Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 29 April 2019 |
KalbarOnline, Ketapang
– Ketapang dikepung banjir. Sejumlah daerah di Ketapang, termasuk di dalam
Kota Ketapang, tergenang banjir. Hujan deras yang mengguyur Ketapang beberapa
hari terakhir menjadi penyebabnya. Namun untuk di Kota Ketapang, minimnya
perhatian Pemda Ketapang terhadap drainase menjadi penyebabnya.
Sejumlah daerah di Ketapang yang tergenang banjir di
antaranya di Kecamatan Jelai Hulu, Matan Hilir Selatan, Sungai Melayu Rayak,
Nanga Tayap dan sejumlah daerah lainnya, termasuk juga di Kecamatan Delta
Pawan. Banjir yang merendam sejumlah kecamatan ini, bahkan memutus akses jalan
sehingga transportasi lumpuh total.

Sementara di Kecamatan Delta Pawan atau di dalam Kota
Ketapang, banjir mengepung hampir semua daerah. Di antaranya di Kelurahan
Kantor, Kelurahan Tengah, Kelurahan Sampit, Kelurahan Sukaharja, Kelurahan
Mulia Baru dan beberapa titik lainnya. Ketinggian air bervariasi, dari 20
hingga 50 centimeter.
Satu di antara warga Ketapang, Hartati Syamli mengeluhkan kurangnya
perhatian Pemda Ketapang terhadap tata ruang Kota Ketapang, khususnya berkaitan
dengan drainase. Drainase yang kurang terpelihara dituding sebagai penyebab
banjir musiman ini.
Dia mengatakan, kawasan dalam Kota Ketapang sudah masuk
dalam kategori darurat banjir, khususnya di musim hujan. Sebab menurutnya
banjir tidak hanya terjadi di satu lokasi, namun sudah merata hampir di setiap
sudut kota.
“Ketapang ini sudah darurat banjir. Sudah saatnya drainase
di dalam kota ditata dengan baik, karena drainase yang sekarang ini tidak
terkoneksi dengan baik. Masyarakat selalu dijadikan tumbal setiap kali musim
hujan datang,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, banjir yang menggenangi Kota Ketapang ini
tidak lazim. Jika memang karena hujan deras, jika drainasenya berfunsi dengan
baik pasti genangan akan cepat surut saat hujan sudah reda. Akan tetapi, banjir
yang terjadi ini tidak demikian. Air menggenang sampai berjam-jam, bahkan bisa
sampai berhari-hari.
“Daerah yang tidak pernah terkena banjir, saat ini ikut
terkena,” ucapnya.
Oleh karena itu, dia berharap kepada Pemda Ketapang agar
segera memperbaiki dan melakukan koneksi drainase dengan baik. Dia menegaskan,
Kota Ketapang adalah wajah dari Kabupaten Ketapang. Jika di dalam kota saja
tidak diperhatikan, bagaimana di daerah perhuluan.
“Kami sebagai masyarakat menginginkan Pemda serius menangani
masalah ini, jangan dibiarkan berlarut-larut. Masyarakat yang selalu
dikorbankan,” harapnya.
Sementara itu, banjir yang terjadi di berbagai kecamatan di
Ketapang memutus akses transportasi masyarakat. Kendaraan warga tak bisa
melintas karena ketinggian air ada yang mencapai 1 meter lebih.
Bagi kendaraan yang tetap ingin melintas, harus mengeluarkan
biaya lebih untuk bisa melewati banjir. Untuk satu motor, warga dikenakan biaya
Rp20 hingga Rp30 ribu untuk melewatu satu titik banjir.
Salah satu titik yang mengalami banjir dan memutus akses kendaraan adalah di kawasan Indotani, Kecamatan Matan Hilir Selatan. Di kawasan ini, ada beberapa titik banjir yang membuat jalan tak bisa dilewati. Kendaraan yang hendak melintas, khususnya sepeda motor harus digotong oleh empat orang.
Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Jelai Hulu-Tumbang
Titi. Masyarakat yang hendak ke Tumbang Titi maupun sebaliknya, khusus sepeda
motor, harus membayar biaya lebih mahal dari biasanya.
Jika bisanya hanya membayar Rp2 ribu untuk membayar meting,
namun kali ini harus menbayar Rp20 ribu untuk dapat melewati banjir.
Banjir di Ketapang bisa semakin tinggi jika
curah hujan di Ketapang masih tinggi, terlebih lagi daerah yang berada di
daerah rendah atau di bantaran sungai. (Adi LC)
KalbarOnline, Ketapang
– Ketapang dikepung banjir. Sejumlah daerah di Ketapang, termasuk di dalam
Kota Ketapang, tergenang banjir. Hujan deras yang mengguyur Ketapang beberapa
hari terakhir menjadi penyebabnya. Namun untuk di Kota Ketapang, minimnya
perhatian Pemda Ketapang terhadap drainase menjadi penyebabnya.
Sejumlah daerah di Ketapang yang tergenang banjir di
antaranya di Kecamatan Jelai Hulu, Matan Hilir Selatan, Sungai Melayu Rayak,
Nanga Tayap dan sejumlah daerah lainnya, termasuk juga di Kecamatan Delta
Pawan. Banjir yang merendam sejumlah kecamatan ini, bahkan memutus akses jalan
sehingga transportasi lumpuh total.

Sementara di Kecamatan Delta Pawan atau di dalam Kota
Ketapang, banjir mengepung hampir semua daerah. Di antaranya di Kelurahan
Kantor, Kelurahan Tengah, Kelurahan Sampit, Kelurahan Sukaharja, Kelurahan
Mulia Baru dan beberapa titik lainnya. Ketinggian air bervariasi, dari 20
hingga 50 centimeter.
Satu di antara warga Ketapang, Hartati Syamli mengeluhkan kurangnya
perhatian Pemda Ketapang terhadap tata ruang Kota Ketapang, khususnya berkaitan
dengan drainase. Drainase yang kurang terpelihara dituding sebagai penyebab
banjir musiman ini.
Dia mengatakan, kawasan dalam Kota Ketapang sudah masuk
dalam kategori darurat banjir, khususnya di musim hujan. Sebab menurutnya
banjir tidak hanya terjadi di satu lokasi, namun sudah merata hampir di setiap
sudut kota.
“Ketapang ini sudah darurat banjir. Sudah saatnya drainase
di dalam kota ditata dengan baik, karena drainase yang sekarang ini tidak
terkoneksi dengan baik. Masyarakat selalu dijadikan tumbal setiap kali musim
hujan datang,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, banjir yang menggenangi Kota Ketapang ini
tidak lazim. Jika memang karena hujan deras, jika drainasenya berfunsi dengan
baik pasti genangan akan cepat surut saat hujan sudah reda. Akan tetapi, banjir
yang terjadi ini tidak demikian. Air menggenang sampai berjam-jam, bahkan bisa
sampai berhari-hari.
“Daerah yang tidak pernah terkena banjir, saat ini ikut
terkena,” ucapnya.
Oleh karena itu, dia berharap kepada Pemda Ketapang agar
segera memperbaiki dan melakukan koneksi drainase dengan baik. Dia menegaskan,
Kota Ketapang adalah wajah dari Kabupaten Ketapang. Jika di dalam kota saja
tidak diperhatikan, bagaimana di daerah perhuluan.
“Kami sebagai masyarakat menginginkan Pemda serius menangani
masalah ini, jangan dibiarkan berlarut-larut. Masyarakat yang selalu
dikorbankan,” harapnya.
Sementara itu, banjir yang terjadi di berbagai kecamatan di
Ketapang memutus akses transportasi masyarakat. Kendaraan warga tak bisa
melintas karena ketinggian air ada yang mencapai 1 meter lebih.
Bagi kendaraan yang tetap ingin melintas, harus mengeluarkan
biaya lebih untuk bisa melewati banjir. Untuk satu motor, warga dikenakan biaya
Rp20 hingga Rp30 ribu untuk melewatu satu titik banjir.
Salah satu titik yang mengalami banjir dan memutus akses kendaraan adalah di kawasan Indotani, Kecamatan Matan Hilir Selatan. Di kawasan ini, ada beberapa titik banjir yang membuat jalan tak bisa dilewati. Kendaraan yang hendak melintas, khususnya sepeda motor harus digotong oleh empat orang.
Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Jelai Hulu-Tumbang
Titi. Masyarakat yang hendak ke Tumbang Titi maupun sebaliknya, khusus sepeda
motor, harus membayar biaya lebih mahal dari biasanya.
Jika bisanya hanya membayar Rp2 ribu untuk membayar meting,
namun kali ini harus menbayar Rp20 ribu untuk dapat melewati banjir.
Banjir di Ketapang bisa semakin tinggi jika
curah hujan di Ketapang masih tinggi, terlebih lagi daerah yang berada di
daerah rendah atau di bantaran sungai. (Adi LC)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini