KalbarOnline, Pontianak – Keluarga pasien di RSUD Soedarso Pontianak mengeluhkan waktu tunggu pelayanan ruang instalasi gawat darurat yang lama. Bahkan sampai 3 hari.
Warga yang ingin namanya disebutkan itu menceritakan. Hal itu terjadi pada awal April 2022. Saat itu ayahnya membutuhkan tindakan cepat. Namun saat itu tenaga kesehatan di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) tersebut mengatakan ruangan sedang penuh.
“Kemarin ayah Saya sampai 3 hari menunggu di ruangan IGD. Katanya ruangan penuh. Sedangkan kondisi ayah saya perlu tindakan. Jadi kami sekeluarga memutuskan pindah rumah sakit. Kami pindah ke RS Kota, langsung cepat tanggap. Cuma 2 jam, langsung masuk ruangan. Besok langsung di-visit dokter spesialis,” kata warga tersebut, Kamis, 28 April 2022.
Masih dengan sumber yang sama, warga ini juga menceritakan pengalaman saat ayahnya dirawat di RSUD Soedarso tersebut. Di mana pada hari ke-2, para perawat seperti kelabakan lantaran mengetahui akan ada inspeksi mendadak (sidak) pelayanan yang dilakukan pejabat Pemprov ke rumah sakit tersebut.
“Pas hari ke-2 di situ. Para perawat dan lain-lainnya pada beres-beres. Desas-desusnya mau ada sidak. Yang tadinya ayah saya pakai bed yang biru, lalu digantinya pakai bed yang besar. Yang tidak ada selimut, dikasih selimut. Pokoknya saya kesal banget melihat itu,” ceritanya.
Saat itu, ayahnya mengeluhkan sesak nafas, namun setelah diperiksa oleh dokter ayahnya ternyata mengidap gangguan pada liver.
“Ada orang yang di samping bed ayah saya dia dari Bengkayang. Sudah menunggu 3 hari juga,” ceritanya.
Parahnya lagi, kata warga tersebut, saat memutuskan pindah rumah sakit, dirinya dan keluarga yang justru mendorong tempat tidur sang ayah untuk dibawa ke ambulance.
“Perawat dan Satpam tidak membantu. Parah. Di RS Kota, padahal bukan rumah sakit swasta, tapi bisa melayani dengan sangat baik, cepat tanggap sekali. Ini saya buka suara karena kesal banget. Dari keluarga (sebenarnya) tidak mau buka suara,” ceritanya lagi.
Warga tersebut pun menyayangkan pelayanan yang tak memuaskan dari RSUD Soedarso. Dia meminta kepada pihak manajemen rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang baik. Jangan hanya saat akan ada sidak pelayanan, pelayanan tiba-tiba baik.
“Jangan saat ada bocoran sidak, baru semua-semuanya diberesin. Pasien-pasien dipindahkannya pakai bed yang besar, bukan pakai bed yang biru itu. Semua-semua dibereskan. Yang tidak ada selimut dikasih selimut,” ketusnya.
“Terus ada yang pasien lain nyeletuk lagi, yang kerja di RS itu, katanya kayak orang hotel pula ye. Seprai-seprai diganti segala, dipel, bersih jadinya. Kesal saya dengarnya. Waktu itu ada kepikiran mau rekam, cuma takut viral,” ceritanya.
Cerita ini muncul pasca Ketua Dewan Pengawas RSUD Soedarso Harisson melakukan sidak ke rumah sakit tersebut.
Di mana saat melakukan sidak, Harisson mendapati pasien yang menunggu dalam waktu lama.
Hal tersebut lantaran ruang antara RSUD Soedarso yang memang terbatas. Sehingga membuat pasien harus menunggu dengan waktu yang cukup lama di IGD.
“Saya menindaklanjuti beberapa keluhan pasien yang menanfaatkan RSUD Soedarso. Setelah kita cek memang ruangan antara di RSUD Soedarso sangat terbatas. Sementara rumah sakit ini merupakan rujukan se-Kalbar,” kata Harisson.
Harisson yang juga merupakan Sekda Kalbar ini mengungkapkan, idealnya paling lama pasien di IGD maksimal hanya enam jam. Namun akan dilihat kembali jika membutuhkan observasi lebih lanjut dengan pertimbangan maka akan ditambah waktu rawatnya.
Harisson meyakini dengan pembangunan gedung baru RSUD Soedarso maka keluhan tersebut akan bisa dimininalisir. Karena di gedung baru RSUD Soedarso akan ada 250 tempat tidur yang disediakan.
“Dengan adanya pembangunan gedung baru RSUD Soedarso oleh Bapak Gubernur dengan kapasitas 250 tempat tidur pelan-pelan keluhan tersebut akan bisa teratasi,” kata Harisson, optimis.
Comment