Sanggau    

Minggu Pertama Ramadhan, Sejumlah Harga Sembako di Sanggau Alami Kenaikan

Oleh : Jauhari Fatria
Jumat, 10 Mei 2019
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KalbarOnline, Sanggau

- Pekan pertama Ramadhan 1440 Hijriah sejumlah harga sembako di Kabupaten

Sanggau mulai mengalami kenaikan. Seperti misalnya di pasar tradisional Sosok,

Kecamatan Tayan Hulu, Kabupaten Sanggau, Kamis (9/5/2019).

Meski rasio kenaikan harga belum terbilang tinggi, namun

beberapa jenis bahan pangan saat ini telah mengalami kenaikan, di antaranya

daging ayam ras, daging sapi, bawang putih, bawang merah, gula pasir dan telur ayam.

Saat ini harga gula pasir yang semula Rp12 ribu naik menjadi

Rp13, bawang merah dan putih yang berkisar di harga Rp35 ribu menjadi Rp40

ribu. Telur ayam satu krat yang semula berkisar di harga Rp40 ribu menjadi Rp47

ribu.

Kenaikan telur ayam ini menjadi sorotan, pasalnya telur ayam

sangat dibutuhkan oleh warga di bulan Ramadhan ini. Selain untuk kebutuhan

pangan juga untuk kebutuhan bahan pembuat kue.

Maria salah seorang warga Tayan Hulu berharap Pemerintah Kabupaten

Sanggau segera melakukan upaya khusus untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok.

Pasalnya, ada beberapa jenis barang tertentu jika harganya naik maka akan

berimbas langsung terhadap kenaikan harga barang lainnya.

Meski demikian, sampai saat ini belum ada pengaruh signifikan

terhadap kenaikan harga sejumlah bahan pokok tersebut.

Sementara salah seorang pemilik warung sembako di Tayan

Hulu, Diana mengakui bahwa saat ini harga sembako mulai mengalami kenaikan. Meski

demikian, lanjut dia, belum keseluruhan bahan pokok yang mengalami kenaikan.

“Memang sudah naik, tetapi belum keseluruhan dari bahan

pokok tersebut mengalami kenaikan. Misalnya harga beras masih normal di kisaran

harga Rp11.500 per/kg, minyak goreng Rp11 ribu per/kg dan sejumlah barang pokok

lainnya masih sama dengan harga seperti biasanya,” akunya.

“Walaupun harga barang mulai naik, apalagi di bulan Ramadhan

ini pasti kebutuhan semakin banyak, contohnya minyak goreng, bawang merah dan

gula. Kalau harganya naik maka biasanya akan memicu naiknya barang lainnya

termasuk hasil olahannya,” timpalnya.

Ibu dua anak ini menuturkan, ketiga jenis barang tersebut

juga rentan naik karena banyak dibutuhkan terutama pada momen Ramadhan.

Pasalnya, pada bulan suci umat Islam ini, aktivitas kuliner meninggi yang

berimbas pada meningkatnya serapan bahan pangan.

Ia menyebut bahwa hal ini lazim terjadi.  Sejak dulu hingga sekarang hukum ekonomi

selalu terjadi, ketika demand atau permintaan melonjak melampaui supply (pasokan), harga pasti naik.

“Paling lazim sih ya lewat pasar murah. Supaya bisa menjadi

penetrasi pasar, memang harus dilakukan sesering mungkin dan menyebar terutama

di wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi,” tukasnya.

“Supaya jangan ada aksi spekulan misalnya menumpuk barang

tertentu. Faktor penunjang seperti infrastruktur dan transposrtasi juga penting

diperhatikan karena bisa turut memicu naiknya harga barang,” pungkasnya. (WWP)

Artikel Selanjutnya
Paolus Hadi Sebut Lembaga Keuangan Berperan Penting Tumbuhkan Ekonomi Masyarakat Sanggau
Jumat, 10 Mei 2019
Artikel Sebelumnya
Rekrutmen Polri Masuk Tahap Pemeriksaan Psikologi, Karo SDM Polda Kalbar Pastikan Transparan dan Bersih
Jumat, 10 Mei 2019

Berita terkait