Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Minggu, 18 Oktober 2020 |
KalbarOnline.com – Perlakuan Polri terhadap anggota Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Syahganda Nainggolan dan Jumhur Hidayat, yang memakai rompi oranye dengan tangan diborgol dianggap berlebihan. Sebab, mereka bukan penjahat, koruptor, dan juga bukan tahanan politik apalagi teroris.
“Polisi dalam hal ini bertindak sangat berlebihan. Tindakan aparat mempertontonkan tokoh KAMI dengan penampilan seperti itu dikritik banyak pihak karena seharusnya dalam konteks kasus mereka tidak perlu sampai seperti itu,” kata Anggota DPR RI Fraksi PAN, Guspardi Gaus dalam keterangannya, Minggu (18/10).
Guspardi menuturkan, sebagai pengayom masyarakat, polisi seharusnya lebih bijaksana mengambil tindakan dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Baginya, cara memperlakukan para aktivis atau mereka yang berbeda pendapat seolah-olah penjahat, merupakan tindakan diluar batas kepatutan.
“Dimana acara konprensi pers tersebut di liput dan disiarkan oleh berbagai media dan di tonton oleh masyarakat luas,” sesal Guspardi.
Legislator dapil Sumatera Barat 2 ini menyebut, polisi seharusnya bersikap lebih bijaksana dan manusiawi. Dia memandang, tindakan mempertontontonkan para tersangka dalam kondisi menggunakan baju tahanan berwarna oranye dengan tangan diborgol justru memperburuk citra Korps Bhayangkara di mata publik.
Meskipun para anggota KAMI tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), sebaiknya mereka diperlakukan tidak seperti penjahat kriminal kelas berat.
“Perlakukan mabes polri terhadap mereka dalam kasus ini sangat tidak tepat dan off side. Untuk itu, saya berharap polisi bisa menjadikan kejadian ini sebagai autokritik terhadap korps kepolisian agar bertindak lebih humanis dan jangan membuat citra polri yang dicintai sebagai pengayom dan pelindung masyarakat, jadi makin turun di mata masyarakat,” tandasnya.
Sebelumnya, Polri telah menetapkan sembilan tersangka penghasutan. Dari sembilan tersangka itu, beberapa di antaranya merupakan Ketua KAMI Medan Khairi Amri (KA) serta petinggi KAMI, Syahganda Nainggolan (SN), Jumhur Hidayat (JH), dan Anton Permana (AP).
Ketua KAMI Medan Khairi Amri ditangkap di Medan bersama tuga tersangka lainnya, yakni Juliana (JG), Novita Zahara S (NZ), dan Wahyu Rasasi Putri (WRP). Sementara, Jumhur, Syahganda dan Anton ditangkap di Jakarta bersama tersangka lainnya yakni Kingkin Anida.
Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Awi Setiyono menegaskan, perlakuan terhadap aktivis KAMI yang mengenakan rompi tahanan dengan tangan diborgol diperlakukan sama seperti tersangka lainnya. “Selama ini kita sampaikan, sama kan tidak ada perbedaan dengan tersangka lain kan,” tegas Awi.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Perlakuan Polri terhadap anggota Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Syahganda Nainggolan dan Jumhur Hidayat, yang memakai rompi oranye dengan tangan diborgol dianggap berlebihan. Sebab, mereka bukan penjahat, koruptor, dan juga bukan tahanan politik apalagi teroris.
“Polisi dalam hal ini bertindak sangat berlebihan. Tindakan aparat mempertontonkan tokoh KAMI dengan penampilan seperti itu dikritik banyak pihak karena seharusnya dalam konteks kasus mereka tidak perlu sampai seperti itu,” kata Anggota DPR RI Fraksi PAN, Guspardi Gaus dalam keterangannya, Minggu (18/10).
Guspardi menuturkan, sebagai pengayom masyarakat, polisi seharusnya lebih bijaksana mengambil tindakan dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Baginya, cara memperlakukan para aktivis atau mereka yang berbeda pendapat seolah-olah penjahat, merupakan tindakan diluar batas kepatutan.
“Dimana acara konprensi pers tersebut di liput dan disiarkan oleh berbagai media dan di tonton oleh masyarakat luas,” sesal Guspardi.
Legislator dapil Sumatera Barat 2 ini menyebut, polisi seharusnya bersikap lebih bijaksana dan manusiawi. Dia memandang, tindakan mempertontontonkan para tersangka dalam kondisi menggunakan baju tahanan berwarna oranye dengan tangan diborgol justru memperburuk citra Korps Bhayangkara di mata publik.
Meskipun para anggota KAMI tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), sebaiknya mereka diperlakukan tidak seperti penjahat kriminal kelas berat.
“Perlakukan mabes polri terhadap mereka dalam kasus ini sangat tidak tepat dan off side. Untuk itu, saya berharap polisi bisa menjadikan kejadian ini sebagai autokritik terhadap korps kepolisian agar bertindak lebih humanis dan jangan membuat citra polri yang dicintai sebagai pengayom dan pelindung masyarakat, jadi makin turun di mata masyarakat,” tandasnya.
Sebelumnya, Polri telah menetapkan sembilan tersangka penghasutan. Dari sembilan tersangka itu, beberapa di antaranya merupakan Ketua KAMI Medan Khairi Amri (KA) serta petinggi KAMI, Syahganda Nainggolan (SN), Jumhur Hidayat (JH), dan Anton Permana (AP).
Ketua KAMI Medan Khairi Amri ditangkap di Medan bersama tuga tersangka lainnya, yakni Juliana (JG), Novita Zahara S (NZ), dan Wahyu Rasasi Putri (WRP). Sementara, Jumhur, Syahganda dan Anton ditangkap di Jakarta bersama tersangka lainnya yakni Kingkin Anida.
Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Awi Setiyono menegaskan, perlakuan terhadap aktivis KAMI yang mengenakan rompi tahanan dengan tangan diborgol diperlakukan sama seperti tersangka lainnya. “Selama ini kita sampaikan, sama kan tidak ada perbedaan dengan tersangka lain kan,” tegas Awi.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini