KalbarOnline, Sekadau – Seni hadrah (rudat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat Islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari kitab Al-Barzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya.
Kesenian ini tak jarang ditemukan di acara-acara keagamaan baik dikemas dalam bentuk festival besar-besaran atau hanya sekedar tasyukuran. Seperti halnya di acara tasyukuran khitanan anak kedua dari Bapak Jol Heder dan Ibu Tia Safitri Anyon yakni Bayu Saputra, warga Dusun Madya, Desa Seberang Kapuas, Sekadau.
Dalam acara tersebut, keluarga besar Jol Heder menghadirkan seni hadrah dari sanggar budaya Melayu Diwanun Hadrah yang didirikannya bersama tiga rekannya yakni Samsudin, Saparani Dedi dan Ajam. Seni hadrah dari sanggar tersebut menjadi menu utama dalam acara syukuran putranya itu.
Jol mengatakan, dirinya sengaja menghadirkan seni hadrah dalam acara syukuran putranya itu. Sebab, di zaman kekinian, seni budaya tradisional tersebut mulai luntur dan memudar.
“Untuk itulah kita munculkan kembali, dengan maksud mengenalkan kepada generasi muda kita di Desa Seberang Kapuas,” ujarnya.
Pada malam sebelum hari pelaksanaan syukuran, dirinya juga menggelar budaya Melayu dengan mengundang orang-orang tua setempat untuk melantunkan lagu hadrah Melayu yang juga ditampilkan dari sanggar budaya Melayu Diwanun Hadrah yang dipimpin langsung oleh Jol.
“Intinya, supaya generasi-generasi muda khususnya generasi muda Melayu mengenal budayanya sendiri serta melestarikannya,” tandasnya. (Mus)
Comment