KalbarOnline, Pontianak – Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional termasuk perekonomian daerah, karena sektor pertanian berfungsi sebagai penyedia bahan pangan untuk ketahanan pangan masyarakat, sumber bioenergi, sebagai instrumen pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja, serta sumber pendapatan masyarakat.
Penyediaan pangan berkualitas, sehat dan bernilai gizi tinggi yang dihasilkan dari sektor pertanian nantinya diharapkan akan mampu mengatasi stunting, meningkatkan kualitas kesehatan dan kecerdasan masyarakat.
Sehingga, optimalisasi Lahan Rawa (OPLA) merupakan salah satu upaya konkret dari Kementerian Pertanian dalam melakukan akselerasi penanganan darurat pangan.
Kegiatan Upaya Khusus Optimasi Lahan Rawa ini sangat penting disebabkan oleh produksi dan produktivitas lahan pertanian di rawa masih rendah yang mengakibatkan Pendapatan petani di lahan rawa yang masih rendah.
Tak hanya itu, pertanian di lahan rawa pasang surut dan rawa lebak yang memerlukan perlakuan khusus pada infrastrukturnya karena daerah ini sering terkena banjir yang memerlukan biaya yang tinggi dalam usaha tani di lahan rawa.
Selain itu, Permasalahan di lahan rawa yang sangat spesifik dan agak kompleks sehingga memerlukan sinergi kegiatan lintas sektoral antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap pengembangan pertanian di lahan rawa. Oleh karenanya, Agroekosistem dan fungsi pelestarian lingkungan berbasis kearifan lokal yang perlu dikedepankan.
Penjabat Gubernur Kalbar, Harisson mengatakan, bahwa stok beras di Kalimantan Barat yang dipenuhi melalui impor dari negara luar seperti Thailand maupun Vietnam saat ini harus menjadi perhatian, karena kecenderungan negara-negara ini akan mengalami gangguan produksi.
Walaupun demikian, dirinya menekankan untuk tetap waspada namun perlu untuk melakukan antisipasi namun tetap melakukan penguatan produksi pertanian.
“Kalau mereka gangguan produksi (beras) tidak akan memberikan stok mereka dan untuk itu kita menurut secara nasional termasuk Kalimantan Barat diminta untuk melakukan optimasi lahan pertanian untuk meningkatkan produksi beras,” katanya.
Hal itu disampaikan Harisson saat menghadiri Rapat Koordinasi dalam rangka Pendampingan Perluasan Areal Tanam (PAT) melalui Optimasi Lahan Rawa (OPLA) di Wilayah Kalimantan Barat bersama dengan Aparat Pemerintah di Aula Sudirman Makodam XII Tanjungpura, Jumat (07/06/2024).
Harisson juga meminta agar optimasi lahan ini sesegera mungkin dilaksanakan khususnya jajaran Kodam XII Tanjungpura.
“Kegiatan Upaya Khusus Optimasi Lahan Rawa ini terdiri atas 3 komponen yaitu, Tahap perencanaan yaitu berupa Survei, Investigasi dan Desain (SID) yang sedang dilaksanakan oleh Universitas Tanjungpura. Dilanjutkan dengan pekerjaan konstruksi fisik di kabupaten/kota, kemudian pengolahan lahan yang dilaksanakan oleh petani,” terang Harisson.
Dirinya menilai, agar pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan dengan baik diperlukan sinergitas dan kerjasama yang baik diantara komponen tersebut.
“Jadi kami meminta bantuan kepada Kodam supaya bisa lebih cepat dan Universitas Tanjungpura juga sudah memberikan perencanaan. Untuk itu perlu diawasi secara bersama-sama,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Pemprov Kalbar berupaya mengoptimalkan peningkatan produksi dan produktivitas serta mutu produk pertanian tanaman pangan dan hortikultura secara berkelanjutan, berbasis inovasi teknologi, yang bersumber daya lokal, berwawasan lingkungan dan berdaya saing melalui pendekatan sistem agribisnis dan kemandirian pangan.
Dalam mendorong peningkatan produksi pangan dan mewujudkan kemandirian pangan tersebut, pemerintah provinsi mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan sistem pengelolaan tanaman pangan dan hortikultura terpadu, berbasis kawasan dan menyiapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan cadangan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Kawasan pertanian tersebut perlu didata dengan baik serta dilengkapi dengan data spasial atau poligon dan informasi lain yang mendukung penguatan kemandirian pangan.
“Kebutuhan beras Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2024 sebesar 464.166 ton, dan perkiraan produksi beras Tahun 2024 sebesar 541.760 ton sehingga Kalimantan Barat diperkirakan masih mengalami surplus sebesar 77.593 ton,” ujarnya.
“Kita berupaya meningkatkan produksi pertanian agar kebutuhan pangan masyarakat dapat dipenuhi dari kegiatan produksi dalam daerah artinya bisa swasembada pangan, jangan lagi mengimpor pangan dari negara luar,” tambah Harisson. (Jau)
Comment