Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Senin, 28 Desember 2020 |
KalbarOnline.com – Pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas terkait populisme Islam menjadi perbincangan hangat. Profesor riset bidang sosilogi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Endang Turmudzi hingga anggota DPR RI Fadli Zon buka suara.
Menurut Prof Endang, Menteri Agama Yaqut Cholil salah paham soal populisme Islam. Dia menyebut Yaqut keliru saat mengartikan populisme Islam sebagai upaya menggiring agama menjadi norma konflik. Endang berkata pemahaman itu lebih mendekati definisi radikalisme.
“Kalau popularisme Islam [dianggap] bahaya, karena memang persepsinya yang keliru; jadi populisme Islam diartikan dengan radikalisme,” kata Endang mengutip CNNIndonesia.com, Senin (28/12/2020).
Endang menjelaskan populisme adalah kosakata dalam ilmu politik yang berarti gagasan dari kalangan elite yang memberikan perhatian kepada kepentingan rakyat kecil.
Populisme Islam, kata dia, bisa dimaknai gagasan yang mengartikulasikan kepentingan umat Islam. Endang mencontohkan politikus yang mencoba menerapkan nilai Islam dalam berpolitik.
Mantan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu berpendapat populisme Islam tidak berbahaya. Justru tindakan itu adalah bagian dari penerapan demokrasi.
Fadli Zon Buka Suara
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Fadli Zon menantang Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas untuk berdebat secara terbuka soal populisme Islam.
Fadli menilai Yaqut tidak seharusnya mengurusi soal populisme Islam. Ia pun lantas mempertanyakan tugas Yaqut sebagai Menteri Agama.
“Ayo kita berdebat di ruang publik apa itu ‘populisme’, ‘populisme Islam’ dan apa urusannya Menag ngurusi ini. Apa tupoksinya?” kata Fadli lewat akun Twitter @fadlizon, Senin (28/12).
Sebelumnya, Menag Yaqut Cholil Qoumas menyatakan akan mencegah populisme Islam berkembang. Ia mengartikannya sebagai upaya pihak tertentu untuk menggiring agama menjadi norma konflik.
“Agama dijadikan norma konflik. Dalam bahasa paling ekstrem, siapapun yang berbeda keyakinannya, maka dia dianggap lawan atau musuh, yang namanya musuh atau lawan ya harus diperangi. Itu norma yang kemarin sempat berkembang atau istilah kerennya populisme Islam,” kata Yaqut dalam diskusi daring, Minggu (27/12/2020). [ind]
KalbarOnline.com – Pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas terkait populisme Islam menjadi perbincangan hangat. Profesor riset bidang sosilogi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Endang Turmudzi hingga anggota DPR RI Fadli Zon buka suara.
Menurut Prof Endang, Menteri Agama Yaqut Cholil salah paham soal populisme Islam. Dia menyebut Yaqut keliru saat mengartikan populisme Islam sebagai upaya menggiring agama menjadi norma konflik. Endang berkata pemahaman itu lebih mendekati definisi radikalisme.
“Kalau popularisme Islam [dianggap] bahaya, karena memang persepsinya yang keliru; jadi populisme Islam diartikan dengan radikalisme,” kata Endang mengutip CNNIndonesia.com, Senin (28/12/2020).
Endang menjelaskan populisme adalah kosakata dalam ilmu politik yang berarti gagasan dari kalangan elite yang memberikan perhatian kepada kepentingan rakyat kecil.
Populisme Islam, kata dia, bisa dimaknai gagasan yang mengartikulasikan kepentingan umat Islam. Endang mencontohkan politikus yang mencoba menerapkan nilai Islam dalam berpolitik.
Mantan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu berpendapat populisme Islam tidak berbahaya. Justru tindakan itu adalah bagian dari penerapan demokrasi.
Fadli Zon Buka Suara
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Fadli Zon menantang Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas untuk berdebat secara terbuka soal populisme Islam.
Fadli menilai Yaqut tidak seharusnya mengurusi soal populisme Islam. Ia pun lantas mempertanyakan tugas Yaqut sebagai Menteri Agama.
“Ayo kita berdebat di ruang publik apa itu ‘populisme’, ‘populisme Islam’ dan apa urusannya Menag ngurusi ini. Apa tupoksinya?” kata Fadli lewat akun Twitter @fadlizon, Senin (28/12).
Sebelumnya, Menag Yaqut Cholil Qoumas menyatakan akan mencegah populisme Islam berkembang. Ia mengartikannya sebagai upaya pihak tertentu untuk menggiring agama menjadi norma konflik.
“Agama dijadikan norma konflik. Dalam bahasa paling ekstrem, siapapun yang berbeda keyakinannya, maka dia dianggap lawan atau musuh, yang namanya musuh atau lawan ya harus diperangi. Itu norma yang kemarin sempat berkembang atau istilah kerennya populisme Islam,” kata Yaqut dalam diskusi daring, Minggu (27/12/2020). [ind]
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini