Buka Sosialisasi Pencegahan dan Pemberantasan Tipikor, Sekda Yosepha ke ASN: Hati-hati
Jumat, 23 November 2018

Berita terkait