KalbarOnline.com – Pemerintah terus melalukan pembangunan SDM yang unggul, berkualitas, dan berdaya saing. Salah satu aspek penting guna menunjang SDM unggul adalah pangan dan gizi. Keduanya dikatakan sangat berpengaruh pada produktivitas dan kualitas SDM.
Namun, terdapat tantangan di dalamnya yang harus diselesaikan di bidang pangan dan gizi saat ini, yakni ketidakcukupan konsumsi pangan. Pola konsumsi masyarakat Indonesia masih kurang ideal. Sehingga menimbulkan masalah serius seperti kurang gizi atau stunting pada anak balita.
“Permasalahan gizi yang masih serius untuk dihadapi adalah stunting,” jelas Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono melalui keterangan tertulis, Senin (7/12).
- Baca Juga: Hadapi Tantangan Bangsa, Kemenko PMK Terus Dorong Revolusi Mental
Berdasarkan data Riskesdas, pada 2019, angka stunting di Indonesia sebesar 27,67 persen. Pemerintah menargetkan penurunan stunting menjadi 14 persen di tahun 2024 sebagaimana yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024.
Untuk mencapai target penurunan stunting hingga 14 persen, dikatakan perlu langkah yang luar biasa. Di antaranya, yaitu melalui intervensi sejak usia remaja, di masa pranikah, selama kehamilan, dan masa interval kehamilan. Selain itu, pembangunan pangan dan gizi juga dilaksanakan melalui berbagai upaya untuk percepatan perbaikan gizi.
Selain itu, pemerintah juga telah melaksanakan program-program pembangunan pangan dan gizi yang dilaksanakan secara terkoordinasi melalui Kementerian dan Lembaga yang membidangi masalah pangan dan gizi, seperti Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Sosial (Kemensos), dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Kementan mendukung penguatan ketahanan pangan masyarakat melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga, KKP memiliki program Gemarikan yang bertujuan untuk meningkatkan budaya konsumsi ikan di masyarakat.
“Program sembako/BPNT yang dilakukan oleh Kemensos pada tahun 2020 untuk pemenuhan pangan yang bergizi, dan Kemenkes memiliki program kampanye Isi Piringku sebagai media promosi konsumsi pangan sesuai dengan anjuran Gizi Seimbang,” jelas dia.
Kepada para ilmuwan gizi dan pangan, dia meminta untuk fokus mengembangkan potensi pangan melalui penelitian dan pengembangan, serta melakukan edukasi kepada masyarakat pentingnya pangan yang berkecukupan gizi. Hal itu sangat perlu dilakukan untuk mewujudkan SDM Unggul yang berdaya saing.
“Para ilmuwan dan akademisi diharapkan dapat mengembangkan potensi pangan di setiap daerah yang bernilai gizi tinggi untuk meningkatkan gizi masyarakat, serta mendukung dalam memberikan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya konsumsi pangan yang bergizi dan beranekaragam terutama pada masa pandemi agar tetap sehat dan bugar,” tandasnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment