KalbarOnline.com – Pasar saham Eropa jatuh. Kekhawatiran gelombang baru penularan Covid-19, lockdown, dan masalah pengiriman vaksin menjadi pemicunya. Uni Eropa (UE) saat ini mengancam memperketat ekspor vaksin yang diproduksi di negara-negara anggotanya.
Penyebabnya, pekan lalu perusahaan farmasi produsen vaksin AstraZeneca menyatakan akan mengurangi suplai ke UE.
’’UE bakal mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi hak-haknya dan warganya,’’ tegas Komisioner UE untuk Urusan Kesehatan Stella Kyriakides sebagaimana dikutip Agence France-Presse.
Menurut dia, tindakan AstraZeneca tidak bisa diterima. Padahal, izin penggunaan vaksin itu tinggal selangkah lagi. Hingga kemarin, ada dua vaksin yang disetujui UE. Yaitu, BioNTech/Pfizer dan Moderna. Vaksin AstraZeneca seharusnya bisa dikirim dan digunakan akhir pekan ini.
Kyriakides mengungkapkan, UE mungkin akan mengusulkan mekanisme transparansi. Tujuannya, melacak pengiriman vaksin yang diproduksi di negara-negara UE, termasuk milik Pfizer. Negara-negara mana saja yang menjadi tujuan ekspornya. Perwakilan UE membahas masalah itu sekali lagi dengan AstraZeneca, Rabu (27/1). ’’UE ingin tahu dengan pasti berapa dosis yang diproduksi AstraZeneca sejauh ini dan kepada siapa dikirim,’’ ujar Kyriakides.
UE tidak terima. Sebab, mereka merasa sudah mendanai pengembangan dan produksi vaksin milik AstraZeneca. Karena itulah, seharusnya mereka tinggal menikmati hasilnya dengan mendapatkan suplai vaksin sesuai kesepakatan. UE mencium adanya konflik kepentingan. Sebab, saat ini pandemi kian parah. AstraZeneca berbasis di Inggris. Britania tidak lagi menjadi anggota UE sejak awal tahun. Pfizer berbasis di AS.
AstraZeneca mengabarkan berita tidak mengenakkan pada Jumat (22/1). Mereka tidak bisa memenuhi komitmen pengiriman vaksin ke negara-negara anggota UE sesuai dengan kontrak karena ada masalah produksi. Rencananya, pengiriman di seperempat awal tahun ini dikurangi hingga 60 persen. Kabar itu muncul sepekan setelah Pfizer mengatakan hal serupa. Pfizer bakal memangkas volume pengiriman vaksin yang mereka produksi dengan perusahaan asal Jerman BioNTech.
Kabar tersebut menjadi pukulan tersendiri bagi UE. Sebab, mereka tengah gencar mengampanyekan program vaksinasi Covid-19. Terutama setelah ada varian baru yang jauh lebih menular daripada sebelumnya. Vaksin pun dianggap sebagai jalan keluar agar situasi setidaknya mendekati normal.
Sepekan lalu Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen bahkan sempat menjanjikan 70 persen orang dewasa di UE sudah divaksin pada akhir Agustus. Janji itu terancam tidak bisa dipenuhi jika pasokan vaksin berkurang.
Sementara itu, AS menambahkan Afrika Selatan dalam negara yang masuk daftar larangan perjalanan. Langkah itu dilakukan untuk memerangi penularan Covid-19. Varian SARS-CoV-2 dari negara tersebut, 501Y.V2, jauh lebih menular dan mampu menginfeksi orang yang pernah tertular. Kebijakan tersebut berlaku mulai Sabtu (30/1).
Di Australia, ribuan penduduk melanggar aturan pencegahan penularan Covid-19 demi turun ke jalan menentang Australia Day. Mereka ingin hari libur nasional itu diganti untuk menghormati penduduk asli Australia. Warga aborigin menyebut Australia Day pada 26 Januari sebagai Invasion Day. Di sisi lain, itulah kedatangan pertama armada pasukan Inggris pada 1788 di Port Jackson, New South Wales.
Saksikan video menarik berikut ini:
Comment