Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Senin, 11 Januari 2021 |
KalbarOnline.com – Sejak awal pandemi, para peneliti telah mengetahui bahwa seseorang yang menderita Covid-19 dapat menyebarkan penyakit sebelum mereka menunjukkan gejala, bahkan jika mereka tidak pernah merasa sakit. Mereka dengan kondisi itu disebut dengan Orang Tanpa Gejala (OTG).
Dilansir dari Science Alert, Senin (11/1), sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association pada pekan lalu menghitung berapa banyak kasus baru yang ditularkan dari orang tanpa gejala (OTG). Dan hasilnya, setidaknya 50 persen.
Temuan itu mendukung Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), bahwa OTG diperkirakan bertanggung jawab atas lebih dari 50 persen penularan. Wakil direktur penyakit menular di CDC dan penulis utama studi baru tersebut, Jay Butler, mengatakan bahwa temuan tersebut memperkuat pentingnya mengikuti pedoman kesehatan masyarakat tentang pemakaian masker dan jarak.
“Masih ada beberapa kontroversi mengenai nilai masker, jarak sosial, dan kebersihan tangan untuk membatasi penyebaran,” kata Butler kepada Business Insider.
“Studi ini menunjukkan bahwa sementara skrining gejala dan pengujian akan menjadi manfaat yang signifikan,” katanya.
Untuk penelitian ini, para peneliti memodelkan potensi penular Covid-19 dalam tiga kelompok yaitu pra-gejala (orang yang belum memiliki gejala), tidak pernah bergejala, dan bergejala. Para peneliti kemudian memodelkan berapa banyak setiap kelompok akan menularkan Covid-19 tergantung pada hari orang paling menularkan.
Pada awalnya, mereka berasumsi orang-orang di semua kelompok akan paling menular lima hari setelah terpapar virus Korona. Itulah yang ditemukan para peneliti sebagai periode inkubasi median lamanya waktu yang dibutuhkan kebanyakan orang untuk mengalami gejala setelah terpapar.
Model awalnya mengasumsikan bahwa 30 persen orang tidak menunjukkan gejala. Dan orang-orang tersebut, 75 persen sama menularnya dengan orang yang menunjukkan atau pada akhirnya akan menunjukkan gejala. Berdasarkan asumsi tersebut, hasil menunjukkan bahwa orang tanpa gejala saja bertanggung jawab atas 24 persen infeksi.
Akan tetapi, para peneliti juga memodelkan skenario di mana puncak penularan terjadi setelah tiga, empat, enam, dan tujuh hari, dan mereka menaikkan dan menurunkan persentase orang tanpa gejala dalam model, serta tingkat penularan relatif terhadap kelompok lain.
Sebagian besar skenario ini, orang tanpa gejala (asimtomatik dan presimtomatik) menularkan setidaknya 50 persen infeksi baru.
“Proporsi transmisi umumnya tetap di atas 50 persen di berbagai nilai dasar,” kata Butler.
Bahkan dalam perkiraan paling konservatif, kelompok pra-gejala masih menyebabkan lebih dari 25 persen kasus secara keseluruhan, menurut model. Butler dan rekan penulisnya menghitung tingkat penularan jika semua orang bergerak secara acak. Namun pada kenyataannya, masih banyak restoran dan perusahaan lain yang memeriksa indikator suhu atau demam dan gejala lain untuk melarang masuk orang yang bergejala. Sementara itu sulit untuk mendeteksi OTG.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Sejak awal pandemi, para peneliti telah mengetahui bahwa seseorang yang menderita Covid-19 dapat menyebarkan penyakit sebelum mereka menunjukkan gejala, bahkan jika mereka tidak pernah merasa sakit. Mereka dengan kondisi itu disebut dengan Orang Tanpa Gejala (OTG).
Dilansir dari Science Alert, Senin (11/1), sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association pada pekan lalu menghitung berapa banyak kasus baru yang ditularkan dari orang tanpa gejala (OTG). Dan hasilnya, setidaknya 50 persen.
Temuan itu mendukung Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), bahwa OTG diperkirakan bertanggung jawab atas lebih dari 50 persen penularan. Wakil direktur penyakit menular di CDC dan penulis utama studi baru tersebut, Jay Butler, mengatakan bahwa temuan tersebut memperkuat pentingnya mengikuti pedoman kesehatan masyarakat tentang pemakaian masker dan jarak.
“Masih ada beberapa kontroversi mengenai nilai masker, jarak sosial, dan kebersihan tangan untuk membatasi penyebaran,” kata Butler kepada Business Insider.
“Studi ini menunjukkan bahwa sementara skrining gejala dan pengujian akan menjadi manfaat yang signifikan,” katanya.
Untuk penelitian ini, para peneliti memodelkan potensi penular Covid-19 dalam tiga kelompok yaitu pra-gejala (orang yang belum memiliki gejala), tidak pernah bergejala, dan bergejala. Para peneliti kemudian memodelkan berapa banyak setiap kelompok akan menularkan Covid-19 tergantung pada hari orang paling menularkan.
Pada awalnya, mereka berasumsi orang-orang di semua kelompok akan paling menular lima hari setelah terpapar virus Korona. Itulah yang ditemukan para peneliti sebagai periode inkubasi median lamanya waktu yang dibutuhkan kebanyakan orang untuk mengalami gejala setelah terpapar.
Model awalnya mengasumsikan bahwa 30 persen orang tidak menunjukkan gejala. Dan orang-orang tersebut, 75 persen sama menularnya dengan orang yang menunjukkan atau pada akhirnya akan menunjukkan gejala. Berdasarkan asumsi tersebut, hasil menunjukkan bahwa orang tanpa gejala saja bertanggung jawab atas 24 persen infeksi.
Akan tetapi, para peneliti juga memodelkan skenario di mana puncak penularan terjadi setelah tiga, empat, enam, dan tujuh hari, dan mereka menaikkan dan menurunkan persentase orang tanpa gejala dalam model, serta tingkat penularan relatif terhadap kelompok lain.
Sebagian besar skenario ini, orang tanpa gejala (asimtomatik dan presimtomatik) menularkan setidaknya 50 persen infeksi baru.
“Proporsi transmisi umumnya tetap di atas 50 persen di berbagai nilai dasar,” kata Butler.
Bahkan dalam perkiraan paling konservatif, kelompok pra-gejala masih menyebabkan lebih dari 25 persen kasus secara keseluruhan, menurut model. Butler dan rekan penulisnya menghitung tingkat penularan jika semua orang bergerak secara acak. Namun pada kenyataannya, masih banyak restoran dan perusahaan lain yang memeriksa indikator suhu atau demam dan gejala lain untuk melarang masuk orang yang bergejala. Sementara itu sulit untuk mendeteksi OTG.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini