KalbarOnline, Pontianak – Ketua Kreasi Sungai Putat (KSP), Syamhudi mengungkapkan rasa bangganya bahwa batik produksinya dapat ditampilkan secara memukau di depan mata presiden dan ibu negara pada awal September 2023 lalu.
Kala itu, batik corak insang kreasi hasil desain pihaknya dikenakan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar, Harisson dan Pj Ketua TP PKK Provinsi Kalbar, Windy Prihastari di atas catwalk Istana Merdeka, Jakarta, dalam event “Istana Berbatik” yang digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
“Karya batik tulis kita pernah dikenakan Pak Pj Gubernur dan istri saat fashion show di hadapan Presiden Jokowi. Tentu kita sangat berterima kasih. Karena memang salah satu karya komunitas kita bisa tampil di pentas nasional di Istana Negara,” ujarnya, Senin (03/06/2024).
Syamhudi berkeinginan, bahwa karya-karya KSP dapat lebih dikenal menjadi ciri khas budaya pada zamannya, tanpa menghilangkan dan mengubah karya-karya budaya sebelumnya. Ia pun bersyukur, bahwa pemerintah terus membantu dalam mempromosikannya.
“Kemudian sempat juga diinformasikan bahwa seragam pegawai di pemprov akan menggunakan wastra Kalbar, salah satunya corak insang kreasi. Dan informasi batik corak insang ini akan dipromosikan juga saat acara di IKN. Dan kita masih menunggu kabar lanjutan dari pemprov,” ujarnya.
Syamhudi menyampaikan, kalau batik tulis sungai putat ini biasanya dibuat terbatas, walaupun terdapat beberapa motif batik yang memang diproduksi banyak, namun ada motif-motif tertentu yang memang limited edition.
“Jadi memang ada yang dijual dalam produksi yang lebih dari semestinya. Namun beberapa motif memang dibuat limited edition,” katanya.
Jujur, Syamhudi mengaku, kalau pihaknya belum berani memproduksi batiknya secara massal. Hal itu lantaran KSP harus mengeluarkan modal yang tidak sedikit, selain untuk biaya produksi, tenaga, juga untuk biaya promosi.
“Jadi memang dibuat saat ada orderan saja, karena belum banyak. Jadi memang ketika dipakai oleh pejabat ini membantu untuk promosinya,” kata Syamhudi.
Dirinya menambahkan, bahwa di KSP sendiri, saat ini memiliki tujuh pembatik, yang bertugas mulai dari penyalinan desain, proses desain di kain, proses pembatikan, proses pewarnaan, proses peningkatan warna dan proses akhirnya.
“Jadi sudah ada tugas masing-masing,” katanya.
Namun karena memang usahanya tersebut menggunakan pendekatan komunitas yang bersifat berdiri sendiri dan tidak ada pembiayaan dari luar, KSP mau tak mau harus berupaya terus bertahan dengan sistem by order, dengan corak yang bisa dibuat sesuai request.
“Kenapa awalnya bisa tampil di hadapan presiden, (karena) batik tulis kita sudah melalui kurasi. Bahkan sebelumnya sudah ditampilkan Dekranasda Kota Pontianak di Inacraf,” katanya.
Diketahui, batik tulis yang diproduksi oleh KSP di bawah binaan Dekranasda Kota Pontianak ini menggambarkan corak insang yang memiliki pola standar, yaitu berbentuk garis zig-zag di hampir sebagian besar permukaan bahan kain.
Perpaduan warna dan motif corak insang membuatnya semakin unik dan menarik karena memiliki filosofi tersendiri dari setiap bagian yang diciptakan.
Pada batik tersebut terdapat warna tanah gambut dan tumbuhan pakis yang biasa tumbuh subur di Kota Pontianak. Tanah gambut yang mengandung keanekaragaman hayati juga berfungsi sebagai tangkapan air dan penyimpan air di musim kemarau.
Selain tanah gambut, Desain tersebut juga menggambarkan parit gambut secara alami mengalirkan air ketika musim penghujan. (Jau)
Comment