Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Redaksi KalbarOnline |
| Jumat, 12 Februari 2021 |
KalbarOnline.com – Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, hingga saat ini pemerintah memvaksinasi tenaga kesehatan sampai 1 juta lebih.
“Intervensi kesehatan untuk mempercepat pengendalian juga diupayakan melalui vaksinasi demi mencapai kekebalan kelompok dengan target sasaran 181,5 juta penduduk,” ujarnya dalam konferensi
Siti Nadia menjelaskan, saat ini pemerintah sudah memiliki sebanyak 630 laboratorium pemeriksa tes PCR. Namun hal itu belum merata di seluruh Indonesia, sehingga perlu ditingkatkan.
“WHO sendiri sudah merekomendasikan screening menggunakan tes rapid Antigen untuk mendiagnosis Covid-19,” tegasnya.
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga menggunakan tes rapid Antigen untuk membantu secara cepat mendeteksi penularan dan dengan begitu pemerintah bisa dengan cepat menelusuri kontak-kontak pasien.
“Sehingga kasus bisa ditemukan lebih dini dan penanganan juga dilakukan lebih dini. Dengan rapid Antigen ini apabila hasilnya positif seharusnya sudah bisa melakukan isolasi mandiri, sambil menunggu hasil tes PCR,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ahli Epidemiologi FKM UI Syahrizal mengatakan, tes rapid Antigen memang disetujui WHO sebagai alat diagnosis dalam keadaan tertentu, sensitivitasnya juga di atas 80 persen dan spesifitas di atas 97 persen.
“Saya mendukung langkah pemerintah memberlakukan tes rapid Antigen sebagai alat diagnostik. Situasi ini memang akan meningkatkan laporan kasus, namun seperti kata Menteri Kesehatan, kita jangan panik kasus harian kita nanti meningkat,” imbuhnya.
Syahrizal juga menyampaikan, strategi melakukan tes dengan lebih cepat itu sangat bagus, karena kalau tidak menemukan kasus secepat mungkin maka wabah tidak cepat bisa dikendalikan. Kuncinya bukan sekadar puskesmas memiliki tes rapid Antigen tapi bagaimana puskesmas juga mampu menelusuri kontak dengan baik.
“Di sisi lain dalam proses pelacakan kasus kita sangat membutuhkan kerjasama dengan masyarakat. Karena masyarakat diminta mengingat siapa saja orang yang pernah kontak dengan dirinya. Tentu keterbukaan masyarakat juga diperlukan saat pernah melakukan kontak dengan pasien positif, sehingga mau melakukan tes,” pungkasnya.
KalbarOnline.com – Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, hingga saat ini pemerintah memvaksinasi tenaga kesehatan sampai 1 juta lebih.
“Intervensi kesehatan untuk mempercepat pengendalian juga diupayakan melalui vaksinasi demi mencapai kekebalan kelompok dengan target sasaran 181,5 juta penduduk,” ujarnya dalam konferensi
Siti Nadia menjelaskan, saat ini pemerintah sudah memiliki sebanyak 630 laboratorium pemeriksa tes PCR. Namun hal itu belum merata di seluruh Indonesia, sehingga perlu ditingkatkan.
“WHO sendiri sudah merekomendasikan screening menggunakan tes rapid Antigen untuk mendiagnosis Covid-19,” tegasnya.
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga menggunakan tes rapid Antigen untuk membantu secara cepat mendeteksi penularan dan dengan begitu pemerintah bisa dengan cepat menelusuri kontak-kontak pasien.
“Sehingga kasus bisa ditemukan lebih dini dan penanganan juga dilakukan lebih dini. Dengan rapid Antigen ini apabila hasilnya positif seharusnya sudah bisa melakukan isolasi mandiri, sambil menunggu hasil tes PCR,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ahli Epidemiologi FKM UI Syahrizal mengatakan, tes rapid Antigen memang disetujui WHO sebagai alat diagnosis dalam keadaan tertentu, sensitivitasnya juga di atas 80 persen dan spesifitas di atas 97 persen.
“Saya mendukung langkah pemerintah memberlakukan tes rapid Antigen sebagai alat diagnostik. Situasi ini memang akan meningkatkan laporan kasus, namun seperti kata Menteri Kesehatan, kita jangan panik kasus harian kita nanti meningkat,” imbuhnya.
Syahrizal juga menyampaikan, strategi melakukan tes dengan lebih cepat itu sangat bagus, karena kalau tidak menemukan kasus secepat mungkin maka wabah tidak cepat bisa dikendalikan. Kuncinya bukan sekadar puskesmas memiliki tes rapid Antigen tapi bagaimana puskesmas juga mampu menelusuri kontak dengan baik.
“Di sisi lain dalam proses pelacakan kasus kita sangat membutuhkan kerjasama dengan masyarakat. Karena masyarakat diminta mengingat siapa saja orang yang pernah kontak dengan dirinya. Tentu keterbukaan masyarakat juga diperlukan saat pernah melakukan kontak dengan pasien positif, sehingga mau melakukan tes,” pungkasnya.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini