Pontianak    

Edi Kamtono Bantah Instruksikan Pembubaran Pontianak Menari : Apalagi Sampai Instruksikan Memukul

Oleh : Jauhari Fatria
Rabu, 01 Mei 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

Heboh diduga

‘Tarian LGBT’ pada perayaan Pontianak Menari

KalbarOnline,

Pontianak – Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono membantah keras

tudingan bahwa dirinya menginstruksikan pembubaran acara Pontianak Menari dalam

rangka merayakan Hari Tari Sedunia yang digelar di Bundaran Tugu Digulis Untan,

Senin (29/4/2019) malam kemarin.

Screenshoot postingan mengenai tarian yang diduga merupakan tarian LGBT yang ditampilkan di Bundaran Digulis Untan
Screenshoot postingan mengenai tarian yang diduga merupakan tarian LGBT yang ditampilkan di Bundaran Digulis Untan (Foto: Istimewa)

“Tidak ada perintah dari saya untuk membubarkan acara itu,

apalagi sampai memukul. Itu sebenarnya miss

komunikasi. Kita izinkan ada kegiatan seni di Kota Pontianak. Hanya saja itu di

ruang publik, tentu harus menjaga norma-norma sosial, dalam berpakaian dan

sebagainya. Kalau menari biasa, tentu tidak masalah,” ujarnya saat

diwawancarai, Selasa (30/4/2019).

“Setelah kita kordinasi dengan Disporapar (Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata), ternyata ada peserta yang menari dengan seronok dan berpakaian kurang pas untuk ruang publik, harusnya kalau seni itu yang menampilkan ciri khas budaya kita,” timpalnya.

Orang nomor wahid di Kota Pontianak ini menegaskan bahwa instruksi

pembubaran acara tak mungkin dilakukannya. Sebab acara bertajuk Pontianak

Menari itu sendiri mendapat izin dari pihaknya, bahkan bekerjasama dengan Dinas

Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Pontianak.

Hanya saja, diakuinya ia meminta tarian yang videonya viral

di media sosial dan kurang pantas ditampilkan di ruang publik itu dihentikan.

“Ada berita ke saya, bahwa ada sekelompok orang berupaya

untuk mengamankan tarian itu, sifatnya tidak pantas untuk ditarikan di depan

trotoar, saya mendapat videonya saya bilang kalau seperti ini dan tarian itu

saya lihat memang gayanya sangat terbuka tidak pas untuk ruang publik, terus

saya bilang kalau untuk yang ini dihentikan, tapi bukan memerintahkan untuk

membubarkan kegiatan itu,” tukasnya.

Namun, lanjut Edi, karena situasi dan kondisi di lapangan

kisruh dan terjadi miss komunikasi

hingga berakhir pemukulan yang dilakukan oknum ormas terhadap para penari.

Oknum masyarakat menganggap tarian yang ditampilkan beberapa penari tersebut

sebagai bagian dari aktivitas LGBT. Keberadaan Satpol PP di lokasi itu sendiri,

tegas Edi, adalah untuk mengamankan penari dari tindakan anarkis oknum

masyarakat.

“Melihat situasi yang kurang kondusif, akhirnya panitia

Pontianak Menari mengambil keputusan untuk membubarkan acara,” terangnya.

Bahkan Edi menyarankan jika memang para penari mengalami

tindakan pemukulan oleh oknum masyarakat, untuk melaporkannya ke kepolisian.

“Silahkan laporkan ke kepolisian untuk diproses secara

hukum,” imbuhnya.

Sementara Ketua Program Studi Pendidikan Seni dan Pertunjukan

FKIP Untan, Ismunandar turut menyayangkan insiden upaya pembubaran sepihak oleh

oknum ormas tanpa berkoordinasi dengan pihaknya.

Bahkan upaya pembubaran itu berakhir dengan pemukulan

terhadap para penari dan dirinya mengaku mengalami sendiri pemukulan oleh oknum

masyarakat.

“Satpol PP tidak ada melakukan pemukulan. Panitia memutuskan

menghentikan kegiatan karena situasi saat itu tidak kondusif,” tuturnya.

Menurutnya, kegiatan ini legal dan sudah diizinkan dalam

rangka merayakan Hari Tari Sedunia. Tentunya, pihaknya menampilkan seluruh

genre tarian, mulai dari tari tradisional, kontemporer sampai tari populer yang

sedang berkembang di kalangan anak muda. Tarian yang ditampilkan pun tidak

terlepas dari etika di ruang publik.

“Tapi ini pemahaman tentang kesenian ini yang mungkin perlu

ruang untuk dikomunikasikan atau kita dialogkan, bagaimana tari tradisional,

bagaimana tari modern, bagaimana tari kontemporer,” pungkasnya.

Sebelum di warga Pontianak dihebohkan dengan ‘tarian LGBT’

yang menyuguhkan tampilan seronok oleh para penari laki-laki dengan pakaian

wanita. (Fai)

Artikel Selanjutnya
Gubernur Sutarmidji Dinobatkan Sebagai Top Pembina BUMD 2019
Rabu, 01 Mei 2019
Artikel Sebelumnya
KPU Sekadau Gelar Pleno Rekapitulasi Hasil Penghitungan Pemilu 2019 Tingkat Kabupaten
Rabu, 01 Mei 2019

Berita terkait