KalbarOnline.com – Tiongkok sebenarnya sudah mulai membuka diri untuk siap kapan saja berdialog dengan Amerika Serikat. Hanya saja, Presiden Donald Trump tampaknya belum bersedia. Trump bahkan pada bulan lalu menegaskan dirinya belum berbicara dengan Tiongkok dalam kurun waktu yang lama. Dia juga tak tertarik untuk melakukannya.
Ketika pemerintahan Trump mulai berkuasa di AS pada 2017, ada sekitar 100 forum pertukaran yang diorganisir secara resmi. Dari mulai bidang farmasi hingga kebijakan teknologi antara Tiongkok dan AS. Menurut seorang analis Tiongkok selama hampir tiga dekade, Arthur Kroeber, agenda tersebut sebelumnya dihadiri kedua negara.
- Baca juga: Langkah Ekstrem AS, Usir 15 Peneliti Tiongkok Kembali ke Negaranya
“Tapi kini, hampir semua dialog sekarang telah mati. Hal itu meningkatkan risiko kesalahpahaman yang membengkak atau meningkat menjadi krisis, dan menghambat kerja sama seperti menghadapi pandemi Covid-19,” kata mantan diplomat Tiongkok yang menjadi penerjemah untuk Deng Xiaoping, Gao Zhikai seperti dilansir dari The Print.
“Runtuhnya struktur tersebut bukanlah pemicu hubungan yang buruk, tetapi hasil dari hubungan yang memburuk,” kata penulis The Beautiful Country and the Middle Kingdom, sebuah sejarah hubungan Tiongkok-Amerika selama lebih dari dua abad, John Pomfret.
- Baca juga: Xi Jinping Disebut Pakai Kecerdasan Buatan Perkuat Rezim Totaliter
Hubungan AS-Tiongkok dinilai berada pada kondisi terburuknya dalam beberapa dekade. Trump menyalahkan pemerintah Xi Jinping karena tidak bisa mengendalikan wabah Covid-19 sebelum menjadi pandemi.
Terbukti sejumlah diskusi bilateral dibatalkan. Seperti pertengkaran yang meluas antara kedua belah pihak di Laut China Selatan yang disengketakan. Para analis berpendapat satu-satunya cara untuk mempererat hubungan adalah melalui dialog. Namun, belum ada tanda-tanda keduanya akan melakukan meski Tiongkok sejatinya sudah membuka diri.
Comment