Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Jumat, 23 Juli 2021 |
Warga Positif Covid-19 Keluhkan Buruknya Sistem Penanganan Pasien Corona di Pontianak
KalbarOnline.com – Pelayanan kesehatan di Kota Pontianak, masih jauh dari kata ideal dalam penanganan pasien Covid-19. Hal tersebut seperti dirasakan seorang warga berinisial KUS (43) yang akhirnya memutuskan menjalani isolasi mandiri di rumahnya di Kelurahan Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak. Padahal dirinya merupakan pasien dengan gejala bukan tanpa gejala.
Buruknya sistem pelayanan kesehatan dalam penanganan pasien Covid-19 di Pontianak, diutarakan KUS setelah dinyatakan positif Covid-19 dari hasil pemeriksaan di rumah sakit swasta. Sementara fasilitas kesehatan seperti rumah sakit umum telah ditambah dan rumah-rumah isolasi di Kota Pontianak tersedia dengan fasilitas yang apik.
"Baru hari ini ada Satgas dari Puskesmas datang ke rumah saya setelah sebelumya saya memohon bantuan Pak Wali Kota. Setelah saya, giliran anak dan istri saya satu rumah positif Covid. Saya ini sudah vaksin dua kali, kalau soal prokes, saya jamin saya patuh prokes, kemana-mana pakai masker, hand sanitizer tak lepas,” kata KUS saat dihubungi lewat telepon, Jumat, 23 Juli 2021.
KUS menceritakan, awal mula dia merasakan kondisi fisik yang tidak nyaman sejak Minggu 18 Juli 2021 lalu. Saat itu, dia merasakan gejala tidak biasa pada badannya, seperti gejala yang dialami pasien Covid-19. Ditambah lagi penyakit bawaan yang dideritanya yakni diabetes dan hepatitis.
“Lalu saya putuskan ke Rumah Sakit Antonius. Sebelumnya pergi, saya lakukan Swab Antigen dulu dan hasilnya negatif. Lalu ketika sampai di Antonius dilakukan pemeriksaan darah dan harus swab PCR. Setelahnya diminta menunggu, tidak berikan pertolongan pertama dan sebagainya,” ceritanya.
Setelah menunggu satu jam, keluar hasil cek darah. Dari hasil itu, KUS kaget bahwa gula darahnya cukup tinggi sekitar 400 mg/dL dan hepatitis. Oleh pihak rumah sakit, dirinya diminta menunggu hasil swab PCR.
“Tapi tidak diapa-apakan. Pihak rumah sakit hanya suruh menunggu. Sampai satu jam kemudian istri saya tanya ke dokter, apakah saya tidak ditangani dulu. Tapi pihak rumah sakit justru ngegas. Intinya pihak rumah sakit bilang harus menunggu hasil PCR keluar selama enam jam baru ditangani. Sementara saya ini ada komorbid, ada hepatitis, ada diabetes, masa tidak ditangani. Harusnya kan ditangani dulu penyakit yang ada sambil menunggu hasil swab keluar,” kata dia.
Setelah sempat cekcok, barulah pihak rumah sakit memasang infus dan memberikan obat untuk meredakan batuk. Enam jam kemudian, hasil swab pun keluar dan hasilnya menunjukan positif.
“Karena positif, pihak RS bilang ruang isolasi penuh dan pasien positif Covid-19 tidak bisa ditangani. Tapi pihak rumah sakit tak memberikan solusi apa-apa agar saya dapat dirawat. Hanya diminta selesaikan administrasi, kemudian infus dicabut. Itu Minggu malam sekitar jam 10,” ceritanya.
Setelah itu KUS yang dibawa oleh istri dan abangnya itu pun memutuskan pulang ke rumah. Besoknya yakni pada Senin, 19 Juli 2021, karena kondisi yang semakin memburuk, KUS memutuskan pergi ke Upelkes, berupaya untuk mendapatkan perawatan.
“Di Upelkes pun cukup lama juga, padahal saya sudah ada hasil swab dari Antonius. Saya bingung juga apalagi yang diperlukan, kemudian ditanya yang macam-macam. Setelah saya minta berbaring, baru dibolehkan baring,” kata dia.
“Di Upelkes sepertinya hanya untuk benar-benar isolasi. Saya di sana hanya dikasih obat, diperiksa tiga kali dalam sehari, tapi tidak ada tindakan apapun untuk penyakit bawaan saya. Karena menurut saya, penyakit bawaan saya ini yang lebih berat dari Covid-19. Karena saturasi oksigen saya itu normal,” timpalnya.
Karena kondisi yang tak kunjung membaik, pada Selasa, 20 Juli 2021, KUS memutuskan untuk pulang ke rumah. Namun dia lebih dulu ke Rumah Sakit Anugerah Bunda Khatulistiwa Pontianak.
“Belum sempat turun dari mobil, pihak RS menolak, karena tidak menerima pasien Covid,” katanya.
Di tengah kondisi yang panik dan kritis, sang istri pun kata KUS, membawanya ke RSUD Soedarso. Setibanya di Soedarso, pihak rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit penuh dan oksigen habis. Pihak rumah sakit menurutnya tak memperlakukan orang sakit dengan benar. Justru memberikan jawaban yang tak humanis.
“Sampai di Soedarso, kami langsung ke IGD bagian depan. Tapi kami mendapat jawaban yang tak humanis. Petugas bilang ‘rumah sakit penuh, oksigen tak ada, memangnya pasien mau dibaringkan di lantai’,” kata KUS menirukan ucapan petugas.
Lalu bersama istri dan abangnya, dia pun menuju IGD Covid-19 di RSUD Seodarso. Namun oleh pihak IGD, mereka diminta mendaftar dulu di IGD umum di bagian depan rumah sakit.
“Sementara kami di IGD depan ditolak mentah-mentah. Akhirnya sempat cekcok dengan petugas karena kami mendapat jawaban yang tidak humanis. Sebenarnya kita itu paham rumah sakit penuh, kehabisan oksigen dan sebagainya. Hanya saja sampaikanlah dengan humanis, kita paham. Setidaknya berikan kami solusi atau suruh tunggu, masa tiba-tiba ngomong ‘pasien mau taruh di mana, sudahlah turunkan saja pasiennya nanti pandai-pandailah kami ngaturnya’. Kan tidak bagus jawaban seperti itu,” kata KUS.
“Kami ini kan dalam kondisi panik, kritis, ada sakit penyerta ada diabetes dan hepatitis, harusnya kan pihak rumah sakit periksa dulu komorbid saya, sambil menunggu oksigen. Ujung-ujungnya karena saya sudah benar-benar tidak tahan, kami putuskan pulang. Sampailah hari ini (Jumat, 23 Juli 2021) saya hanya isolasi mandiri. Kemudian dapat bantuan oksigen dari Persatuan Orang Melayu (POM), jadi sudah sedikit membaik,” kata KUS lagi.
Pada Jumat ini, kata KUS, ada petugas dari Puskesmas datang ke rumahnya setelah sebelumnya sempat memohon bantuan kepada Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono. Petugas yang datang, kata KUS, memeriksakan kondisinya, melakukan pendataan dan sebagainya.
“Kemudian langsung melakukan swab antigen kepada kedua anak dan istri saya. Dan hasilnya positif. Kami sekeluarga saat ini isolasi mandiri di rumah,” kata dia.
Menurut KUS, apa yang dialaminya itu sebagai wujud ketidaksiapan pemerintah menangani pasien Covid-19 dan itu terlihat secara kasat mata. Mulai dari panjangnya prosedur, serta petugas medis yang tak humanis.
Keluhan yang disampaikannya ini pun, ditegaskannya, bukan untuk dirinya pribadi. Keluhan ini diharapkannya jadi cambuk bagi pemerintah untuk memperbaiki pelayanan, bisa bekerja profesional dengan patuh terhadap protokol dan ketetapan dalam menangani pasien Covid-19 sebagaimana mestinya.
“Saya ini kan ada komorbid. Obatilah komorbidnya juga, jangan hanya Covid yang diobati. Pak Kadiskes Kalbar pernah bilang kalau pasien Covid-19 itu selain diberikan terapi oksigen, terapi suportif, diberikan obat-obatan, antivirus, vitamin, juga diobati komorbidnya supaya mampu melawan virus Covid,” kata KUS.
“Alhamdulillah, sekarang saya sudah cukup membaik. Semoga cukup saya saja yang mengalami ini, mudah-mudahan tidak kembali terjadi," tutupnya.
Warga Positif Covid-19 Keluhkan Buruknya Sistem Penanganan Pasien Corona di Pontianak
KalbarOnline.com – Pelayanan kesehatan di Kota Pontianak, masih jauh dari kata ideal dalam penanganan pasien Covid-19. Hal tersebut seperti dirasakan seorang warga berinisial KUS (43) yang akhirnya memutuskan menjalani isolasi mandiri di rumahnya di Kelurahan Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak. Padahal dirinya merupakan pasien dengan gejala bukan tanpa gejala.
Buruknya sistem pelayanan kesehatan dalam penanganan pasien Covid-19 di Pontianak, diutarakan KUS setelah dinyatakan positif Covid-19 dari hasil pemeriksaan di rumah sakit swasta. Sementara fasilitas kesehatan seperti rumah sakit umum telah ditambah dan rumah-rumah isolasi di Kota Pontianak tersedia dengan fasilitas yang apik.
"Baru hari ini ada Satgas dari Puskesmas datang ke rumah saya setelah sebelumya saya memohon bantuan Pak Wali Kota. Setelah saya, giliran anak dan istri saya satu rumah positif Covid. Saya ini sudah vaksin dua kali, kalau soal prokes, saya jamin saya patuh prokes, kemana-mana pakai masker, hand sanitizer tak lepas,” kata KUS saat dihubungi lewat telepon, Jumat, 23 Juli 2021.
KUS menceritakan, awal mula dia merasakan kondisi fisik yang tidak nyaman sejak Minggu 18 Juli 2021 lalu. Saat itu, dia merasakan gejala tidak biasa pada badannya, seperti gejala yang dialami pasien Covid-19. Ditambah lagi penyakit bawaan yang dideritanya yakni diabetes dan hepatitis.
“Lalu saya putuskan ke Rumah Sakit Antonius. Sebelumnya pergi, saya lakukan Swab Antigen dulu dan hasilnya negatif. Lalu ketika sampai di Antonius dilakukan pemeriksaan darah dan harus swab PCR. Setelahnya diminta menunggu, tidak berikan pertolongan pertama dan sebagainya,” ceritanya.
Setelah menunggu satu jam, keluar hasil cek darah. Dari hasil itu, KUS kaget bahwa gula darahnya cukup tinggi sekitar 400 mg/dL dan hepatitis. Oleh pihak rumah sakit, dirinya diminta menunggu hasil swab PCR.
“Tapi tidak diapa-apakan. Pihak rumah sakit hanya suruh menunggu. Sampai satu jam kemudian istri saya tanya ke dokter, apakah saya tidak ditangani dulu. Tapi pihak rumah sakit justru ngegas. Intinya pihak rumah sakit bilang harus menunggu hasil PCR keluar selama enam jam baru ditangani. Sementara saya ini ada komorbid, ada hepatitis, ada diabetes, masa tidak ditangani. Harusnya kan ditangani dulu penyakit yang ada sambil menunggu hasil swab keluar,” kata dia.
Setelah sempat cekcok, barulah pihak rumah sakit memasang infus dan memberikan obat untuk meredakan batuk. Enam jam kemudian, hasil swab pun keluar dan hasilnya menunjukan positif.
“Karena positif, pihak RS bilang ruang isolasi penuh dan pasien positif Covid-19 tidak bisa ditangani. Tapi pihak rumah sakit tak memberikan solusi apa-apa agar saya dapat dirawat. Hanya diminta selesaikan administrasi, kemudian infus dicabut. Itu Minggu malam sekitar jam 10,” ceritanya.
Setelah itu KUS yang dibawa oleh istri dan abangnya itu pun memutuskan pulang ke rumah. Besoknya yakni pada Senin, 19 Juli 2021, karena kondisi yang semakin memburuk, KUS memutuskan pergi ke Upelkes, berupaya untuk mendapatkan perawatan.
“Di Upelkes pun cukup lama juga, padahal saya sudah ada hasil swab dari Antonius. Saya bingung juga apalagi yang diperlukan, kemudian ditanya yang macam-macam. Setelah saya minta berbaring, baru dibolehkan baring,” kata dia.
“Di Upelkes sepertinya hanya untuk benar-benar isolasi. Saya di sana hanya dikasih obat, diperiksa tiga kali dalam sehari, tapi tidak ada tindakan apapun untuk penyakit bawaan saya. Karena menurut saya, penyakit bawaan saya ini yang lebih berat dari Covid-19. Karena saturasi oksigen saya itu normal,” timpalnya.
Karena kondisi yang tak kunjung membaik, pada Selasa, 20 Juli 2021, KUS memutuskan untuk pulang ke rumah. Namun dia lebih dulu ke Rumah Sakit Anugerah Bunda Khatulistiwa Pontianak.
“Belum sempat turun dari mobil, pihak RS menolak, karena tidak menerima pasien Covid,” katanya.
Di tengah kondisi yang panik dan kritis, sang istri pun kata KUS, membawanya ke RSUD Soedarso. Setibanya di Soedarso, pihak rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit penuh dan oksigen habis. Pihak rumah sakit menurutnya tak memperlakukan orang sakit dengan benar. Justru memberikan jawaban yang tak humanis.
“Sampai di Soedarso, kami langsung ke IGD bagian depan. Tapi kami mendapat jawaban yang tak humanis. Petugas bilang ‘rumah sakit penuh, oksigen tak ada, memangnya pasien mau dibaringkan di lantai’,” kata KUS menirukan ucapan petugas.
Lalu bersama istri dan abangnya, dia pun menuju IGD Covid-19 di RSUD Seodarso. Namun oleh pihak IGD, mereka diminta mendaftar dulu di IGD umum di bagian depan rumah sakit.
“Sementara kami di IGD depan ditolak mentah-mentah. Akhirnya sempat cekcok dengan petugas karena kami mendapat jawaban yang tidak humanis. Sebenarnya kita itu paham rumah sakit penuh, kehabisan oksigen dan sebagainya. Hanya saja sampaikanlah dengan humanis, kita paham. Setidaknya berikan kami solusi atau suruh tunggu, masa tiba-tiba ngomong ‘pasien mau taruh di mana, sudahlah turunkan saja pasiennya nanti pandai-pandailah kami ngaturnya’. Kan tidak bagus jawaban seperti itu,” kata KUS.
“Kami ini kan dalam kondisi panik, kritis, ada sakit penyerta ada diabetes dan hepatitis, harusnya kan pihak rumah sakit periksa dulu komorbid saya, sambil menunggu oksigen. Ujung-ujungnya karena saya sudah benar-benar tidak tahan, kami putuskan pulang. Sampailah hari ini (Jumat, 23 Juli 2021) saya hanya isolasi mandiri. Kemudian dapat bantuan oksigen dari Persatuan Orang Melayu (POM), jadi sudah sedikit membaik,” kata KUS lagi.
Pada Jumat ini, kata KUS, ada petugas dari Puskesmas datang ke rumahnya setelah sebelumnya sempat memohon bantuan kepada Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono. Petugas yang datang, kata KUS, memeriksakan kondisinya, melakukan pendataan dan sebagainya.
“Kemudian langsung melakukan swab antigen kepada kedua anak dan istri saya. Dan hasilnya positif. Kami sekeluarga saat ini isolasi mandiri di rumah,” kata dia.
Menurut KUS, apa yang dialaminya itu sebagai wujud ketidaksiapan pemerintah menangani pasien Covid-19 dan itu terlihat secara kasat mata. Mulai dari panjangnya prosedur, serta petugas medis yang tak humanis.
Keluhan yang disampaikannya ini pun, ditegaskannya, bukan untuk dirinya pribadi. Keluhan ini diharapkannya jadi cambuk bagi pemerintah untuk memperbaiki pelayanan, bisa bekerja profesional dengan patuh terhadap protokol dan ketetapan dalam menangani pasien Covid-19 sebagaimana mestinya.
“Saya ini kan ada komorbid. Obatilah komorbidnya juga, jangan hanya Covid yang diobati. Pak Kadiskes Kalbar pernah bilang kalau pasien Covid-19 itu selain diberikan terapi oksigen, terapi suportif, diberikan obat-obatan, antivirus, vitamin, juga diobati komorbidnya supaya mampu melawan virus Covid,” kata KUS.
“Alhamdulillah, sekarang saya sudah cukup membaik. Semoga cukup saya saja yang mengalami ini, mudah-mudahan tidak kembali terjadi," tutupnya.
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini