Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Sabtu, 03 Oktober 2020 |
KalbarOnline.com – Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan minta agar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Bio Farma segera memproduksi alat PCR dan rapid test kit untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan dalam negeri.
“Sekarang kita lihat BPPT dan Bio Farma untuk menyusun list apa saja yang dibutuhkan dan impor produk apa saja yang kita batasi,” ujarnya dalam keteranganya, Sabtu (3/10).
Menko Luhut menegaskan agar kapasitas produksi domestik dapat terserap terlebih dahulu dan juga dapat melakukan impor bila produksi dalam negeri tidak mencukupi. “Oleh karena itu nanti BUMN kita dorong untuk membantu investasi dalam bidang ini,” ucapnya.
Disamping itu, dirinya juga meminta agar Menperin Agus Gumiwang turut mendorong agar industri industri dalam negeri bisa masuk di sektor farmasi. Secara teknis, kata dia, menyebutkan alat tes PCR Bio Farma sudah bisa produksi 1,5 juta dan bisa naik 3,5 juta per bulan.
“Tapi yang betul-betul mesti diperhatikan adalah stok reagennya. Reagen ini saya minta Pak Honesti (Dirut Bio Farma) untuk juga produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri masih terbatas, sekarang bagaimana kita tingkatkan kapasitas itu,” tegasnya.
Reagen ini diperlukan untuk ekstraksi yang digunakan dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit COVID-19.
Menanggapi hal itu, Kepala BPPT Hammam Riza menyebutkan bahwa tim gugus tugas BPPT untuk riset inovasi Covid-19 telah siap memproduksi beberapa produk penilaian secara massal. “Beberapa produk yang digunakan untuk screening seperti tes rapid telah dapat diproduksi secara massal,” tambahnya.
Bekerja sama dengan PT Prodia, PT Tempo Scan Pasific dan PT Padma , menurutnya, BPPT telah mampu meningkatkan produksi tes rapid hingga lebih dari 2 juta alat per bulan. “Bila kita ingin memenuhi kebutuhan yang proyeksinya 6 juta per bulan dengan asumsi 200 tes per hari kali 30 hari,” urainya.
Lebih jauh, Hammam juga menjelaskan bahwa BPPT telah berhasil membuat alat tes PCR. BPPT dan Bio Farma menurut Hammam telah mampu produksi alat PCR kapasitas 1.5 juta per bulan.
“Alat PCR kit yang kita awali bersama pada Bulan Maret bersama dengan startup biomolekuler milik Bio Farma sekarang berhasil memasuki generasi yang kedua dengan menggunakan metode multiplex berbeda dengan simulfex karena tingkat akurasi dan kecepatannya,” jelasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan minta agar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Bio Farma segera memproduksi alat PCR dan rapid test kit untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan dalam negeri.
“Sekarang kita lihat BPPT dan Bio Farma untuk menyusun list apa saja yang dibutuhkan dan impor produk apa saja yang kita batasi,” ujarnya dalam keteranganya, Sabtu (3/10).
Menko Luhut menegaskan agar kapasitas produksi domestik dapat terserap terlebih dahulu dan juga dapat melakukan impor bila produksi dalam negeri tidak mencukupi. “Oleh karena itu nanti BUMN kita dorong untuk membantu investasi dalam bidang ini,” ucapnya.
Disamping itu, dirinya juga meminta agar Menperin Agus Gumiwang turut mendorong agar industri industri dalam negeri bisa masuk di sektor farmasi. Secara teknis, kata dia, menyebutkan alat tes PCR Bio Farma sudah bisa produksi 1,5 juta dan bisa naik 3,5 juta per bulan.
“Tapi yang betul-betul mesti diperhatikan adalah stok reagennya. Reagen ini saya minta Pak Honesti (Dirut Bio Farma) untuk juga produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri masih terbatas, sekarang bagaimana kita tingkatkan kapasitas itu,” tegasnya.
Reagen ini diperlukan untuk ekstraksi yang digunakan dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit COVID-19.
Menanggapi hal itu, Kepala BPPT Hammam Riza menyebutkan bahwa tim gugus tugas BPPT untuk riset inovasi Covid-19 telah siap memproduksi beberapa produk penilaian secara massal. “Beberapa produk yang digunakan untuk screening seperti tes rapid telah dapat diproduksi secara massal,” tambahnya.
Bekerja sama dengan PT Prodia, PT Tempo Scan Pasific dan PT Padma , menurutnya, BPPT telah mampu meningkatkan produksi tes rapid hingga lebih dari 2 juta alat per bulan. “Bila kita ingin memenuhi kebutuhan yang proyeksinya 6 juta per bulan dengan asumsi 200 tes per hari kali 30 hari,” urainya.
Lebih jauh, Hammam juga menjelaskan bahwa BPPT telah berhasil membuat alat tes PCR. BPPT dan Bio Farma menurut Hammam telah mampu produksi alat PCR kapasitas 1.5 juta per bulan.
“Alat PCR kit yang kita awali bersama pada Bulan Maret bersama dengan startup biomolekuler milik Bio Farma sekarang berhasil memasuki generasi yang kedua dengan menggunakan metode multiplex berbeda dengan simulfex karena tingkat akurasi dan kecepatannya,” jelasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini