Hindari Bengkak Usai Divaksin Covid-19, Ahli : Jarumnya Harus Panjang

KalbarOnline.com – Vaksin Covid-19 Sinovac dari Tiongkok sudah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dengan diterbitkannya izin penggunaan darurat (EUA). Maka vaksinasi bisa segera dimulai. BPOM menjamin vaksin Covid-19 tersebut aman dan tidak menimbulkan efek samping serius.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Menurut Kepala BPOM Penny K Lukito, hasil evaluasi terhadap data dukung keamanan vaksin CoronaVac yang diperoleh dari Turki, Brasil, dan Indonesia setelah 3 bulan uji klinis fase 3 dan laporan interim tim riset Universitas Padjajaran, vaksin CoronaVac disebut aman dengan kejadian efek samping ringan hingga sedang. Ringan seperti nyeri pembengkakan di lokasi suntikan, nyeri otot dan demam. Dengan derajat berat, diare hanya 0,1 persen.  ’’Efek samping itu tak berbahaya dan dapat pulih kembali,’’ tegasnya dalam konferensi pers virtual, Senin (11/1).

Baca Juga :  Pontianak Zona Kuning, Edi Kamtono Ingatkan Warga Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

Ahli vaksin yang juga Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Sri Rezeki menjelaskan vaksin Covid-19 Sinovac merupakan vaksin inactivated yakni adalah vaksin dengan virus yang dimatijan. Artinya gejala efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) pasca imunisasi akan ringan. ’’KIPI-nya sangat ringan. Kenapa? Itu virus mati, kita harus tambahkan zat ajuvan untuk ningkatin respons imun, nah zat ajuvan inilah yang bikin KIPI, tapi lokal,’’ katanya.

Lalu bagaimana agar pasien tak bengkak dan merah pada kulit di lokasi suntikan? Menurut Sri ternyata secara teknis jarum suntik yang digunakan harus panjang. ’’Makanya agar tak merah dan bengkak, makanya suntikan harus masuk ke otot. Jarumnya panjang dan dalam suntiknua. Kalau jarumnya pendek, akan bengkak. Saya yakin dokter sudah tahu bagaimana teknisnya,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Undunsyah, Anak Nelayan Miskin yang Maju di Pilgub Kaltara 2020

Contoh vaksin lain dengan virus inactivated misalnya seperti vaksin rabies dan hepatitis A. ’’Kalau soal inactivated ini, Bio Farma sudah jagonya,’’ ucap Sri. (*)

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment