Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 16 Juni 2025 |
KALBARONLINE.com – Minat baca anak yang rendah jadi tantangan banyak kota, termasuk Pontianak. Data tahun 2021 menunjukkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Kota Pontianak hanya di angka 13,09, sementara Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) ada di 51,82. Angka itu menempatkan Pontianak di posisi bawah secara nasional.
Dari kondisi itu, lahirlah inovasi PerpusG2S alias Perpustakaan Goes to School—program literasi berbasis inklusi sosial dan ramah anak, yang digagas Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pontianak. Diluncurkan pada 6 Desember 2021, PerpusG2S merupakan bentuk transformasi layanan mobil perpustakaan keliling agar lebih partisipatif dan menyenangkan bagi anak-anak.
“Dulu layanan keliling kami hanya sebatas baca di tempat. Sekarang anak-anak ikut aktif belajar, kenal budaya baca, dan dilayani dengan pendekatan inklusif,” terang Kepala Dinas, Rendrayani, Senin (16/6/2025).
[caption id="attachment_211051" align="aligncenter" width="700"]
Siswa di Pontianak antusias menyambut mobil PerpusG2S dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pontianak (Foto: istimewa)[/caption]
Program ini juga sejalan dengan gerakan nasional seperti Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial dari Perpusnas dan Pusat Informasi Sahabat Anak (PISA) dari Kementerian PPPA. Hasilnya, Pontianak berhasil meraih standardisasi PISA kategori Madya pada 2023.
Dan bukan cuma itu. Dalam waktu dua tahun, IPLM Pontianak naik drastis ke angka 75,39, dan TGM menjadi 71,46. Kota Pontianak kini nangkring di posisi ke-13 nasional dan jadi yang tertinggi se-Kalimantan Barat.
Dampak lain dari program ini juga cukup terasa, jumlah anggota anak perpustakaan meningkat, permintaan kunjungan sekolah melonjak, dan perpustakaan sekolah yang lolos standar nasional melonjak dari 12 jadi 30 sekolah.
PerpusG2S pun membawa Pontianak meraih dua penghargaan nasional, terbaik dalam implementasi Program Inklusi Sosial dan Promosi Perpustakaan 2024, dan Kota Layak Anak kategori Nindya selama dua tahun berturut-turut.
Didukung oleh tim berisi 12 orang dan kolaborasi bareng komunitas hingga akademisi, program ini masih terus dikembangkan. Ke depannya, layanan akan diperluas ke lebih banyak sekolah dan ditambah dengan sertifikasi pustakawan ramah anak.
“Ini bukan sekadar program baca. Ini adalah ikhtiar membangun kota dari anak-anak yang sedang tumbuh,” tutup Rendrayani. (Jau)
KALBARONLINE.com – Minat baca anak yang rendah jadi tantangan banyak kota, termasuk Pontianak. Data tahun 2021 menunjukkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Kota Pontianak hanya di angka 13,09, sementara Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) ada di 51,82. Angka itu menempatkan Pontianak di posisi bawah secara nasional.
Dari kondisi itu, lahirlah inovasi PerpusG2S alias Perpustakaan Goes to School—program literasi berbasis inklusi sosial dan ramah anak, yang digagas Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pontianak. Diluncurkan pada 6 Desember 2021, PerpusG2S merupakan bentuk transformasi layanan mobil perpustakaan keliling agar lebih partisipatif dan menyenangkan bagi anak-anak.
“Dulu layanan keliling kami hanya sebatas baca di tempat. Sekarang anak-anak ikut aktif belajar, kenal budaya baca, dan dilayani dengan pendekatan inklusif,” terang Kepala Dinas, Rendrayani, Senin (16/6/2025).
[caption id="attachment_211051" align="aligncenter" width="700"]
Siswa di Pontianak antusias menyambut mobil PerpusG2S dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pontianak (Foto: istimewa)[/caption]
Program ini juga sejalan dengan gerakan nasional seperti Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial dari Perpusnas dan Pusat Informasi Sahabat Anak (PISA) dari Kementerian PPPA. Hasilnya, Pontianak berhasil meraih standardisasi PISA kategori Madya pada 2023.
Dan bukan cuma itu. Dalam waktu dua tahun, IPLM Pontianak naik drastis ke angka 75,39, dan TGM menjadi 71,46. Kota Pontianak kini nangkring di posisi ke-13 nasional dan jadi yang tertinggi se-Kalimantan Barat.
Dampak lain dari program ini juga cukup terasa, jumlah anggota anak perpustakaan meningkat, permintaan kunjungan sekolah melonjak, dan perpustakaan sekolah yang lolos standar nasional melonjak dari 12 jadi 30 sekolah.
PerpusG2S pun membawa Pontianak meraih dua penghargaan nasional, terbaik dalam implementasi Program Inklusi Sosial dan Promosi Perpustakaan 2024, dan Kota Layak Anak kategori Nindya selama dua tahun berturut-turut.
Didukung oleh tim berisi 12 orang dan kolaborasi bareng komunitas hingga akademisi, program ini masih terus dikembangkan. Ke depannya, layanan akan diperluas ke lebih banyak sekolah dan ditambah dengan sertifikasi pustakawan ramah anak.
“Ini bukan sekadar program baca. Ini adalah ikhtiar membangun kota dari anak-anak yang sedang tumbuh,” tutup Rendrayani. (Jau)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini