KalbarOnline.com – Hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok dipastikan makin panas. Pasalnya, Beijing berencana mengusir seluruh jurnalis AS keluar dari negara tersebut. Diduga, rencana Beijing itu imbas dari keputusan Presiden AS Donal Trump sebelumnya, yang membatasi keberadaan jumlah jurnalis Cina dari lima perusahaan media melaksanakan tugas mereka di AS. Kelima media itu yakni Xinhua, CGTN, Radio China, China Daily, dan People’s Daily.
Trump sendiri menganggap media yang berafiliasi dengan pemerintah Tiongkok di AS, hanya dijadikan propaganda. Batas baru yang diberlakukan oleh administrasi Trump secara efektif memaksa 60 karyawan Cina dari organisasi yang dikelola negara untuk meninggalkan negara itu.
Mengutip New York Times, dalam ketegangan yang meningkat tajam antara kedua negara adikuasa, Cina pada Selasa kemarin, mengumumkan bahwa mereka akan mengusir wartawan Amerika yang bekerja untuk New York Times, Wall Street Journal dan Washington Post. Beijing juga menuntut outlet-outlet berita itu, serta majalah Voice of America dan Time, melaporkan detail keberadaan mereka sejauh ini.
Cina menginstruksikan wartawan Amerika untuk tiga organisasi berita yang mandat persnya akan berakhir tahun ini untuk “memberi tahu Departemen Informasi Kementerian Luar Negeri Cina, dalam empat hari kalender mulai, Selasa kemarin, menyerahkan kembali kartu pers mereka dalam sepuluh hari kerja. Dan diketahui, hampir semua jurnalis yang berbasis di Cina untuk tiga organisasi memiliki kartu pers yang berakhir tahun ini.
Pengumuman selanjutnya mengatakan bahwa jurnalis Amerika yang sekarang bekerja di Cina daratan “tidak akan diizinkan untuk terus bekerja sebagai jurnalis di Republik Rakyat Cina, termasuk Hong Kong dan Kawasan Administratif Khusus Makau”. Kedua wilayah itu semiotonom dan secara teori memiliki kebebasan pers yang lebih besar daripada di Cina daratan.
Kementerian Luar Negeri mengatakan keputusan itu “sepenuhnya diperlukan sebagai tindakan balasan yang harus dilakukan Tiongkok sebagai tanggapan atas penindasan yang tidak masuk akal yang dialami organisasi media Tiongkok di AS.
Dalam Pernyataan itu juga, Tiongkok menuduh Amerika Serikat “secara eksklusif menargetkan organisasi media Cina, yang dianggap Cina mentalitas Perang Dingin.
“Sangat penting bahwa pemerintah Amerika Serikat dan Cina bergerak cepat untuk menyelesaikan perselisihan ini dan memungkinkan wartawan untuk melakukan pekerjaan penting memberi informasi kepada publik,” kata Editor eksekutif The Times Dean Baquet.
Dia mencatat bahwa The Times memiliki lebih banyak wartawan di Tiongkok daripada di tempat lain secara internasional.
Sementara Matt Murray, pemimpin redaksi Wall Street Journal dan Martin Baron, editor eksekutif Washington Post, juga mengutuk keputusan Cina.[asa]
Comment