KalbarOnline, Pontianak – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim kemarau pada tahun 2023 ini akan lebih kering dari tahun sebelumnya. Sehingga potensi akan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhuta) juga akan semakin tinggi.
Tak hanya itu, terdapat pula kemungkinan terjadi El Nino setelah 3 kali La Nina pada tahun 2020 – 2022, sehingga diperkirakan terjadi peningkatan karhutla seperti tahun 2019.
Kepala BPBD Provinsi Kalbar, Ansfridus J Andjioe menyampaikan, sehubungan dengan potensi tersebut, Gubernur Kalbar meminta kepada BPBD Provinsi Kalbar selalu siap siaga dan melaksanakan koordinasi lebih optimal dengan instansi-instansi terkait di tingkat provinsi/kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan usaha melakukan penanggulangan karhutla.
“Penurunan potensi hujan ini, akan menyebabkan peningkatan kerawanan karhutla,” ujarnya saat menggelar rapat koordinasi di Ruangan Rapat BPBD Provinsi Kalbar, Kamis (26/01/2023).
Dalam rapat yang dihadiri kepala pelaksana BPBD kabupaten/kota itu, Ansfridus mengatakan, terkait hal ini pun, Gubermur Kalbar secara khusus telah meminta 4 hal kepada instansi terkait.
Pertama, menindaklanjuti secara efektif hasil monitoring peringatan dan deteksi dini karhutla dengan menggerakan potensi sumber daya yang ada di daerah masing-masing.
Kedua, prioritaskan upaya deteksi dan cegah dini dengan melibatkan unsur satuan di daerah, aparat daerah, stakeholder, masyarakat pada tingkat desa/tapak guna mencegah potensi karhutla.
Ketiga, lakukan identifikasi pada desa/dusun/kelurahan/kecamatan di daerah masing-masing yang rawan terbakar setiap tahun untuk dilakukan pengawasan yang lebih ketat.
Keempat, informasikan dan edukasi masyarakat, termasuk tokoh-tokoh agama, serta kampanye pencegahan bencana asap akibat karhutla terus ditingkatkan.
“Saya meminta BPBD kabupaten/kota untuk melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait di kabupaten/kota, menetapkan status siaga bencana kabut asap akibat karhutla, menyiagakan personel dan peralatan penanggulangan bencana asap akibat karhutla yang sewaktu-waktu personel dan alat dapat digerakan di daerah yang terbakar serta memonitor/mengawasi lahan-lahan yang berpotensi terbakar,” terang Ansfridus. (Jau)
Comment