Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Selasa, 24 November 2020 |
KalbarOnline.com – Sejumlah peneliti termasuk dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengingatkan bahwa bisa saja ada pandemi virus lain setelah wabah Covid-19. Karena itu peneliti juga bersiap menghadapi kemungkinan adanya virus jenis baru lainnya yakni SARS-CoV3.
Untuk pertama kalinya, aliansi penelitian internasional mengamati struktur lipatan RNA dari genom SARS-CoV2 saat virus melakukan proses infeksi. Karena struktur ini sangat mirip di antara berbagai virus Korona beta, para ilmuwan tidak hanya meletakkan dasar untuk pengembangan obat baru yang ditargetkan untuk mengobati Covid-19. Tapi, juga untuk kejadian infeksi virus Korona baru di masa depan yang mungkin berkembang.
Kode genetik virus SARS-CoV2 persis sepanjang 29.902 karakter, dirangkai melalui molekul RNA yang panjang. Ini berisi produksi 27 protein. Virus memiliki sifat menggunakan proses metabolisme sel inangnya untuk berkembang biak. Hal terpenting dari strategi ini adalah bahwa virus dapat secara tepat mengontrol sintesis proteinnya sendiri.
SARS-CoV2 menggunakan pelipatan spasial molekul herediter RNA sebagai elemen kontrol untuk produksi protein. Namun, hingga kini satu-satunya model lipatan ini didasarkan pada analisis komputer dan bukti eksperimental tidak langsung.
Saat ini seperti dilansir dari Science Daily, Senin (23/11), tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh ahli kimia dan ahli biokimia di Goethe University dan TU Darmstadt, Jerman, telah menguji model tersebut secara eksperimental untuk pertama kalinya. Peneliti dari Institut Sains Weizmann Israel, Institut Karolinska Swedia, dan Universitas Katolik Valencia juga terlibat.
Untuk melakukannya, mereka menggunakan spektroskopi resonansi magnetik nuklir (NMR) di mana atom-atom RNA terpapar medan magnet yang kuat. Mereka membandingkan temuan dari metode ini dengan temuan dari proses kimia (jejak dimetil sulfat) yang memungkinkan daerah untai tunggal RNA dibedakan dari daerah untai ganda RNA.
Koordinator konsorsium, Profesor Harald Schwalbe dari Pusat Resonansi Magnetik Biomolekuler di Universitas Goethe Frankfurt, menjelaskan temuan mereka menyiapkan masa depan dari pelajaran yang didapat dari cara SARS-CoV2 melakukan infeksi. Ada lebih dari 40 kelompok kerja dengan 200 ilmuwan sedang melakukan penelitian dalam konsorsium Covid-19 ini, termasuk 45 mahasiswa doktoral dan pascadoktoral di Frankfurt yang bekerja dalam dua shift per hari, tujuh hari dalam seminggu sejak akhir Maret 2020.
“Untuk alasan ini, kami berharap dapat berkontribusi untuk lebih siap menghadapi virus ‘SARS-CoV3’ di masa depan,” ungkap peneliti.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Sejumlah peneliti termasuk dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengingatkan bahwa bisa saja ada pandemi virus lain setelah wabah Covid-19. Karena itu peneliti juga bersiap menghadapi kemungkinan adanya virus jenis baru lainnya yakni SARS-CoV3.
Untuk pertama kalinya, aliansi penelitian internasional mengamati struktur lipatan RNA dari genom SARS-CoV2 saat virus melakukan proses infeksi. Karena struktur ini sangat mirip di antara berbagai virus Korona beta, para ilmuwan tidak hanya meletakkan dasar untuk pengembangan obat baru yang ditargetkan untuk mengobati Covid-19. Tapi, juga untuk kejadian infeksi virus Korona baru di masa depan yang mungkin berkembang.
Kode genetik virus SARS-CoV2 persis sepanjang 29.902 karakter, dirangkai melalui molekul RNA yang panjang. Ini berisi produksi 27 protein. Virus memiliki sifat menggunakan proses metabolisme sel inangnya untuk berkembang biak. Hal terpenting dari strategi ini adalah bahwa virus dapat secara tepat mengontrol sintesis proteinnya sendiri.
SARS-CoV2 menggunakan pelipatan spasial molekul herediter RNA sebagai elemen kontrol untuk produksi protein. Namun, hingga kini satu-satunya model lipatan ini didasarkan pada analisis komputer dan bukti eksperimental tidak langsung.
Saat ini seperti dilansir dari Science Daily, Senin (23/11), tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh ahli kimia dan ahli biokimia di Goethe University dan TU Darmstadt, Jerman, telah menguji model tersebut secara eksperimental untuk pertama kalinya. Peneliti dari Institut Sains Weizmann Israel, Institut Karolinska Swedia, dan Universitas Katolik Valencia juga terlibat.
Untuk melakukannya, mereka menggunakan spektroskopi resonansi magnetik nuklir (NMR) di mana atom-atom RNA terpapar medan magnet yang kuat. Mereka membandingkan temuan dari metode ini dengan temuan dari proses kimia (jejak dimetil sulfat) yang memungkinkan daerah untai tunggal RNA dibedakan dari daerah untai ganda RNA.
Koordinator konsorsium, Profesor Harald Schwalbe dari Pusat Resonansi Magnetik Biomolekuler di Universitas Goethe Frankfurt, menjelaskan temuan mereka menyiapkan masa depan dari pelajaran yang didapat dari cara SARS-CoV2 melakukan infeksi. Ada lebih dari 40 kelompok kerja dengan 200 ilmuwan sedang melakukan penelitian dalam konsorsium Covid-19 ini, termasuk 45 mahasiswa doktoral dan pascadoktoral di Frankfurt yang bekerja dalam dua shift per hari, tujuh hari dalam seminggu sejak akhir Maret 2020.
“Untuk alasan ini, kami berharap dapat berkontribusi untuk lebih siap menghadapi virus ‘SARS-CoV3’ di masa depan,” ungkap peneliti.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini