Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 01 November 2019 |
KalbarOnline, Kubu Raya – Tantangan Indonesia saat ini tak hanya berasal dari luar, tapi juga
dari dalam. Bahkan ancaman internal dinilai lebih berbahaya bagi eksistensi
negara.
“Sekarang kita di Indonesia memiliki ancaman
internal, yakni intoleran dan radikalisme,” ujar Wakil Bupati Kubu Raya, Sujiwo saat menjadi
pemateri pada kegiatan diskusi ‘Ngobrol Pancasila dan Kepemudaan’ di Kafé Belingkaan Jalan S. Parman Pontianak, belum lama ini.
Terkait hal itu, Sujiwo menyebut, pentingnya menjaga empat
pilar kebangsaan, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bineka Tunggal Ika dan NKRI. Secara
khusus ia menyebut Pancasila sebagai salah satu kunci pemersatu bangsa yang
wajib dijaga.
“Jika Pancasila utuh, maka utuhlah Indonesia,”
sebutnya.
Sujiwo menyatakan, kemerdekaan Indonesia
tidak diperjuangkan hanya oleh kelompok tertentu. Momentum Sumpah Pemuda pada
1928 silam membuktikan bahwa seluruh pemuda dari berbagai latar belakang ikut
andil menjaga eksistensi Indonesia. Karena itu, dirinya mengajak seluruh elemen
bangsa untuk menyudahi perbincangan tentang perbedaan suku, agama, ras dan golongan.
“Peran pemuda saat ini adalah terus merapatkan
persatuan untuk mempertahankan NKRI. Saat ini kelompok-kelompok intoleran dan
radikalisme telah mulai masuk ke kampus-kampus. Ini perlu kita antisipasi,”
tegasnya.
Sujiwo menilai slogan ‘Jas Merah’ sebagai
akronim dari ‘Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah’ sangat aktual. Sama dengan
pernyataan tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara tentang bangsa besar
adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Dan para pahlawan, terang Jiwo, tak lain
adalah para pemuda. Di mana punya peran luar biasa terhadap sejarah perjuangan
bangsa hingga proses kemerdekaan.
“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan
kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia,” tukasnya mengutip ucapan fenomenal Bung Karno.
Kegiatan diskusi yang mengusung tema ‘Menyongsong
Satu Abad Sumpah Pemuda Menuju Indonesia Dicita-citakan’ digelar oleh empat
organisasi kemahasiswaan. Yakni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kalbar,
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Pontianak, Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI) Kalbar, dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)
Kalbar. Diskusi digelar terkait peringatan Sumpah Pemuda ke-91 tahun 2019.
Ketua Umum GMNI Pontianak, Rival Aqma Rianda
mengatakan, para pemuda punya mimpi yang sama khususnya untuk perubahan
Kalimantan Barat.
“Saya berharap melalui diskusi ini dapat
membuahkan ide-ide untuk memajukan daerah kita. Agar mampu memberikan
rekomendasi khusus untuk Kalimantan Barat yang lebih baik lagi,” harapnya. (ian)
KalbarOnline, Kubu Raya – Tantangan Indonesia saat ini tak hanya berasal dari luar, tapi juga
dari dalam. Bahkan ancaman internal dinilai lebih berbahaya bagi eksistensi
negara.
“Sekarang kita di Indonesia memiliki ancaman
internal, yakni intoleran dan radikalisme,” ujar Wakil Bupati Kubu Raya, Sujiwo saat menjadi
pemateri pada kegiatan diskusi ‘Ngobrol Pancasila dan Kepemudaan’ di Kafé Belingkaan Jalan S. Parman Pontianak, belum lama ini.
Terkait hal itu, Sujiwo menyebut, pentingnya menjaga empat
pilar kebangsaan, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bineka Tunggal Ika dan NKRI. Secara
khusus ia menyebut Pancasila sebagai salah satu kunci pemersatu bangsa yang
wajib dijaga.
“Jika Pancasila utuh, maka utuhlah Indonesia,”
sebutnya.
Sujiwo menyatakan, kemerdekaan Indonesia
tidak diperjuangkan hanya oleh kelompok tertentu. Momentum Sumpah Pemuda pada
1928 silam membuktikan bahwa seluruh pemuda dari berbagai latar belakang ikut
andil menjaga eksistensi Indonesia. Karena itu, dirinya mengajak seluruh elemen
bangsa untuk menyudahi perbincangan tentang perbedaan suku, agama, ras dan golongan.
“Peran pemuda saat ini adalah terus merapatkan
persatuan untuk mempertahankan NKRI. Saat ini kelompok-kelompok intoleran dan
radikalisme telah mulai masuk ke kampus-kampus. Ini perlu kita antisipasi,”
tegasnya.
Sujiwo menilai slogan ‘Jas Merah’ sebagai
akronim dari ‘Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah’ sangat aktual. Sama dengan
pernyataan tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara tentang bangsa besar
adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Dan para pahlawan, terang Jiwo, tak lain
adalah para pemuda. Di mana punya peran luar biasa terhadap sejarah perjuangan
bangsa hingga proses kemerdekaan.
“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan
kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia,” tukasnya mengutip ucapan fenomenal Bung Karno.
Kegiatan diskusi yang mengusung tema ‘Menyongsong
Satu Abad Sumpah Pemuda Menuju Indonesia Dicita-citakan’ digelar oleh empat
organisasi kemahasiswaan. Yakni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kalbar,
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Pontianak, Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI) Kalbar, dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)
Kalbar. Diskusi digelar terkait peringatan Sumpah Pemuda ke-91 tahun 2019.
Ketua Umum GMNI Pontianak, Rival Aqma Rianda
mengatakan, para pemuda punya mimpi yang sama khususnya untuk perubahan
Kalimantan Barat.
“Saya berharap melalui diskusi ini dapat
membuahkan ide-ide untuk memajukan daerah kita. Agar mampu memberikan
rekomendasi khusus untuk Kalimantan Barat yang lebih baik lagi,” harapnya. (ian)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini