COVID-19 Akan Hilang di Musim Panas, Hanya Mitos. Masih ada 9 Mitos Lainnya!

Saat ini dunia dilanda ketidakpastian kapan wabah global coronavirus atau COVID-19 akan berakhir. Di tengah kepanikan, ketidakpastian, dan ketakutan, wajar jika masyarakat ingin tahu sebanyak-banyaknya tentang virus mematikan ini.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Hal ini menjadi kesempatan pada orang yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan informasi tentang COVID-19 yang tidak benar, bahkan menyesatkan. Geng Sehat, berikut ini adalah 10 di antaranya yang sebaiknya tidak perlu dipercaya. Jika mendapatkan salinan informasi salah tersebut, jangan bagikan ke siapapun ya!

Baca juga: Berapa Biaya Tes Coronavirus dan di Mana Bisa Dilakukan?

10 Informasi Keliru dan Menyesatkan tentang COVID-19

Kepala Divisi Penyakit Infeksi di University of Maryland, Amerika Serikat, dr. Faheem Younus, belum lama ini membagikan informasi melalui akun Twiter, tentang 10 mitos atau informasi tidak benar terkait COVID-19.

Sebenarnya, ada ratusan bahkan ribuan informasi yang salah tentang COVID-19. Namun, dr. Younus menyaringnya menjadi 10, yang paling banyak dipercaya oleh masyarakat.

1. COVID-19 akan menghilang sendiri di musim panas

Virus yang sudah membunuh ribuan orang ini memang muncul pertama kali di Wuhan, Tiongkok, saat musim dingin. Namun bukan berarti saat udara berganti menjadi lebih hangat atau panas, pendemi COVID-19 akan hilang.

Menurut dr. Younus, belajar dari pandemi-pandemi sebelumnya, hampir semua virus penyebab pandemi tidak bergantung cuaca. Wabah ini bersifat global. Buktinya, saat bumi bagian utara tengah musim dingin, di belahan bumi selatan justru panas. Saat itu pandemi terjadi bersamaan. Dengan begitu pendapat yang menyatakan COVID-19 akan menghilang di musim panas sama sekali tidak berdasar.

2. Di musim panas, COVID-19 akan disebarkan melalui gigitan nyamuk

Sampai saat ini baru terbukti bahwa COVID-19 hanya menyebar melalui droplet atau percikan batuk/bersin orang yang membawa virus, baik mereka bergejala maupun tidak. Virus ini tidak menular melalu darah. Nyamuk tidak meningkatkan penularan.

Baca Juga :  Kok Anak Uring-uringan Kalau Disuruh Sekolah Online?

3. Jika Kamu bisa menahan napas selama 10 detik, artinya Kamu tidak terinfeksi COVID-19

Salah satu gejala infeksi COVID-19adalah sesak napas. Inilah yang memicu mitos bahwa jika Kamu batuk namun masih bisa menahan napas minimal 10 detik, artinya Kamu sedang tidak terinfeksi COVID-19.

Kebanyakan pasien COVID-19 usia muda, masih bisa menahan napas hingga 10 detik bahkan lebih lama. Tetapi ini sulit dilakukan pasien usia lanjut, meskipun mereka tidak dinyatakan positid COVID-19. Jadi indikator terinfeksi atau tidak, ditentukan hanya melalui tes usap tenggorokan dan kemudian diuji di laboratorium, bukan dengan menahan napas yang sangat konyol.

4. Karena tes COVID-19 terbatas, Kamu bisa donor darah dan nanti darah tersebut akan dites.

Bank darah tidak melakukan tes COVID-19. Donor darah adalah tindakan kemanusiaan, jadi jangan menjadi donor darah untuk motivasi yang salah ya Geng!

Baca juga: Berapa Biaya Tes Coronavirus dan di Mana Bisa Dilakukan?

5. COVID-19 hidup di tenggorokan, jadi minum air putih yang banyak bisa mendorong virus keluar.

Semua jenis coronavirus termasuk COVID-19 memang masuk melalui saluran pernapasan. Tetapi mereka tidak diam di permukaan mukosa tenggorokan, melainkan masuk ke dalam sel. Jadi percuma saja Kamu siram dengan air putih yang banyak. Lebih baik Kamu tingkatkan kekebalan tubuh agar virus yang sudah masuk ke sel bisa ditangkap dan dibunuh oleh sel-sel imun kita.

6. Kecelakaan lalu lintas membunuh 30.000 orang dalam setahun. Masih lebih banyak dari kematian akibat COVID-19. Jadi santai aja!

Kecelakaan lalu lintas, atau kecelakaan lainnya tidak menular! Fatalitas dan jumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas tidak bertambah dua kali lipat setiap tiga hari. Kecelakaan juga tidak menimbulkan kepanikan massa dan dampak luar biasa pada ekonomi dunia.

Baca Juga :  Simak Cara Alami untuk Menggemukkan Badan

7. Social distancing ini kok lebay ya! Karena tidak semua orang akan sakit karena COVID-19.

Jika saat ini di suatu wilayah, jumlah korban COVID-19 tidak bertambah atau malah menurun, itu adalah hasil dari social distancing yang sukses. Contohnya Singapura dan Vietnam. jadi bukan karena virusnya tidak berbahaya.

Baca juga: Apa itu Social Distancing untuk Meredam Penularan Coronavirus?

8. Hand sanitizer lebih efektif dan praktis daripada sabun

Sabun dan air dapat membunuh dan membuang virus yang menempel di kulit kita. Dengan begitu, virus tidak sempat masuk ke dalam tubuh melalui kulit. Jadi tidak usah panik saat kehabisan hand sanitizer, selama sabun dan air masih mudah dijangkau.

9. Salah satu startegi mencegah penularan COVID-19 adalah membersihkan seluruh gagang pintu di rumah dengan disinfektan.

Tidak ada salahnya Kamu membersihkan gagang pintu dengan disinfektan. Tetapi cuci tangan dengan sabun dan jaga jarak minimal 2 meter dengan orang lain tetap upaya pencegahan terbaik. Kecuali di rumahmu ada pasien yang terinfeksi COVID-19, maka perlu dilakukan disinfektan ke seluruh permukaan rumah.

10. COVID-19 adalah konspirasi militer Amerika dan Cina.

Tentang informasi ini, dr. Younus hanya menjabawab, “really?” Geng Sehat, COVID-19 adalah bencana global yang nyata. Jadi fokus pada pencegahan dan pengendalian saja ya, tidak perlu membuang tenaga untuk sebuah teori konspirasi yang tidak perlu. Bisa-bisa kita baru melihat COVID-19 sebagai ancaman nyata saat sudah terlambat.

Baca juga: Begini Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri

Sumber:

Twiter @faheemyounus. Kepala Divisi Penyakit Infeksi di University of Maryland, Amerika Serikat, dr. Faheem Younus,

Comment