Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Senin, 14 Desember 2020 |
KalbarOnline.com – Amerika Serikat (AS) dan Beijing telah terlibat dalam perang kata-kata di Laut China Selatan selama bertahun-tahun. Dan belakangan ini konflik makin memanas, apalagi menjelang pemilu AS sebelumnya. Jika konflik terus terjadi, AS mengatakan siap menggunakan drone dan teknologi tak berawak sebagai skenario tempur mulai 2021.
Direktur Markas Besar Maritim Armada Pasifik AS Laksamana Muda Robert Gaucher menyiapkan langkah dan strategi pada awal 2021 agar dapat menjalankan pertempuran armada teknologi tak berawak. Dan itu akan terpusat di laut.
“Itu akan ada di laut, di atas laut, dan di bawah laut saat kami akan mendemonstrasikan bagaimana kami dapat menyelaraskan diri dengan mengarahkan untuk menggunakan eksperimen,” katanya.
Keputusan tersebut dielu-elukan sebagai terobosan besar bagi AS, menurut Eurasiantimes.com. Operasi pelatihan secara rutin terjadi di perairan, oleh semua negara yang mengklaim wilayah tersebut.
Angkatan Laut AS secara teratur menjalankan pertempuran armada, yang memungkinkan militer memancing konflik. AS juga menghasilkan 10 kapal permukaan tak berawak selama lima tahun ke depan.
“Saya ingin menempatkan kapal permukaan tak berawak di dalam area yang ditolak musuh,” tegasnya.
“Jika saya kehilangannya, saya kehilangan kapal yang jauh lebih murah dan saya tidak kehilangan nyawa orang Amerika, tetapi saya masih menciptakan masalah,” tegasnya.
Selama bertahun-tahun, Washington turun tangan untuk mendukung negara-negara tetangga Asia, yang terancam oleh militer Tiongkok. Profesor Oriana Skylar Mastro, dari Universitas Georgetown menjelaskan dengan tepat bagaimana hal ini dapat memicu ketakutan konflik di Laut China Selatan.
“Saya pikir ada beberapa faktor yang menunjukkan ada potensi besar Tiongkok tidak dapat mencapai tujuannya, secara de facto mengendalikan perairan China Selatan. AS bisa bertindak lebih tegas, menyebabkan agresi di pihak Tiongkok. Ada kemungkinan Tiongkok akan sampai pada cara diplomatik untuk menangani situasi tersebut,” jelasnya.
KalbarOnline.com – Amerika Serikat (AS) dan Beijing telah terlibat dalam perang kata-kata di Laut China Selatan selama bertahun-tahun. Dan belakangan ini konflik makin memanas, apalagi menjelang pemilu AS sebelumnya. Jika konflik terus terjadi, AS mengatakan siap menggunakan drone dan teknologi tak berawak sebagai skenario tempur mulai 2021.
Direktur Markas Besar Maritim Armada Pasifik AS Laksamana Muda Robert Gaucher menyiapkan langkah dan strategi pada awal 2021 agar dapat menjalankan pertempuran armada teknologi tak berawak. Dan itu akan terpusat di laut.
“Itu akan ada di laut, di atas laut, dan di bawah laut saat kami akan mendemonstrasikan bagaimana kami dapat menyelaraskan diri dengan mengarahkan untuk menggunakan eksperimen,” katanya.
Keputusan tersebut dielu-elukan sebagai terobosan besar bagi AS, menurut Eurasiantimes.com. Operasi pelatihan secara rutin terjadi di perairan, oleh semua negara yang mengklaim wilayah tersebut.
Angkatan Laut AS secara teratur menjalankan pertempuran armada, yang memungkinkan militer memancing konflik. AS juga menghasilkan 10 kapal permukaan tak berawak selama lima tahun ke depan.
“Saya ingin menempatkan kapal permukaan tak berawak di dalam area yang ditolak musuh,” tegasnya.
“Jika saya kehilangannya, saya kehilangan kapal yang jauh lebih murah dan saya tidak kehilangan nyawa orang Amerika, tetapi saya masih menciptakan masalah,” tegasnya.
Selama bertahun-tahun, Washington turun tangan untuk mendukung negara-negara tetangga Asia, yang terancam oleh militer Tiongkok. Profesor Oriana Skylar Mastro, dari Universitas Georgetown menjelaskan dengan tepat bagaimana hal ini dapat memicu ketakutan konflik di Laut China Selatan.
“Saya pikir ada beberapa faktor yang menunjukkan ada potensi besar Tiongkok tidak dapat mencapai tujuannya, secara de facto mengendalikan perairan China Selatan. AS bisa bertindak lebih tegas, menyebabkan agresi di pihak Tiongkok. Ada kemungkinan Tiongkok akan sampai pada cara diplomatik untuk menangani situasi tersebut,” jelasnya.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini