Saat ini media sosial menjadi salah satu sumber pertama kita mendapatkan informasi. Kecepatan dalam penyampaian informasi adalah salah satu kelebihan media sosial dibandingkan media konvensional. Semua informasi dapat dengan cepat menyebar, dan tidak semuanya bisa adalah informasi yang benar.
Hasil survei “Herbalife Nutrition Asia Pacific Nutrition Myths Survey 2020” menunjukkan, media sosial menjadi rujukan utama konsumen di Asia Pasifik dalam memperoleh informasi seputar nutrisi. Sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan pemahaman masyarakat akan kebenaran informasi tersebut.
Banyak mitos tentang nutrisi yang salah, dan banyak tersebar melalui media sosial. Kira-kira mitos nutrisi apa saja ya?
Baca juga: Lagi Turunkan Berat Badan? Awas Jangan Tersesat oleh 5 Mitos Diet Ini!
8 Mitos Nutrisi Paling Sering Dipercaya dan Fakta Sebenarnya
Setidaknya ada 8 mitos terkait nutrisi yang paling banyak beredar di media sosial di Asia Pasifik, yaitu:
Mitos 1: Karbohidrat dapat menambah berat badan
Fakta: Mengkonsumsi Karbohidrat saja tidak menyebabkan penambahan berat badan, namun menambah kalori. Selama dikonsumsi tidak lebih dari 40% dari kebutuhan kalori harian Kamu, karbohidrat tidak akan menambah berat badan. Sumber karbohidrat yang sehat seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian jugamemberikan nutrisi penting seperti kalsium, zat besi dan vitamin B.
Mitos 2: Semakin berumur, semakin sedikit protein yang dibutuhkan
Fakta: Memasuki usia 40 tahun, kita kemungkinan akan mengalami penurunan fungsi dan massa otot secara bertahap atau dikenal dengan sarcopenia. Proses ini bisa dimitigasi dengan meningkatkan asupan protein dan melakukan latihan ketahanan yang disesuaikan dengan usia.
Mitos 3: Kafein menyebabkan dehidrasi
Fakta: Meskipun kafein memiliki sifat diuretik (menyebabkan naiknya laju urinasi), mengkonsumsi dua hingga tiga cangkir kopi tidak akan membuat Kamu dehidrasi. Sebuah studi oleh Institute for Scientific Information tentang kopi menyatakan bahwa kopi juga bersifat menghidrasi dengan kandungan airnya.
Baca juga: 8 Mitos dan Fakta seputar Kafein
Mitos 4: Massa tulang di semua usia dapat dioptimalisasi dengan asupan kalsium yang cukup
Fakta: Level puncak massa tulang (ukuran dan kekuatan tulang maksimal) kita bergantung pada asupan kalsium dan akan mencapai puncaknya pada usia 30 tahun. Namun, asupan kalsium yang cukup sepanjang hidup dapat mengurangi risiko osteoporosis. Suplementasi kalsium dapat melindungi dari keropos tulang di usia tua, terutama untuk wanita pasca menopause yang memiliki kebutuhan kalsium lebih tinggi.
Mitos 5: Diet ketogenik adalah cara sehat untuk mengurangi berat badan
Fakta: Konsumsi karbohidrat yang sangat rendah, sedang dalam asupan protein dan tinggi lemak mendorong tubuh mengunakan lemak sebagai bahan bakar akan mengakibatkan penurunan berat badan.
Bagaimanapun, karbohidrat diperlukan tubuh, karena akan menyuplai energi, vitamin dan mineral. Untuk menurunkan berat badan secara berkelanjutan, mengadopsi diet seimbang yang dipadu dengan olahraga teratur adalah cara yang paling baik.
Mitos 6: Pola makan yang sangat rendah lemak adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan
Fakta: Berbagai studi menunjukkan pola makan/diet dengan rendah lemak akan menurunkan berat badan dalam jumlah yang sangat kecil pada tahun pertama. Hal tersebut menjadikan pola ini tidak efektif. Tubuh kita membutuhkan lemak karena dapat membantu membangun membran sel dan membantu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak.
Mitos 7: Indeks Glikemik adalah pengukuran yang baik untuk memilih karbohidrat yang paling sehat
Fakta: Indeks Glikemik adalah pengukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat karbohidrat dalam makanan yang dapat berdampak pada tingkat gula darah dalam tubuh, tetapi tidak untuk memilih pola makan yang sehat dan tepat. Pemilihan karbohidrat dalam makanan dilakukan dengan berbagai pertimbangan lain.
Mitos 8: Bubuk protein bukanlah sumber makanan yang sehat dibandingkan dengan protein dari makanan alami.
Fakta: Bubuk protein dapat menjadi sumber protein yang sama baiknya dengan makanan dari bahan alami jika berasal dari sumber yang berkualitas dan diproses dengan berdasarkan sains. Misalnya protein yang berasal dari kedelai dengan mengandung protein lengkap serta 9 jenis lengkap asam amino esensial untuk kebutuhan nutrisi tubuh.
Baca juga: Membaca Label Nutrisi, Kunci Keberhasilan Diet?
Biasakan Menyaring Informasi
Pakar Nutrisi dan Dosen Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Rimbawan dalam acara Nutrition Talk yang diselenggarakan Herbalife, Selasa (22/10) menjelaskan, dengan banyaknya sumber informasi gizi dan maraknya mitos seputar nutrisi, akan mempersulit konsumen untuk mendapatkan informasi yang akurat serta membedakan fakta atau mitos seputar nutrisi.
“Oleh karena itu, penting mendapatkan pengetahuan yang akurat dari sumber yang dapat dipercaya. Adalah tugas kita bersama untuk dapat mengungkap kebenaran informasi nutrisi, dan membantu konsumen di Asia Pasifik mendapat pengetahuan nutrisi yang mereka butuhkan untuk mencapai hasil kesehatan yang diinginkan,” ujar Dr. Rimbawan.
Baca juga: Pelaku Plant-Based Diet Berisiko Kekurangan Zat Gizi Penting
Sumber:
Hasil survei “Herbalife Nutrition Asia Pacific Nutrition Myths Survey 2020”
Comment