Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Minggu, 14 Februari 2021 |
KalbarOnline.com – Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), turut berkomentar terkait kritik kepada pemerintah.
Dalam akun Twitter-nya @SBYudhoyono, SBY mengibaratkan kritik sebagai obat dan pujian bagai gula.
“Obat itu rasanya “pahit”. Namun bisa mencegah atau menyembuhkan penyakit. Jika obatnya tepat & dosisnya juga tepat, akan membuat seseorang jadi sehat,” cuit SBY dikutip, Minggu (14/2/2021).
“Gula itu rasanya manis, tetapi kalau dikonsumsi secara berlebihan bisa mendatangkan penyakit,” sebutnya.
SBY juga mengibaratkan, kritikan merupakan obat, dan pihak yang dikritik bisa saja sedang sakit.
“Kritik itu laksana obat & yang dikritik bisa “sakit”. Namun, kalau kritiknya benar & bahasanya tidak kasar, bisa mencegah kesalahan,” katanya.
Selain itu, SBY juga menyebut, pujian yang berlebihan bisa menyebabkan kegagalan. “Sementara, pujian & sanjungan itu laksana gula. Jika berlebihan & hanya untuk menyenangkan, justru bisa menyebabkan kegagalan,”.
Namun, tidak diketahui apakah cuitan SBY itu berkaitan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta masyarakat ikut aktif memberikan masukan dan kritik kepada kinerja pemerintah. Tujuannya agar pemerintah terus memperbaki kinerjanya.
“Masyarakat harus lebih aktif menyampaikan kritik masukan ataupun potensi maladministrasi dan para penyelenggara pelayanan publik juga harus terus meningkatkan upaya perbaikan-perbaikan,” kata Jokowi dalam kegiatan penyampaian laporan Ombudsman RI 2020 yang ditayangkan di Sekretariat Presiden, Senin (8/2/2021).
Pernyataan itu belakangan ini menjadi perhatian banyak pihak, bahkan dari mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK). Politisi senior itu, seolah menyindir pernyataan Presiden Jokowi yang meminta kepada masyarakat untuk mengkritiknya, dengan menyatakan pemerintah saat ini terkesan anti kritik dimana para pengkritik banyak yang berlanjut dengan panggilan Polisi, hingga berujung pidana.
Sehingga menurutnya, pernyataan Presiden Jokowi itu sangat tidak tepat dan terkesan hanya sekedar ungkapan untuk menyatakan pemerintahannya menghormati hak demokrasi.
“Beberapa hari lalu bapak Presiden mengumumkan silahkan kritik pemerintah, tapi banyak yang ingin melihatnya, bagaimana caranya mengkritik pemerintah tanpa dipanggil polisi?” sebut JK. [ind]
KalbarOnline.com – Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), turut berkomentar terkait kritik kepada pemerintah.
Dalam akun Twitter-nya @SBYudhoyono, SBY mengibaratkan kritik sebagai obat dan pujian bagai gula.
“Obat itu rasanya “pahit”. Namun bisa mencegah atau menyembuhkan penyakit. Jika obatnya tepat & dosisnya juga tepat, akan membuat seseorang jadi sehat,” cuit SBY dikutip, Minggu (14/2/2021).
“Gula itu rasanya manis, tetapi kalau dikonsumsi secara berlebihan bisa mendatangkan penyakit,” sebutnya.
SBY juga mengibaratkan, kritikan merupakan obat, dan pihak yang dikritik bisa saja sedang sakit.
“Kritik itu laksana obat & yang dikritik bisa “sakit”. Namun, kalau kritiknya benar & bahasanya tidak kasar, bisa mencegah kesalahan,” katanya.
Selain itu, SBY juga menyebut, pujian yang berlebihan bisa menyebabkan kegagalan. “Sementara, pujian & sanjungan itu laksana gula. Jika berlebihan & hanya untuk menyenangkan, justru bisa menyebabkan kegagalan,”.
Namun, tidak diketahui apakah cuitan SBY itu berkaitan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta masyarakat ikut aktif memberikan masukan dan kritik kepada kinerja pemerintah. Tujuannya agar pemerintah terus memperbaki kinerjanya.
“Masyarakat harus lebih aktif menyampaikan kritik masukan ataupun potensi maladministrasi dan para penyelenggara pelayanan publik juga harus terus meningkatkan upaya perbaikan-perbaikan,” kata Jokowi dalam kegiatan penyampaian laporan Ombudsman RI 2020 yang ditayangkan di Sekretariat Presiden, Senin (8/2/2021).
Pernyataan itu belakangan ini menjadi perhatian banyak pihak, bahkan dari mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK). Politisi senior itu, seolah menyindir pernyataan Presiden Jokowi yang meminta kepada masyarakat untuk mengkritiknya, dengan menyatakan pemerintah saat ini terkesan anti kritik dimana para pengkritik banyak yang berlanjut dengan panggilan Polisi, hingga berujung pidana.
Sehingga menurutnya, pernyataan Presiden Jokowi itu sangat tidak tepat dan terkesan hanya sekedar ungkapan untuk menyatakan pemerintahannya menghormati hak demokrasi.
“Beberapa hari lalu bapak Presiden mengumumkan silahkan kritik pemerintah, tapi banyak yang ingin melihatnya, bagaimana caranya mengkritik pemerintah tanpa dipanggil polisi?” sebut JK. [ind]
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini