Selidiki Virus Korona di Pasar Wuhan, Tim Peneliti WHO Masih Bungkam

KalbarOnline.com – Pasar Ikan Huanan, Wuhan, Tiongkok, kembali ramai. Bukan oleh penjual dan pembeli, melainkan para peneliti. Minggu (31/1) tim Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengunjungi pasar yang tutup sejak Januari tahun lalu tersebut. Di tempat itulah kasus pertama Covid-19 dilaporkan. Sebelum ke Huanan, mereka lebih dulu ke Pasar Grosir Baishazhou.

IKLANSUMPAHPEMUDA

Sayangnya, tim pengaman dari pemerintah Tiongkok tidak mengizinkan media mendekat. Hanya tim WHO yang boleh masuk. Mereka juga menghalangi pengambilan foto dengan payung.

’’Kami sekarang berada di area yang sangat penting untuk dikunjungi, yaitu pasar grosir dan Pasar Ikan Huanan,’’ cuit Peter Daszak, salah satu tim WHO, di akun Twitter-nya seperti dikutip Agence France-Presse. Daszak maupun rekan-rekannya tidak merespons awak media yang menanti di luar. Salah satu di antara mereka hanya mengacungkan jempolnya.

Baca juga: Ahli Singapura Sebut Efek Samping jadi Bukti Vaksin Covid-19 Bekerja

Tiongkok selama ini berusaha keras mengubah persepsi dunia bahwa virus tersebut berasal dari Pasar Huanan itu. Berbagai narasi dibuat di media yang dipegang pemerintah. Global Times, misalnya.

Baca Juga :  Perhatian Sutarmidji Diakui Sujiwo Menambah Semangatnya untuk Sembuh dari Covid

Tabloid tersebut menyatakan ada kemungkinan virus ditularkan melalui produk rantai dingin ke Pasar Huanan. Yang dimaksud adalah barang-barang yang sensitif terhadap perubahan suhu sehingga harus dibekukan.

Kunjungan ke Pasar Huanan tersebut diharapkan bisa mendapatkan temuan baru yang menjelaskan asal usul virus SARS-CoV-2. Hingga saat ini, belum diketahui bagaimana virus itu menular dari hewan ke manusia dan kemampuannya bermutasi dengan cepat. Pengetahuan yang minim tentang virus mematikan tersebut membuat penularannya kian sulit dikendalikan.

Saat ini beberapa negara kembali memperketat perbatasannya dan membuat kebijakan baru agar angka penularan bisa ditekan. Prancis, salah satunya.

Mulai kemarin, mereka menutup perbatasan untuk pelancong dari negara yang bukan anggota Uni Eropa (UE). Inggris yang sudah keluar dari UE masuk daftar. Sementara itu, warga UE yang masuk Prancis diperiksa dengan ketat.

Mereka harus menunjukkan bukti negatif Covid-19. Jam malam juga tetap diberlakukan dan pusat-pusat perbelanjaan yang besar ditutup. Semuanya dilakukan agar pemerintah tidak perlu memberlakukan lockdown nasional.

Para dokter beranggapan bahwa langkah itu mungkin tidak cukup. Saat ini lebih dari 25 ribu penduduk Prancis dirawat di rumah sakit karena Covid-19. Sebanyak 3 ribu orang dirawat di ICU. Jumat (29/1) ada 820 kematian karena Covid-19 di Prancis. Total korban meninggal mencapai 75 ribu orang.

Baca Juga :  Belum Kapok, Charlie Hebdo Kembali Terbitkan Karikatur Nabi Muhammad

Jerman melakukan pembatasan serupa. Tapi, hanya untuk negara-negara dengan kasus Covid-19 yang tinggi. Misalnya, Inggris, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan Brasil.

Di Australia, Kota Perth dikuntara selama lima hari. Itu terjadi setelah seorang penjaga keamanan di hotel yang dipakai untuk karantina terdeteksi positif Covid-19. Sekitar 2 juta penduduk kota harus tinggal di rumah mulai kemarin sore, kecuali untuk alasan yang sangat penting seperti membeli kebutuhan pangan. Rencana masuk sekolah juga ditunda.

Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) membuat kebijakan baru. Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) memerintahkan pemakaian masker di semua transportasi umum. Mulai pesawat, kapal, kereta api, hingga taksi.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment