Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Selasa, 21 November 2017 |
KalbarOnline, Sintang – Wakil Bupati Sintang, Askiman menjelaskan bahwa ada beberapa indikator untuk mengukur tinggi rendahnya minat baca di Sintang.
Menurut Wabup, untuk mengukur minat baca, tidak bisa menjadikan seberapa banyak orang yang berkunjung ke perpustakaan yang disediakan daerah sebagai tolak ukurnya.
Sebab, saat ini sebagian masyarakat sudah dapat mengakses dan menggunakan teknologi yang luar biasa pesat perkembangannya. Bahkan buku-buku juga sudah ada yang berbentuk online, kemudian informasi sudah dengan mudah diakses melalui internet.
“Indikatornya, kita harus bisa melihat tingkat kemampuan, pengetahuan, tingkat keterampilan dan pengalaman seorang anak. Kemudian juga aktualisasi diri, serat intelegensianya maka dari sana bisa kita ketahui gairah membaca ada atau tidak,” tuturnya.
Meski demikian, ia juga mengakui bahwa rendahnya minat baca juga tidak terlepas dari kedisiplinan seorang anak sejak dini.
Ini artinya peran keluarga dan orang tua dalam mendorong minat baca seorang anak sangatlah besar.
Menurutnya, rendahnya minat baca, diakibatkan ketidakdisiplinan sejak dini dan itu menjadi persoalan anak-anak saat ini.
“Orang tua punya peran penting disini dalam memberikan pemahaman dan kebiasaan seorang anak untuk rajin membaca,” tukasnya.
Ia juga menuturkan bahwa di negara-negara maju saat ini, seorang anak bahkan sudah dididik dari usia nol tahun hingga enam tahun dalam rangka menamamkan kebiasaan untuk membaca. Sementara di Indonesia, menurutnya, baru dimulai ketika seorang anak memasuki Paud.
“Kalau kita lihat dari negara luar mulai sejak nol tahun anak itu sudah dididik di Paud sampai usia enam tahun. Nah, kita disini karena rasa kasih sayang yang terlalu tinggi tidak mau membuat anak kita kreatif untuk hidup mandiri sehingga bisa menjadi lebih baik lagi,” tandasnya. (Sg)
KalbarOnline, Sintang – Wakil Bupati Sintang, Askiman menjelaskan bahwa ada beberapa indikator untuk mengukur tinggi rendahnya minat baca di Sintang.
Menurut Wabup, untuk mengukur minat baca, tidak bisa menjadikan seberapa banyak orang yang berkunjung ke perpustakaan yang disediakan daerah sebagai tolak ukurnya.
Sebab, saat ini sebagian masyarakat sudah dapat mengakses dan menggunakan teknologi yang luar biasa pesat perkembangannya. Bahkan buku-buku juga sudah ada yang berbentuk online, kemudian informasi sudah dengan mudah diakses melalui internet.
“Indikatornya, kita harus bisa melihat tingkat kemampuan, pengetahuan, tingkat keterampilan dan pengalaman seorang anak. Kemudian juga aktualisasi diri, serat intelegensianya maka dari sana bisa kita ketahui gairah membaca ada atau tidak,” tuturnya.
Meski demikian, ia juga mengakui bahwa rendahnya minat baca juga tidak terlepas dari kedisiplinan seorang anak sejak dini.
Ini artinya peran keluarga dan orang tua dalam mendorong minat baca seorang anak sangatlah besar.
Menurutnya, rendahnya minat baca, diakibatkan ketidakdisiplinan sejak dini dan itu menjadi persoalan anak-anak saat ini.
“Orang tua punya peran penting disini dalam memberikan pemahaman dan kebiasaan seorang anak untuk rajin membaca,” tukasnya.
Ia juga menuturkan bahwa di negara-negara maju saat ini, seorang anak bahkan sudah dididik dari usia nol tahun hingga enam tahun dalam rangka menamamkan kebiasaan untuk membaca. Sementara di Indonesia, menurutnya, baru dimulai ketika seorang anak memasuki Paud.
“Kalau kita lihat dari negara luar mulai sejak nol tahun anak itu sudah dididik di Paud sampai usia enam tahun. Nah, kita disini karena rasa kasih sayang yang terlalu tinggi tidak mau membuat anak kita kreatif untuk hidup mandiri sehingga bisa menjadi lebih baik lagi,” tandasnya. (Sg)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini