KalbarOnline.com – Santuy! Bahasa populer generasi kekinian inilah yang barangkali tepat dalam menggambarkan suasana hati para pengadopsi teknologi Cloud yang tidak terbebani lagi dengan kekhawatiran ketika harus menghadapi isu skalabilitas dan efisiensi di era digital yang penuh disrupsi ini.
Barangkali di ingatan kita masih tersimpan memori kejadian-kejadian downtime yang dialami oleh pelaku bisnis digital akibat tak kuasa mengantisipasi lonjakan dahsyat trafik pelanggan pada saat Hari Belanja Nasional (Harbolnas) atau kampanye-kampanye pemasaran khusus yang berhasil menarik minat besar pelanggan.
Dari kejadian-kejadian tersebut, banyak kekecewaan pelanggan yang berujung pada ketidakpuasan dan ketidakpercayaan. Risiko bisnis yang sangat kritikal, mengingat persaingan usaha saat ini sangat ketat dan loyalitas pelanggan bukan terpatok pada brand tertentu, namun pada layanan manakah yang paling bisa menghadirkan keandalan. Reputasi menjadi taruhan.
Padahal, Harbolnas atau kampanye pemasaran adalah momen-momen yang bisa diprediksikan. Lalu bagaimana harus selalu bisa bersiap menghadapi lonjakan-lonjakan yang muncul tanpa bisa diprediksi sebelumnya seperti pandemi ini?
Pengadopsian teknologi Cloud rupanya tetap bisa diandalkan menjadi solusi efektif bagi penyedia layanan untuk kebutuhan masyarakat luas, utamanya dalam menghadapi isu skalabilitas. Simak Online, di Jakarta juga dikenal sebagai Si Pintar, punya cerita menarik tentang ini.
“Kami mengembangkan Simak Online sebagai solusi administrasi terpadu untuk sekolah, yang mencangkup berbagai modul terintegrasi dan bersifat multi pengguna sehingga Simak Online dapat diakses oleh siswa, guru dan orangtua murid,” ungkap Rizki Akmanda, CEO Simak Online, dalam sebuah wawancara secara virtual beberapa waktu lalu.
Sebelum mendayagunakan AWS Cloud, Simak Online mengandalkan server fisik berspesifikasi tinggi. Namun, insfrastuktur tersebut tidak memiliki keluwesan ketika dihadapkan pada aktivitas-aktivitas yang bersifat serentak dan dalam skala besar. Rizki mencontohkan, “Ketika terjadi ulangan umum serentak yang dilakukan pada jam yang bersamaan di 117 SMA di Jakarta, sistem kami yang saat itu masih mengandalkan infrastruktur fisik down karena tak siap mengakomodasi.”
Dulu ketika hanya mengandalkan server fisik, Simak Online hanya mampu mengakomodasi kebutuhan paling banyak 50 sekolah. Sekolah-sekolah lain terpaksa dikorbankan atau menunggu giliran. Banyak sekolah yang pada waktu itu akhirnya mengaku kecewa dan penilaian publik terhadap kinerja Simak Online pun menjadi rendah. Skalabilitas diakui menjadi persoalan serius pada saat itu.
Namun sekarang, isu skalabilitas mampu dijawab dengan efektif dan efisien berkat keandalan teknologi Cloud dari AWS yang memperkuat Simak Online.
“Saat ini, semua sekolah pun bisa melakukan ujian serentak dengan lancar. Kinerja kami tetap terjaga kualitasnya meskipun saat ini pemanfaatan platform kami melonjak pesat sehubungan dengan kebijakan belajar dari rumah,” ujar Rizki.
“Kapabilitas auto-scaling dari cloud AWS menjamin bahwa Simak Online dapat scale up saat terjadi lonjakan kebutuhan, seperti pada masa ujian, dan juga scale down ketika kebutuhannya tidak terlalu tinggi agar dapat menghemat biaya.”
Selain lonjakan aktivitas daring untu belajar mengajar, lonjakan juga terjadi pada aktivitas belanja kebutuhan sehari-sehari, terutama bagi masyarakat urban. Ada kisah menarik tentang ini yang disampaikan oleh CTO dan Co-Founder HappyFresh, Fajar A. Budiprasetyo yang bisa dijadikan inspirasi oleh platform-platform digital dalam mengantisipasi isu skalabilitas. Ia berujar, “Pandemi dan pembatasan sosial berskala besar telah mendorong terjadinya dlonjakan trafik di HappyFresh hingga 10 kali lipat.”
Lonjakan pada saat PSBB pun juga berbeda dengan pada saat promosi, yang biasanya hanya beberapa jam durasinya. Dalam dunia e-commerce yang mengedepankan UX (user experience) atau pengalaman pelanggan, reliabilitas dan bebas isu downtime menjadi faktor utama untuk menjaga kepercayaan pelanggan.
Tidak adanya downtime saat menggunakan platform HappyFresh tentu saja membuat pelanggannya happy. Selain itu, AWS juga membantu HappyFresh menyediakan UX yang bersahabat melalui sajian fitur rekomendasi produk, diperkaya dengan teknologi machine learning Amazon SageMaker dari AWS.
Menurut Fajar, selain elastisitas dalam mengelola trafik yang signifikan, keuntungan lain yang didapatkan dari penggunaan Cloud AWS adalah penghematan biaya. Fajar mengatakan, AWS secara berkala mengirimkan tim solutions architect yang bertugas meninjau optimalisasi penggunaan cloud AWS sejauh itu. Sehingga, biaya IT yang dipangkas pun dapat mencapai angka 50 hingga 60 persen. Efisiensi biaya juga terefleksi dari ketiadaan pemborosan biaya akibat adanya server-server fisik yang tidak terpakai jika terjadi penurunan kebutuhan.
Jajaran layanan dan solusi yang komprehensif di Cloud AWS juga memungkinkan perusahaan untuk mengoperasikan tim IT yang lebih ramping karena semua urusan infrastruktur telah ditangani oleh AWS, berkat layanan managed services dari AWS.
Memampukan pelaku bisnis dengan layanan-layanan komputasi awan agar tetap tangguh dan mampu beradaptasi dengan berbagai disrupsi, termasuk yang disebabkan oleh pandemi, memang telah menjadi komitmen kuat AWS. Solusi-solusi dari AWS, seperti Amazon Workspace (desktop), Amazon Connect (contact center), Amazon Chime (untuk pertemuan virtual), dan Amazon Workdocs (untuk mengedit dokumen), menjadi contoh dari layanan-layanan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkan tatanan budaya baru dalam bekerja sehingga bekerja dari rumah menjadi mudah, nyaman, dan aman.
Selain menawarkan teknologi komputasi awan sebagai solusi efektif di berbagai situasi, AWS juga menghadirkan komitmen lain yang bisa menjadi solusi di saat pandemi. Gunawan Susanto, Country Manager AWS Indonesia menjelaskan bahwa untuk meringankan beban biaya yang perlu ditanggung, AWS memiliki inisiatif AWS Disaster Response Credits.
“Seperti pada penggunaan pulsa, AWS Disaster Response Credits dapat ‘dibelanjakan’ untuk mengakses layanan dan sumber daya yang dibutuhkan pelanggan. Insentif tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada organisasi-organisasi yang berada di garis depan pertempuran melawan COVID-19, terutama mereka yang bergerak di bidang kesehatan, pendidikan, dan lain-lain,” jelas Gunawan.
Di lini diagnostika, AWS menyuarakan AWS Diagnostic Development Initiative. Program global ini terbuka untuk lembaga riset dan swasta yang terakreditasi agar dapat mempercepat upaya solusi diagnostika virus COVID-19 lewat teknologi analitika data dan machine learning. Selain itu, AWS COVID-19 Data Lake atau bank data yang amat kaya informasi mengenai penyebaran dan karakteristik virus COVID-19 juga dapat diakses publik.
Comment