Endometriosis, terkadang disebut “endo”, merupakan masalah umum yang menyerang wanita. Kondisi kesehatan ini diambil dari kata endometrium, jaringan yang normalnya melapisi rahim atau uterus.
Endometriosis dapat terjadi pada setiap wanita yang sudah mengalami menstruasi, tetapi lebih sering menyerang wanita di usia 30-40 tahun. Dan, wanita lebih rentan mengalami endometriosis jika:
- Belum kunjung memiliki anak.
- Menstruasi lebih dari 7 hari.
- Siklus haid pendek (27 hari atau kurang dari itu).
- Memiliki riwayat keluarga (ibu, tante, saudara perempuan) dengan endometriosis.
- Masalah kesehatan yang menghambat keluarnya darah menstruasi dari tubuh selama masa menstruasi.
The American Society for Reproductive Medicine memaparkan bahwa masalah ini terjadi pada sekitar 50% wanita yang mengalami masalah ketidaksuburan.
Baca juga: Pandemi COVID-19, Jumlah Kehamilan Tidak Direncanakan Meningkat!
Endometriosis Tidak Boleh Diabaikan
Setelah mengetahui kelompok wanita yang berisiko tinggi mengalami endometriosis, ada baiknya kita mengenali masalah ini lebih lanjut agar bisa langsung segera ditangani ketika merasa ada yang janggal.
Endometriosis sendiri merupakan jaringan yang mirip dengan endometrium, tetapi tumbuh di luar rahim dan area lain di dalam tubuh. Seringnya, endometriosis ditemukan pada:
- Ovarium atau indung telur.
- Tuba falopi.
- Jaringan yang menahan rahim berada pada posisinya.
- Area luar rahim.
- Vagina.
- Leher rahim (serviks).
- Usus.
- Kandung kemih.
- Rektum.
Sementara, area tubuh lain yang dapat ditumbuhi oleh endometriosis antara lain paru-paru, otak, dan kulit.
Endometriosis tidak boleh diabaikan karena pertumbuhannya dapat menyebabkan pembekakan dan perdarahan. Ini dapat mengakibatkan:
- Rasa yang amat nyeri ketika menstruasi dan semakin parah seiring waktu.
- Nyeri kronis pada bagian punggung bawah dan panggul.
- Terasa nyeri saat atau setelah berhubungan seks.
- Rasa nyeri ketika berkemih saat menstruasi, bahkan pada kasus tertentu muncul darah pada urine dan feses.
- Perdarahan di antara siklus haid.
- Masalah pencernaan, seperti diare, konstipasi, kembung, atau mual, terutama di masa menstruasi.
- Infertilitas atau kesulitan untuk hamil.
Baca juga: Tak Kunjung Hamil? Kenali Tes HSG untuk Mengecek Kesuburan
Pentingnya Deteksi Dini untuk Menyiapkan Kehamilan yang Sehat
Hingga saat ini, masih belum diketahui apa penyebab sebenarnya dari endometriosis. Namun, faktor genetik disebut-sebut berperan besar seorang wanita bisa mengalami masalah ini. Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan haid yang tidak lancar, masalah sistem imun, hormon, dan komplikasi pasca-operasi (caesar atau histerektomi) juga bisa menyebabkan endometriosis.
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, endometriosis akan mengganggu program hamil alias membuat seorang wanita mengalami infertilitas. Jika endometriosis berada di tuba falopi, jaringan tersebut akan menghambat sel telur yang menuju uterus serta merusak sperma. Para dokter berpendapat ini mampu menurunkan kondisi sperma dan sel telur.
Kalaupun berhasil hamil, wanita dengan endometriosis berisiko lebih tinggi untuk melahirkan prematur, mengalami pre-eklampsia, komplikasi plasenta, dan melahirkan dengan proses caesar.
Oleh karena itu, jika wanita yang ingin hamil termasuk dalam kelompok yang rentan mengalami endometriosis serta merasakan gejala-gejala akibat adanya jaringan abnormal ini, maka sebaiknya jangan menunda berkonsultasi ke dokter untuk melakukan deteksi dini dan menjalani terapi ketidaksuburan secara menyeluruh.
Baca juga: Berapa Lama Durasi Bercinta yang Ideal bagi Wanita? Ini Jawabannya!
Apa yang Bisa Dilakukan?
Kabar baiknya, seorang wanita dengan endometriosis tetap berkesempatan untuk hamil dan melahirkan bayi yang sehat. Untuk mengatasi masalah ini, dokter bisa memberikan terapi obat-obatan kepada pasien. Obat hormonal merupakan salah satu terapi yang bisa diberikan untuk menurunkan kadar estrogen dan menunda menstruasi.
Selain itu, laparoskopi juga bisa dilakukan untuk menangani endometriosis serta penyebab masalah infertilitas lainnya. Laparoskopi merupakan pembedahan dengan perlukaan minimal.
Pasca-operasi pasien akan merasa kurang nyaman di bagian perut yang menjadi lokasi pembedahan dan pundak. Namun, umumnya akan hilang dalam waktu 48-72 jam, tergantung pada masing-masing individu.
Jika dibutuhkan, dokter juga akan merekomendasikan pemeriksaan darah dengan tes anti-mullerian hormone (AMH). Tes ini akan memberikan keterangan terkait jumlah sel telur pasca-operasi laparoskopi.
Terapi endometriosis memang bisa memengaruhi persediaan sel telur. Karenanya, pasien bisa mempertimbangkan untuk menyimpan sel telurnya di bank sel telur. Jadi bila sudah dalam kondisi sehat dan ingin memiliki momongan, wanita bisa menggunakan sel telur yang telah disimpan sebelumnya.
Klinik Fertilitas Bocah Indonesia merupakan salah satu klinik yang menyediakan layanan untuk mengatasi masalah ketidaksuburan pada pria dan wanita. Berlokasi di RS Primaya Tangerang, klinik ini didukung oleh tim medis berdedikasi tinggi dan terlatih secara internasional, meliputi reproductive endocrinologists, embryologists, andrologists, dan counselor psychologists.
Ada berbagai jenis pelayanan yang bisa pasangan suami istri dapatkan, seperti In Vitro Fertilization (IVF), Intracellular Cyptoplasmic Sperm Injection (ICSI), Intra Uterine Insemination (IUI), Intracytoplasmic Morphologically Sperm Injection (IMSI), male and female treatments, maupun fertilization reservation. Untuk info lebih lanjut, silakan kunjungi situs Klinik Fertilitas Bocah Indonesia di sini. (AS)
Baca juga: Kok, Sulit Hamil Lagi? Hati-hati Infertilitas Sekunder!
Referensi
Office on Women’s Health: Endometriosis
ENDOMETRIOSIS, DETEKSI DINI DEMI HARI NANTI
Comment