KalbarOnline, Pontianak – Kerjasama bilateral antara Indonesia dan Prancis terus dilakukan keduanya. Kali ini, untuk pertama kalinya, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Jean Charles Berthonnet berkunjung ke Kalimantan Barat yang langsung disambut Gubernur Kalbar, Sutarmidji di Pendopo Gubernur Kalbar, Jumat (3/5/2019).
Dubes Prancis untuk Indonesia menyatakan bahwa kedatangannya ke Kalbar terkait program lingkungan hidup di Desa Tae, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalbar yang telah berjalan selama tiga tahun.
“Program ini sudah akan berakhir di 2019 ini dan saya sengaja bertemu dengan Gubernur Kalbar membicarakan terkait program lingkungan hidup juga bersilaturahmi dengan Pemprov Kalbar untuk program lainnya,” ungkap Jean Charles Berthonnet.
Program yang terlaksana atas peran AFD, yang merupakan badan keuangan dan bantuan pemerintah Prancis itu terlaksana dari hasil proyek dengan memberikan bantuan kepada masyarakat Desa Tae Kabupaten Sanggau secara berkelanjutan.
“Kami melihat situasi disana dan sangat menarik selain silaturahmi dengan Gubernur Sutarmidji dengan beberapa topik agar Prancis-Indonesia dapat terus menjalin kerjasama yang baik,” tuturnya.
Menurutnya selain program yang bekerjasama dengan lingkungan terutama kawasan hutan di Desa Tae, Kabupaten Sanggau, Prancis juga bekerjasama lewat tenaga nuklir yang baru akan dibicarakan dengan Gubernur Kalbar terkait program ke depan.
“Mengapa memilih Kalbar terkait hutan adat terutama di Desa Tae Sanggau, karena di kawasan tersebut masyarakat Adat yang meminta mengajukan proposal sehingga diterima untuk dilakukan penelitian dan tahun ini selesai dilakukan dengan kemungkinan diperpanjang. Sementara kalau seminar nuklir nanti saya akan hadir karena saya tau Gubernur Kalbar komit dan mendukung listrik bertenaga nuklir,” tuturnya.
Sementara Gubernur Kalbar, Sutarmidji menuturkan bahwa Desa Tae di Kabupaten Sanggau menjadi salah satu program berkelanjutan yang telah ia kunjungi terkait dengan program AFD dan Institut Dayakologi mengenai lingkungan hidup.
“Sekitar 2600 hektar sertifikat telah saya serahkan melalui desa Adat Tae dan harusnya dikelola secara bersama dan tahun 2019 dibantu 20 hektar tanaman durian,” katanya.
Orang nomor wahid di Bumi Tanjungpura itu menjelaskan bahwa Institut Dayakologi ini dibantu Pemerintah Prancis dengan harapan desa adat yang ada di Desa Tae, Kabupaten Sanggau ini terjaga ekosistemnya dan keseimbangan lingkungan.
“Tentu saya dukung dan semoga dengan adanya bantuan ini maka masyarakat sekitar mendapatkan perhatian khususnya pembangunan infrastruktur jalan dan lainnya,” pungkasnya. (*/Fai)
Comment