Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Senin, 05 Oktober 2020 |
KalbarOnline.com – Sejak tren smartphone berkembang, banyak dari perangkat yang beredar sudah dipasang aplikasi bawaan atau pra install apps. Aplikasi-aplikasi tersebut biasanya dihadirkan smartphone tertentu dengan berbagai fungsi dan tujuan.
Namun, saat sampai ke tangan konsumen, banyak dari aplikasi tersebutyang sebenarnya tidak membawa manfaat bagi konsumen. Alih-alih digunakan, aplikasi pra install justru membuat kapasitas memori bawaan smartphone jadi berkurang. Bahkan sebelum pengguna meng-install aplikasi yang mereka inginkan.
Parahnya lagi, banyak dari aplikasi tersebut tidak bisa dihapus atau di-uninstall. Selain itu, ada juga aplikasi nakal, yang kerap menampilkan iklan-iklan mengganggu. Ini dianggap cukup mengganggu dan dinilai sebagai bentuk arogansi perusahaan yang merampas hak konsumen.
Melihat hal tersebut, regulator di Uni Eropa dilaporkan berencana untuk melarang penjualan smartphone baru dengan aplikasi pra install. Ini berdasarkan informasi dari Financial Times, saat ini terdapat rancangan undang-undang dibuat yang disebut Digital Services Act.
Undang-undang ini mengusulkan bahwa harus ada batasan pada kekuatan perusahaan teknologi besar, seperti Apple dengan App Store serta perusahaan lain yang menjual smartphone dengan aplikasi pra install. Ia bahkan menyarankan bahwa mungkin smartphone dan laptop tidak boleh datang dengan aplikasi yang sudah diinstal sebelumnya dan bahwa pilihan itu harus diserahkan kepada konsumen.
Seperti sudah disinggung di atas, hampir semua sistem operasi dilengkapi dengan aplikasi yang sudah diinstal sebelumnya. Ini dirancang untuk mempermudah pengguna yang tidak paham teknologi atau bingung mencari aplikasi sederhana. Seperti kalkulator atau aplikasi catatan sederhana atau notes.
Seseorang juga dapat membuat argumen bahwa pengguna dipersilakan untuk menginstal aplikasi pihak ketiga jika mereka mau. Kecuali aturan apa pun yang mungkin diterapkan Apple atau Google ke toko aplikasi mereka.
Saksikan video menarik berikut ini:
KalbarOnline.com – Sejak tren smartphone berkembang, banyak dari perangkat yang beredar sudah dipasang aplikasi bawaan atau pra install apps. Aplikasi-aplikasi tersebut biasanya dihadirkan smartphone tertentu dengan berbagai fungsi dan tujuan.
Namun, saat sampai ke tangan konsumen, banyak dari aplikasi tersebutyang sebenarnya tidak membawa manfaat bagi konsumen. Alih-alih digunakan, aplikasi pra install justru membuat kapasitas memori bawaan smartphone jadi berkurang. Bahkan sebelum pengguna meng-install aplikasi yang mereka inginkan.
Parahnya lagi, banyak dari aplikasi tersebut tidak bisa dihapus atau di-uninstall. Selain itu, ada juga aplikasi nakal, yang kerap menampilkan iklan-iklan mengganggu. Ini dianggap cukup mengganggu dan dinilai sebagai bentuk arogansi perusahaan yang merampas hak konsumen.
Melihat hal tersebut, regulator di Uni Eropa dilaporkan berencana untuk melarang penjualan smartphone baru dengan aplikasi pra install. Ini berdasarkan informasi dari Financial Times, saat ini terdapat rancangan undang-undang dibuat yang disebut Digital Services Act.
Undang-undang ini mengusulkan bahwa harus ada batasan pada kekuatan perusahaan teknologi besar, seperti Apple dengan App Store serta perusahaan lain yang menjual smartphone dengan aplikasi pra install. Ia bahkan menyarankan bahwa mungkin smartphone dan laptop tidak boleh datang dengan aplikasi yang sudah diinstal sebelumnya dan bahwa pilihan itu harus diserahkan kepada konsumen.
Seperti sudah disinggung di atas, hampir semua sistem operasi dilengkapi dengan aplikasi yang sudah diinstal sebelumnya. Ini dirancang untuk mempermudah pengguna yang tidak paham teknologi atau bingung mencari aplikasi sederhana. Seperti kalkulator atau aplikasi catatan sederhana atau notes.
Seseorang juga dapat membuat argumen bahwa pengguna dipersilakan untuk menginstal aplikasi pihak ketiga jika mereka mau. Kecuali aturan apa pun yang mungkin diterapkan Apple atau Google ke toko aplikasi mereka.
Saksikan video menarik berikut ini:
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini