Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Senin, 25 Januari 2021 |
KalbarOnline.com – Kekurangan gizi memang masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Bahkan gizi yang tak tercukupi bisa menyebabkan anemia pada anak. Untuk itu, diperlukan kerja sama sekolah dan orang tua untuk mengatasi anemia.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Paud Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jumeri mengharapkan usaha kesehatan sekolah (UKS) dapat berkontribusi terhadap penanganan anemia. Jadi, di UKS tersebut minimal tersedia tablet untuk menambah darah. Hal ini dengan tujuan menurunkan prevalensi angka anemia yang diidap oleh siswa di Indonesia.
“Lewat usaha kita meningkatkan kemampuan UKS kita, usaha kesehatan sekolah di satuan pendidikan untuk bisa mengatasi anemia pada anak akan bisa berdaya guna lebih baik, karena cakupannya sangat luas,” jelasnya dalam Diskusi Publik Optimalkan Gizi Anak SD Menuju Remaja Sehat Bebas Anemia, Senin (25/1).
Baca Juga: Cegah Anemia, Sekolah Bantu Pantau Gizi Anak Selama Belajar Dari Rumah
Kemudian, juga Jumeri mengatakan bahwa utamanya pihak keluarga lah yang memiliki peran penting dalam menghindari anemia. Agar anak tidak menderita anemia, orang tua perlu menyediakan kebutuhan gizi bagi anak.
“Pada jenjang keluarga tentu tanggung jawab orang tua untuk bisa menyediakan gizi yang baik akan berpengaruh pada prevalensi anemia pada anak-anak,” katanya.
Sebab, kata Jumeri siswa yang mengalami anemia lebih dari 20 persen. Padahal, World Health Organisation (WHO) menetapkan standar bahwa prevalensi anemia harus berada di bawah angka 20 persen.
“Hasil pendataan tahun 2018, disebutkan bahwa prevelensi anemia balita kita masih 38,5 persen, usia sekolah 26,5 persen dan anak remaja 15 sampai 24 tahun masih cukup tinggi 32 persen,” tutup dia.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Kekurangan gizi memang masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Bahkan gizi yang tak tercukupi bisa menyebabkan anemia pada anak. Untuk itu, diperlukan kerja sama sekolah dan orang tua untuk mengatasi anemia.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Paud Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jumeri mengharapkan usaha kesehatan sekolah (UKS) dapat berkontribusi terhadap penanganan anemia. Jadi, di UKS tersebut minimal tersedia tablet untuk menambah darah. Hal ini dengan tujuan menurunkan prevalensi angka anemia yang diidap oleh siswa di Indonesia.
“Lewat usaha kita meningkatkan kemampuan UKS kita, usaha kesehatan sekolah di satuan pendidikan untuk bisa mengatasi anemia pada anak akan bisa berdaya guna lebih baik, karena cakupannya sangat luas,” jelasnya dalam Diskusi Publik Optimalkan Gizi Anak SD Menuju Remaja Sehat Bebas Anemia, Senin (25/1).
Baca Juga: Cegah Anemia, Sekolah Bantu Pantau Gizi Anak Selama Belajar Dari Rumah
Kemudian, juga Jumeri mengatakan bahwa utamanya pihak keluarga lah yang memiliki peran penting dalam menghindari anemia. Agar anak tidak menderita anemia, orang tua perlu menyediakan kebutuhan gizi bagi anak.
“Pada jenjang keluarga tentu tanggung jawab orang tua untuk bisa menyediakan gizi yang baik akan berpengaruh pada prevalensi anemia pada anak-anak,” katanya.
Sebab, kata Jumeri siswa yang mengalami anemia lebih dari 20 persen. Padahal, World Health Organisation (WHO) menetapkan standar bahwa prevalensi anemia harus berada di bawah angka 20 persen.
“Hasil pendataan tahun 2018, disebutkan bahwa prevelensi anemia balita kita masih 38,5 persen, usia sekolah 26,5 persen dan anak remaja 15 sampai 24 tahun masih cukup tinggi 32 persen,” tutup dia.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini