Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Selasa, 06 Oktober 2020 |
KalbarOnline.com – Hubungan yang makin tidak menentu antara Amerika Serikat dan Tiongkok membuat semua kalangan memberikan ide agar bisa diselesaikan. Salah satunya adalah para cendekiawan AS. Mereka ikut ambil bagian dalam penelitian dan mengupas kasus yang muncul. Penn’s Center for the Study of Contemporary Tiongkok telah meluncurkan proyek penelitian baru The Penn Project on the Future of US-China Relations.
Para sarjana yang terlibat dalam proyek tersebut berasal dari beberapa universitas berbeda. Mereka memberikan rekomendasi kebijakan kepada anggota parlemen Amerika melalui serangkaian makalah yang mencakup enam topik yakni keamanan nasional; perdagangan dan daya saing; teknologi; hak asasi manusia, hukum dan demokrasi; iklim dan lingkungan; dan penelitian, pendidikan, dan kebebasan akademik.
Makalah yang mencakup satu dari enam topik, akan dirilis setiap Kamis berdasarkan topik hingga 29 Oktober menjelang Pemilu AS. Proyek ini akan mengadakan webinar sehari setelah makalah masing-masing topik dirilis. Ini untuk memberikan platform kepada penulis untuk mendiskusikan dan memperkuat ide-ide mereka lebih jauh.
“Hubungan yang semakin tegang antara kedua negara telah menjadi masalah yang terlalu besar untuk kami abaikan,” kata Penn Law, peneliti CSCC, dan salah satu pemimpin proyek Neysun Mahboubi, seperti dilansir dari Daily Pennsylvanian.
Direktur CSCC dan profesor Penn Law Jacques deLisle mengatakan bahwa pilpres AS tinggal beberapa minggu lagi. Ini adalah waktu yang penting untuk menelusuri hubungan antara AS dan Tiongkok. Ketegangan baru-baru ini sangat terlihat ketika Presiden Donald Trump berusaha melarang aplikasi Tiongkok seperti TikTok dan WeChat di pasar AS.
Dalam satu makalah yang baru-baru ini dirilis mengenai keamanan nasional tentang stabilitas strategis dalam hubungan AS-Tiongkok, asisten Profesor Fiona Cunningham di Universitas George Washington merekomendasikan dialog yang lebih komprehensif antara kedua negar. Itu sebagai jalan terbaik untuk mencegah perlombaan senjata dan mengurangi risiko konflik.
“Jelas perlu ada pemikiran ulang tentang bagaimana membahas suatu hubungan antarnegara,” kata deLisle.
Setelah kondisi memungkinkan, tim proyek berharap dapat membawa peserta dari universitas lain ke kampus Penn untuk mempresentasikan makalah mereka secara langsung. Mereka juga berharap bisa mengadakan sesi publik lainnya di AS serta di Penn-Wharton China Center di Beijing setelah kondisi aman.
Direktur Program Henry Luce Foundation untuk Asia, Helena Kolenda mengatakam saat ini tidak banyak diplomasi yang terjadi di tingkat nasional. Perlu ada wadah lain sebagai komunikasi dan informasi untuk dibagikan. Proyek tersebut sangat penting karena menyoroti suara para sarjana muda yang akan mewarisi hubungan AS-Tiongkok.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Hubungan yang makin tidak menentu antara Amerika Serikat dan Tiongkok membuat semua kalangan memberikan ide agar bisa diselesaikan. Salah satunya adalah para cendekiawan AS. Mereka ikut ambil bagian dalam penelitian dan mengupas kasus yang muncul. Penn’s Center for the Study of Contemporary Tiongkok telah meluncurkan proyek penelitian baru The Penn Project on the Future of US-China Relations.
Para sarjana yang terlibat dalam proyek tersebut berasal dari beberapa universitas berbeda. Mereka memberikan rekomendasi kebijakan kepada anggota parlemen Amerika melalui serangkaian makalah yang mencakup enam topik yakni keamanan nasional; perdagangan dan daya saing; teknologi; hak asasi manusia, hukum dan demokrasi; iklim dan lingkungan; dan penelitian, pendidikan, dan kebebasan akademik.
Makalah yang mencakup satu dari enam topik, akan dirilis setiap Kamis berdasarkan topik hingga 29 Oktober menjelang Pemilu AS. Proyek ini akan mengadakan webinar sehari setelah makalah masing-masing topik dirilis. Ini untuk memberikan platform kepada penulis untuk mendiskusikan dan memperkuat ide-ide mereka lebih jauh.
“Hubungan yang semakin tegang antara kedua negara telah menjadi masalah yang terlalu besar untuk kami abaikan,” kata Penn Law, peneliti CSCC, dan salah satu pemimpin proyek Neysun Mahboubi, seperti dilansir dari Daily Pennsylvanian.
Direktur CSCC dan profesor Penn Law Jacques deLisle mengatakan bahwa pilpres AS tinggal beberapa minggu lagi. Ini adalah waktu yang penting untuk menelusuri hubungan antara AS dan Tiongkok. Ketegangan baru-baru ini sangat terlihat ketika Presiden Donald Trump berusaha melarang aplikasi Tiongkok seperti TikTok dan WeChat di pasar AS.
Dalam satu makalah yang baru-baru ini dirilis mengenai keamanan nasional tentang stabilitas strategis dalam hubungan AS-Tiongkok, asisten Profesor Fiona Cunningham di Universitas George Washington merekomendasikan dialog yang lebih komprehensif antara kedua negar. Itu sebagai jalan terbaik untuk mencegah perlombaan senjata dan mengurangi risiko konflik.
“Jelas perlu ada pemikiran ulang tentang bagaimana membahas suatu hubungan antarnegara,” kata deLisle.
Setelah kondisi memungkinkan, tim proyek berharap dapat membawa peserta dari universitas lain ke kampus Penn untuk mempresentasikan makalah mereka secara langsung. Mereka juga berharap bisa mengadakan sesi publik lainnya di AS serta di Penn-Wharton China Center di Beijing setelah kondisi aman.
Direktur Program Henry Luce Foundation untuk Asia, Helena Kolenda mengatakam saat ini tidak banyak diplomasi yang terjadi di tingkat nasional. Perlu ada wadah lain sebagai komunikasi dan informasi untuk dibagikan. Proyek tersebut sangat penting karena menyoroti suara para sarjana muda yang akan mewarisi hubungan AS-Tiongkok.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini