Pontianak    

Cerita Aipda Budi Arie Tjahyadi Kembali ke Tanah Air Setelah Jalani Misi Perdamaian di Sudan

Oleh : Redaksi KalbarOnline
Senin, 17 Januari 2022
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

Cerita Aipda Budi Arie Tjahyadi Kembali ke Tanah Air Setelah Jalani Misi Perdamaian di Sudan

KalbarOnline.com – Aipda Budi Arie Tjahyadi resmi Kembali ke Tanah Air, setelah genap 15 bulan menjalankan tugas di Darfur, Sudan, Minggu, 9 Januari 2022. Tugas Aipda Budi yang tergabung dalam Satuan Tugas Garuda Bhayangkara (Garbha) II FPU 12 UNAMID/UN Guard Unit (UNGU) berakhir setelah Kontingen Garuda memutuskan mengakhiri misi perdamaian di Sudan lantaran konflik dan penjarahan yang semakin tak terkendali.

Setibanya di Indonesia, Aipda Budi bersama rekannya dalam Satgas Garbha II FPU 12 UNGU langsung menjalani karantina sesuai protokol Covid-19. Selanjutnya Budi akan Kembali menjalankan tugas sebagai anggota Kepolisian di Polres Ketapang.

Ini merupakan kali kedua bagi personel Polres Ketapang tersebut bergabung dalam African Union-United Nations Hybrid Operation in Darfur (UNAMID) atau Operasi Gabungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)-Uni Afrika.

Sebelumnya dia pernah bertugas di kawasan Afrika sebagai Formed Police Unit (FPU) Indonesia dalam misi perdamaian dunia di bawah PBB atau United Nations (UN), pada 2014-2015.

[caption id="attachment_105256" align="aligncenter" width="600"]Cerita Bripka Budi Arie Tjahyadi, Personel Polres Ketapang yang Jadi Pasukan Perdamaian PBB Bripka Budi Arie Tjahyadi saat menjalankan tugas sebagai pasukan perdamaian PBB di Sudan (Dok. Pribadi)[/caption]

“Ini adalah misi terakhir. FPU 12 UNAMID Indonesia terakhir yang berada di misi ini. The last peacekeepers standing in UNAMID. Tentu banyak kenangan yang telah kami lalui selama di tempat tugas," ceritanya, belum lama ini.

Kenangan-kenangan selama bertugas tentu akan menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupnya. Dia menyebut, masa-masa bertugas itu menjadi satu di antara guru dalam kehidupan.

“Banyak hal yang didapat. Selain teman, kita juga ikut merasakan bagaimana kehidupan masyarakat setempat selama konflik. Ini menjadi pelajaran berharga yang bisa diambil dan berharap konflik ini tidak pernah terjadi di Indonesia tercinta ini,” kata Budi.

Diakui Budi, kehidupan di tengah konflik tentu memberikan rasa was-was, terutama bagi warga sipil, khususnya perempuan dan anak-anak. Terlebih lagi di lokasi-lokasi pedalaman seperti di Golo, yang tidak memiliki jaringan telekomunikasi dan suara tembakan setiap hari akibat kontak senjata.

“Namun perasaan itu seakan hilang ketika kita bisa berbagi rezeki bersama anak-anak di sana, bermain dan membaur bersama, sehingga kita dikenal dengan keramahan dan kebaikan dan mendapatkan gelar “Indonesia Tammam” (Indonesia baik luar biasa) dari masyarakat setempat,” kata dia.

Budi pun menceritakan bahwa sebelum pulang ke Tanah Air, dia bersama pasukannya sempat merasakan suasana mencekam di Super Camp El Fasher. Hal ini diakibatkan aksi penjarahan oleh masyarakat setempat dan apparat militer yang semakin brutal. Mereka, kata Budi, menggunakan senjata api ringan dan senjata mesin (berat) yang sewaktu-waktu bisa saja mengenai pasukan perdamaian.

[caption id="attachment_105257" align="aligncenter" width="600"]Cerita Bripka Budi Arie Tjahyadi, Personel Polres Ketapang yang Jadi Pasukan Perdamaian PBB Bripka Budi Arie Tjahyadi saat menjalankan tugas sebagai pasukan perdamaian PBB di Sudan (Dok. Pribadi)[/caption]

Kata Budi, aksi penjarahan di lokasi Super Camp itu oleh masyarakat bersenjata dimulai pada 24 Desember 2021 sekitar pukul 17.00 waktu Sudan. Kejadian tersebut terus berlanjut. Hingga pada 28 Desember 2021, dirinya beserta pasukan FPU Indonesia dan Pakistan dievakuasi ke Uganda dikarenakan situasi keamanan Super Camp El Fasher yang sudah semakin tidak kondusif.

Sekitar pukul 15.00 waktu Sudan, pimpinan pimpinan misi di Super Camp akhirnya memutuskan untuk menutup misi dan mengevakuasi seluruh personel, baik staf UN dan pasukan Indonesia dan Pakistan ke Uganda menggunakan kendaraan menuju bandara. Selanjutnya terbang menggunakan dua buah pesawat menuju Uganda.

“Kami hanya bawa barang seadanya, karena kami dihadapkan pada situasi tersebut, dan harus dievakuasi, sehingga tak terpikirkan untuk membawa barang-barang selain senjata api dan helm serta bodyvest yang melekat di badan. Sementara barang barang seperti travel bag sudah kita siapkan ke dalam kontainer di Bandara El Fasher. Semoga barang tersebut aman dan bisa segera dikirim ke Indonesia,” ceritanya.

Budi mengaku banyak mendapatkan momen-momen bersejarah dalam hidupnya selama proses evakuasi di camp pelatihan PBB di Entebbe-Uganda. Mulai dari rasa syukur yang sangat mendalam atas keselamatan dan proses penerbangan selama evakuasi yang berjalan lancar. Selain itu yang tak akan pernah terlupakan yaitu anugerah kenaikkan pangkat setingkat lebih tinggi dari Bripka ke Aipda di Uganda.

Budi mengaku, semua yang dilewati menjadi pengalaman berharga sekembalinya di Tanah Air. Budi pun akan menjadikan segala pengalaman beharga yang didapat di daerah misi untuk kemajuan Polri dan kemajuan masyarakat Ketapang.

“Saya juga berencana akan mengikuti seleksi sekolah pembentukan perwira (SIP) 51 tahun 2022 setelah Upacara Purna Tugas Satgas Garbha II FPU XII Unamid oleh Kapolri dan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia. Harapannya semoga bisa lulus nantinya,” tutup Budi.

Aipda Budi diketahui menjalankan misi di Sudan sejak 5 September 2020. Dia berangkat bersama tiga personel Polda Kalbar lainnya, yaitu Iptu Priyono, Brigadir Intan Septiana dan Brigadir Muhammad Riszki Alamsyah.

Sebelumnya, mereka telah melalui seleksi ketat yang diselenggarakan oleh Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) Mabes Polri. (*)

Artikel Selanjutnya
Sutarmidji: APBD Kalbar 2021 Terserap 94 Persen
Senin, 17 Januari 2022
Artikel Sebelumnya
Cerita Aipda Budi Arie Tjahyadi Kembali ke Tanah Air Setelah Jalani Misi Perdamaian di Sudan
Senin, 17 Januari 2022

Berita terkait