Terobosan 2 Ilmuwan Perempuan Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19

KalbarOnline.com – Dua ilmuwan perempuan Indonesia berhasil menemukan terobosan untuk bidang kesehatan di tengah pandemi dengan mengembangkan sains. Mereka adalah ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Anggia Prasetyoputri dan ilmuwan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Latifah Nurahmi.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Dalam ajang L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) National Fellowship 2020, dua ilmuwan perempuan itu mengembangkan inovasi guna menghadapi pandemi. Dunia sains tidak pernah berhenti. Bahkan di saat dunia dilanda pandemi sekalipun, sains justru dirasa semakin penting perannya dalam berinovasi, mencari solusi akan berbagai tantangan dunia baik masa sekarang maupun masa depan.

“Dengan landasan dunia butuh sains, dan sains membutuhkan perempuan program ini merupakan inti dari apa yang kami percayai seputar kecantikan berbasis sains,” jelas Public Affairs and Sustainability Director, L’Oréal Indonesia Melanie Masriel, Communications, dalam webinar baru-baru ini.

1. Anggia Prasetyoputri

Ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mengembangkan inovasi berupa deteksi koinfeksi bakteri pada pasien Covid-19 melalui metode sekuensing dari sampel swab. Anggia Prasetyoputri memiliki ketertarikan dalam dunia sains sejak dahulu, dilatarbelakangi oleh sang ibunda yang juga seorang peneliti di bidang kesehatan lingkungan. Ia menyadari bahwa ada kemungkinan pasien Covid-19 terjangkit bakteri dan virus lain selain SARS-CoV-2.

Baca Juga :  Kapolri Minta dengan Tegas Masyarakat Jauhi Kerumunan

Adanya koinfeksi atau infeksi simultan oleh bakteri dapat terjadi karena bakteri memiliki sifat oportunis yang bisa masuk saat tubuh sedang lemah, dan diketahui dapat memperparah kondisi sebagian pasien Covid-19. Dengan metode pengurutan basa nukleotida atau sekuensing dari sampel swab. Ia berharap dapat membantu tenaga medis dalam mengidentifikasi ada tidaknya bakteri patogen di dalam tubuh pasien Covid-19 dalam waktu singkat. Selain itu, juga dapat membantu memberikan informasi kepada dokter untuk memberikan antibiotik yang tepat kepada pasien.

2. Latifah Nurahmi

Ilmuwan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember ini mengembangkan robot operasi reduksi fraktur sebagai teknik bedah invasif minimal. Terinspirasi dari kedua orang tua yang berkarir di bidang akademis, Latifah memilih karir sebagai peneliti dan pengajar.

Melalui pendidikan S3 nya di bidang Robotika, peneliti kelahiran Solo ini semakin menyadari betapa luasnya dunia sains, yang mendorongnya untuk semakin menekuni ilmu di bidang mesin. Dalam pengembangannya, Latifah melihat potensi yang besar di bidang kedokteran, dimana pemanfaatan robot dalam mengurangi risiko operasi masih belum cukup dimanfaatkan.

Baca Juga :  Perpres 98/2020 Jadi Harapan Para Guru Honorer yang Tak Diangkat PNS

Pengembangan penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi dunia kedokteran Indonesia, terutama di situasi pandemi saat ini. Keterlibatan teknologi robotika di dunia medis berperan besar untuk mengurangi risiko kontak fisik antara pasien dan dokter.

Dilangsungkan sejak 2004, L’Oréal-UNESCO For Women in Science mempunyai misi untuk mengakui, menyemangati, dan mendukung perempuan di bidang sains. Sehingga semangat perempuan di bidang sains meningkat. Program ini telah memberikan fellowship kepada 59 ilmuwan perempuan di Indonesia. Kedua pemenang masing-masing akan menerima pendanaan sebesar Rp 100 juta untuk mewujudkan penelitiannya.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment