Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : adminkalbaronline |
| Selasa, 19 Maret 2024 |
KalbarOnline, Kapuas Hulu - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Kalbar, Rita Hastarita mengetuai ekspedisi budaya suku Dayak Punan Hovongan, Kapuas Hulu, pada Selasa, 6 Maret 2024.
Rombongan terdiri dari tim kebudayaan Dikbud Kalbar, petugas dari Taman Nasional Betung Kerihun, anggota Federasi Arung Jeram Kapuas Hulu, tim media massa dan peliput.
Ekspedisi tersebut bertujuan untuk mendokumentasikan tradisi dan budaya dalam rangka pemanfaatan, pelestarian dan pengembangan budaya.
Untuk menuju ke Tanjung Lokang ini, tim mesti menempuh 18 jam perjalanan dari Kota Pontianak, yaitu 12 jam jalur darat dan 6 jam jalur air, dengan kondisi geografis Sungai Bungan yang banyak riam dan berarus kuat.
Suku Dayak Punan Hovongan, merupakan suku Dayak tertua di Kalimantan Barat. Suku ini merupakan suku yang sangat dekat dengan alam. Salah satu pengetahuan tradisional yang mereka miliki dan diwariskan secara turun temurun adalah keterampilan mengendalikan alat transportasi air, meramu obat, keterampilan berburu dan berladang, kemampuan bertahan hidup dan bermukim serta banyak hal lain.
Selain memiliki banyak pengetahuan tradisional, Suku Dayak Punan Hovongan juga menciptakan seni musik dan tari yang terinspirasi dari alam. Salah satunya yaitu Karang Ko Cohokot, yakni tarian yang terinspirasi dari keanggunan dan kelemah lembutan burung tingang yang hidup bebas di hutan Desa Tanjung Lokang.
Tarian ini diiringi alunan lembut musik sampek/sape' dan biasa ditampilkan sebagai tarian penyambutan untuk menyambut tamu-tamu yang datang ke Desa Tanjung Lokang.
Selain itu ada juga tarian atau Karang Lolupak yang terinspirasi dari riak atau gelombang air Sungai Bungan yang ditarikan secara berkelompok membentuk pola berbaris dan melingkar. Dalam tarian ini juga biasanya dapat melibatkan tamu yang hadir untuk menari bersama.
Dalam giat ini, Kadisdikbud Kalbar diterima dengan hangat oleh masyarakat dan menari bersama. Serta dilakukan juga dialog tentang pendidikan dan kebudayaan.
“Harapan saya tentunya budaya suku Dayak Punan Hovongan terus lestari, karena saya lihat anak-anak juga sangat antusias belajar budaya dan tradisi, serta kita berharap ini dapat menjadi salah satu daya tarik untuk tamu berkunjung ke Tanjung Lokang,” ujar Rita. (Jau)
KalbarOnline, Kapuas Hulu - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Kalbar, Rita Hastarita mengetuai ekspedisi budaya suku Dayak Punan Hovongan, Kapuas Hulu, pada Selasa, 6 Maret 2024.
Rombongan terdiri dari tim kebudayaan Dikbud Kalbar, petugas dari Taman Nasional Betung Kerihun, anggota Federasi Arung Jeram Kapuas Hulu, tim media massa dan peliput.
Ekspedisi tersebut bertujuan untuk mendokumentasikan tradisi dan budaya dalam rangka pemanfaatan, pelestarian dan pengembangan budaya.
Untuk menuju ke Tanjung Lokang ini, tim mesti menempuh 18 jam perjalanan dari Kota Pontianak, yaitu 12 jam jalur darat dan 6 jam jalur air, dengan kondisi geografis Sungai Bungan yang banyak riam dan berarus kuat.
Suku Dayak Punan Hovongan, merupakan suku Dayak tertua di Kalimantan Barat. Suku ini merupakan suku yang sangat dekat dengan alam. Salah satu pengetahuan tradisional yang mereka miliki dan diwariskan secara turun temurun adalah keterampilan mengendalikan alat transportasi air, meramu obat, keterampilan berburu dan berladang, kemampuan bertahan hidup dan bermukim serta banyak hal lain.
Selain memiliki banyak pengetahuan tradisional, Suku Dayak Punan Hovongan juga menciptakan seni musik dan tari yang terinspirasi dari alam. Salah satunya yaitu Karang Ko Cohokot, yakni tarian yang terinspirasi dari keanggunan dan kelemah lembutan burung tingang yang hidup bebas di hutan Desa Tanjung Lokang.
Tarian ini diiringi alunan lembut musik sampek/sape' dan biasa ditampilkan sebagai tarian penyambutan untuk menyambut tamu-tamu yang datang ke Desa Tanjung Lokang.
Selain itu ada juga tarian atau Karang Lolupak yang terinspirasi dari riak atau gelombang air Sungai Bungan yang ditarikan secara berkelompok membentuk pola berbaris dan melingkar. Dalam tarian ini juga biasanya dapat melibatkan tamu yang hadir untuk menari bersama.
Dalam giat ini, Kadisdikbud Kalbar diterima dengan hangat oleh masyarakat dan menari bersama. Serta dilakukan juga dialog tentang pendidikan dan kebudayaan.
“Harapan saya tentunya budaya suku Dayak Punan Hovongan terus lestari, karena saya lihat anak-anak juga sangat antusias belajar budaya dan tradisi, serta kita berharap ini dapat menjadi salah satu daya tarik untuk tamu berkunjung ke Tanjung Lokang,” ujar Rita. (Jau)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini