Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Kamis, 07 Januari 2021 |
KalbarOnline.com – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Demokrat Syarief Hasan mendorong pemerintah untuk tetap siap siaga di Perairan Natuna Utara. Pasalnya, Laut China Selatan yang bersentuhan dengan Laut Natuna Utara kian hari kian memanas lewat perseteruan Tiongkok dan Amerika Serikat.
Syarief Hasan menegaskan agar pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap Natuna Utara. Menurutnya, militer di Natuna Utara secara khusus dan Indonesia secara umum harus ditingkatkan untuk mempertahankan wilayah Indonesia jika sewaktu-waktu terjadi perang terbuka.
“Jika terjadi perang terbuka di Laut China Selatan maka seluruh negara Asia Tenggara termasuk Indonesia akan merasakan dampaknya. Pemerintah Indonesia harus memberikan perhatian khusus dalam membangun kekuatan militer untuk meminimalisir bahkan mencegah dampak apabila terjadi perang terbuka,” ungkap Syarief Hasan.
Anggota Komisi I DPR RI yang membidangi Pertahanan ini menyebutkan, perseteruan ini tidak boleh dianggap remeh. “Tiongkok yang membuat klaim sepihak terhadap Laut China Selatan berdasarkan nine dash line menyebabkan Amerika Serikat juga turut ikut campur. Kondisi ini akan berpotensi menjadi perang terbuka dua negara besar,” ungkapnya.
Potensi ini memang semakin terlihat ketika pesawat perang terbesar Tiongkok Y-20 dikabarkan mendarat di pulau buatan bernama Fiery Cross Reff. Apalagi, Tiongkok yang sejak awal mengklaim Laut China Selatan tengah membangun pulau buatan yang menjadi pangkalan militer di Laut China Selatan
Sebelumnya, Amerika Serikat juga telah mengirim dua kapal induknya, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan ke Laut China Selatan untuk menjalani latihan tempur pada 23 Juli yang lalu. Tak cuma dua kapal induk, Amerika Serikat juga mengerahkan dua kapal penjelajah dan dua kapal perusak dalam latihan tersebut.
Syarief Hasan juga mengungkapkan, Indonesia juga harus membangun kekuatan militer untuk memberikan rasa aman, daya gertak, dan menguatkan pertahanan Indonesia terutama di perbatasan.
Meski demikian, Syarief juga menilai Indonesia harus mengedepankan diplomasi untuk menghindari potensi perang yang mungkin saja terjadi, terutama di Laut China Selatan yang berbatasan dengan Perairan Natuna Utara.
“Pemerintah mengedepankan pendekatan diplomasi, sebagaimana yang pernah ditunjukkan pada Pemerintahan SBY yang membangun diplomasi dengan semangat million friends and zero enemy. Akan tetapi, jika memang terpaksa ada perang terbuka, maka Indonesia juga harus memperkuat militernya untuk menjaga keamanan nasional dan melindungi wilayah Indonesia,” tutup Syarief Hasan.
KalbarOnline.com – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Demokrat Syarief Hasan mendorong pemerintah untuk tetap siap siaga di Perairan Natuna Utara. Pasalnya, Laut China Selatan yang bersentuhan dengan Laut Natuna Utara kian hari kian memanas lewat perseteruan Tiongkok dan Amerika Serikat.
Syarief Hasan menegaskan agar pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap Natuna Utara. Menurutnya, militer di Natuna Utara secara khusus dan Indonesia secara umum harus ditingkatkan untuk mempertahankan wilayah Indonesia jika sewaktu-waktu terjadi perang terbuka.
“Jika terjadi perang terbuka di Laut China Selatan maka seluruh negara Asia Tenggara termasuk Indonesia akan merasakan dampaknya. Pemerintah Indonesia harus memberikan perhatian khusus dalam membangun kekuatan militer untuk meminimalisir bahkan mencegah dampak apabila terjadi perang terbuka,” ungkap Syarief Hasan.
Anggota Komisi I DPR RI yang membidangi Pertahanan ini menyebutkan, perseteruan ini tidak boleh dianggap remeh. “Tiongkok yang membuat klaim sepihak terhadap Laut China Selatan berdasarkan nine dash line menyebabkan Amerika Serikat juga turut ikut campur. Kondisi ini akan berpotensi menjadi perang terbuka dua negara besar,” ungkapnya.
Potensi ini memang semakin terlihat ketika pesawat perang terbesar Tiongkok Y-20 dikabarkan mendarat di pulau buatan bernama Fiery Cross Reff. Apalagi, Tiongkok yang sejak awal mengklaim Laut China Selatan tengah membangun pulau buatan yang menjadi pangkalan militer di Laut China Selatan
Sebelumnya, Amerika Serikat juga telah mengirim dua kapal induknya, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan ke Laut China Selatan untuk menjalani latihan tempur pada 23 Juli yang lalu. Tak cuma dua kapal induk, Amerika Serikat juga mengerahkan dua kapal penjelajah dan dua kapal perusak dalam latihan tersebut.
Syarief Hasan juga mengungkapkan, Indonesia juga harus membangun kekuatan militer untuk memberikan rasa aman, daya gertak, dan menguatkan pertahanan Indonesia terutama di perbatasan.
Meski demikian, Syarief juga menilai Indonesia harus mengedepankan diplomasi untuk menghindari potensi perang yang mungkin saja terjadi, terutama di Laut China Selatan yang berbatasan dengan Perairan Natuna Utara.
“Pemerintah mengedepankan pendekatan diplomasi, sebagaimana yang pernah ditunjukkan pada Pemerintahan SBY yang membangun diplomasi dengan semangat million friends and zero enemy. Akan tetapi, jika memang terpaksa ada perang terbuka, maka Indonesia juga harus memperkuat militernya untuk menjaga keamanan nasional dan melindungi wilayah Indonesia,” tutup Syarief Hasan.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini