Wabub Farhan: Kauman Akan Jadi Sentral Budaya Robo-robo di Ketapang
KalbarOnline, Ketapang – Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai adat istiadat dan budaya yang memang berbeda-beda, mempunyai ciri khas dan keunikan sendiri-sendiri, namun secara substansi memiliki tujuan yang sama yaitu selain napak tilas untuk mengambil spirit sejarah para pendahulu, juga untuk memperkokoh jalinan silaturahmi atau tali persaudaraan.
Keanekaragaman adat-istiadat dan budaya bangsa Indonesia, merupakan khazanah, anugerah dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang dapat menjadi modal besar bangsa untuk pembangunan, utamanya di bidang budaya dan pariwisata.
Dari sekian banyak adat-istiadat/budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, salah satunya adalah Robo-robo. Robo-robo adalah budaya yang dimiliki oleh masyarakat Kalimantan Barat dari rumpun Melayu, yang penyelenggaraannya selalu pada Rabu terakhir di Bulan Safar (dalam penanggalan Hijriah).
Adapun mengapa selalu diselenggarakan pada hari Rabu terakhir di Bulan Safar, masyarakat Melayu Kalimantan Barat mengacu pada sejarah peristiwa penting yang pernah terjadi, yang dilakukan oleh raja dan masyarakat kerajaan Matan dan Mempawah yang berada di Kalimantan Barat kala itu (1448 H/1737M).
Dilansir dari Indonesia.go.id, artikel dengan judul “Robo Robo, Sebuah Tradisi Merawat Sejarah dan Budaya di Kalbar”, diunggah pada Rabu (06/10/2021) pukul 10.00 WIB, diterangkan bahwa Robo-robo adalah acara napak tilas atau untuk mengenang kembali kedatangan Opu Daeng Manambon yang bergelar Pangeran Mas Surya Negara dari Kerajaan Matan di Kabupaten Ketapang ke Kerajaan Mempawah di Kabupaten Mempawah pada tahun 1448 H/1737M.
Dikisahkan, ketika Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba datang ke Mempawah tahun 1148 Hijriah atau 1737 Masehi untuk menerima tampuk pewaris Kerajaan Bengkule Rajangk. Opu Daeng Manambon dan Putri Kesumba berlayar bersama 40 rombongan perahu dari Ketapang ke Kuala Mempawah. Ketika Opu Daeng Manambon tiba di Kuala Mempawah, seluruh masyarakat menyambut gembira. Bahkan sampai dipasang kain warna warni di setiap rumah penduduk.
Merasa bahagia dengan penyambutan masyarakat Kuala Mempawah, akhirnya Opu Daeng Manambon membagikan seluruh bekal makanannya kepada warga. Opu Daeng Manambon pun turun ke pinggiran sungai kemudian mengumandangkan azan lalu memanjaatkan doa pada Allah, agar diberikan keselamatan. Selanjutnya, seluruh masyarakat Kuala Mempawah yang menyambut kedatangan Daeng Opu Manambon dan seluruh pengiring raja lantas bersantap bersama dengan sang raja.
Berdasar dari kisah tersebut, masyarakat Kabupaten Ketapang yang secara historis memiliki Kerajaan Matan juga melakukan hal yang sama. Acara Robo-robo selalu diselenggarakan oleh masyarakat Ketapang pada setiap hari Rabu terakhir di Bulan Safar, dengan spirit yang sama yaitu napak tilas sejarah dan juga untuk menjalin silaturahmi dengan cara saling berbagi makanan. Lazimnya ketupat colet atau asam pedas yang merupakan makanan khas masyarakat Ketapang Kalimantan Barat.
Sampai hari ini, masyarakat Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Ketapang tetap melestarikan tradisi Robo-robo ini, dengan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Ketapang.
Konkritnya, hari ini Rabu, 6 Oktober 2021, atas nama Permerintah Kabupaten Ketapang, Wakil Bupati Farhan turut hadir dalam kegiatan gelar budaya Robo-robo tingkat kelurahan. Adapun kelurahan penyelenggara gelaran tersebut adalah Kelurahan Kauman, Kecamatan Benua Kayong, bertempat di Penambang Lama Kauman Ketapang.
Tampak Wabup Farhan turut larut dalam suasana gembira sembari memberi apresiasi tinggi kepada masyarakat Ketapang khususnya masyarakat Kauman, terutama kepada panitia yang telah mempertahankan budaya Robo-robo di Kabupaten Ketapang.
“Saya sangat senang dan bangga sekaligus mengapresiasi budaya Robo-robo ini masih dilestarikan di Kauman ini. Apalagi kita dengar tadi dari panitia, bahwa Kelurahan Kauman sudah empat tahun berturut menyelenggarakan Robo-robo ini,” katanya.
Ke depan, Wabup berjanji akan akan menjadikan Kauman sebagai sentral kegiatan budaya Robo-robo Kabupaten Ketapang yang diharapkan dapat menjadi magnet untuk destinasi wisata budaya di Kabupaten Ketapang. Adapun di tempat lain, diharapkannya tetap memperkenankan menyelenggarakan Robo-robo seperti biasanya.
“Saya harap kedepannya di Kauman inilah yang menjadi sentral budaya Robo-robo di Kabupaten Ketapang sedangkan di lain tempat tetap melaksanakan seperti biasanya,” katanya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan pejabat dari Disparbud Ketapang, Sekcam Benua Kayong, Lurah Benua Kayong, masyarakat setempat, dan undangan lainnya.
Comment