Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Kamis, 20 Agustus 2020 |
JawaPos.com – Badan Intelijen Negara (BIN) memastikan obat Covid-19 buatannya bersama Universitas Airlangga dan TNI AD sudah diketahui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Progres penelitian selalu dilaporkan kepada presiden secara berkala.
“Ini atensi, atensi dari presiden makanya kita ini melibatkan banyak sekali universitas, kita dorong melakukan hal yang sama. Baik tentang vaksin maupun obat,” kata Deputi VII BIN Wawan Purwanto saat dihubungi, Kamis (20/8).
Oleh karena itu, BIN mengingatkan agar obat Covid-19 ini tidak dianggap sebagai temuan BIN saja. Mengingat banyak pihak yang terlibat di dalamnya.
“Kondisi pandemi gini kita endak terus berpikir ego. Makanya kritik saran nggak apa. Masukan untuk memperkuat nggak masalah. Ini tujuan kita satu, supaya kita nemu dan masyatakat tersehatkan, keselamatannya terjaga,” jelas Wawan.
Kendati demikian, Wawan mengatakan, belum ada keputusan sumber anggaran yang akan digunakan apabila obat ini telah diproduksi massal. Hal itu baru akan dibahas apabila BPOM telah memberikan izin edar.
“Menurut saya presiden tidak mempersulit atau apa gitu. Karena memang ini kebutuhan, kebutuhan masyarakat. Bukan sesuatu yang tersier tetapi mendesak,” pungkas Wawan.
Sebelumnya, BPOM mengungkapkan ada beberapa catatan masalah yang harus dikoreksi dan diteliti atau dikaji ulang oleh tim peneliti. BPOM menyebutnya dengan istilah obat tersebut belum valid atau sahih.
Kepala BPOM Penny Lukito menjelaskan hari ini pihaknya menerima hasil laporan penelitian uji klinis berdasarkan inspeksi atau monitoring yang dilakukan BPOM sejak 28 Juli. Maka tugas BPOM saat ini adalah me-review atau meninjau ulang hasil uji klinis terbaru dari peneliti.
“Sudah ada pertemuan dengan tim peneliti dan sponsornya dalam hal ini BIN dan TNI AD. Hasil ini akan kami review. Kami lakukan apresiasi, upaya dilakukan bersama Unair sebagai peneliti sebagai inisiator. Ini upaya bersama untuk menemukan obat dalam hadapi pandemi,” kata Penny kepada wartawan, Rabu (19/8).
Pada saat inspeksi atau monitoring per 28 Juli 2020 terkait 3 kombinasi obat Covid-19 yang dilakukan tim Unair, BPOM masih menemukan beberapa masalah atau gap. Baik itu temuan Critical Major (dampak validitas uji klinis dan hasil yang didapatkan), ataupun Minor.
JawaPos.com – Badan Intelijen Negara (BIN) memastikan obat Covid-19 buatannya bersama Universitas Airlangga dan TNI AD sudah diketahui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Progres penelitian selalu dilaporkan kepada presiden secara berkala.
“Ini atensi, atensi dari presiden makanya kita ini melibatkan banyak sekali universitas, kita dorong melakukan hal yang sama. Baik tentang vaksin maupun obat,” kata Deputi VII BIN Wawan Purwanto saat dihubungi, Kamis (20/8).
Oleh karena itu, BIN mengingatkan agar obat Covid-19 ini tidak dianggap sebagai temuan BIN saja. Mengingat banyak pihak yang terlibat di dalamnya.
“Kondisi pandemi gini kita endak terus berpikir ego. Makanya kritik saran nggak apa. Masukan untuk memperkuat nggak masalah. Ini tujuan kita satu, supaya kita nemu dan masyatakat tersehatkan, keselamatannya terjaga,” jelas Wawan.
Kendati demikian, Wawan mengatakan, belum ada keputusan sumber anggaran yang akan digunakan apabila obat ini telah diproduksi massal. Hal itu baru akan dibahas apabila BPOM telah memberikan izin edar.
“Menurut saya presiden tidak mempersulit atau apa gitu. Karena memang ini kebutuhan, kebutuhan masyarakat. Bukan sesuatu yang tersier tetapi mendesak,” pungkas Wawan.
Sebelumnya, BPOM mengungkapkan ada beberapa catatan masalah yang harus dikoreksi dan diteliti atau dikaji ulang oleh tim peneliti. BPOM menyebutnya dengan istilah obat tersebut belum valid atau sahih.
Kepala BPOM Penny Lukito menjelaskan hari ini pihaknya menerima hasil laporan penelitian uji klinis berdasarkan inspeksi atau monitoring yang dilakukan BPOM sejak 28 Juli. Maka tugas BPOM saat ini adalah me-review atau meninjau ulang hasil uji klinis terbaru dari peneliti.
“Sudah ada pertemuan dengan tim peneliti dan sponsornya dalam hal ini BIN dan TNI AD. Hasil ini akan kami review. Kami lakukan apresiasi, upaya dilakukan bersama Unair sebagai peneliti sebagai inisiator. Ini upaya bersama untuk menemukan obat dalam hadapi pandemi,” kata Penny kepada wartawan, Rabu (19/8).
Pada saat inspeksi atau monitoring per 28 Juli 2020 terkait 3 kombinasi obat Covid-19 yang dilakukan tim Unair, BPOM masih menemukan beberapa masalah atau gap. Baik itu temuan Critical Major (dampak validitas uji klinis dan hasil yang didapatkan), ataupun Minor.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini