KALBARONLINE.com – Seorang pelajar di Pontianak bernama Muhammad Iqbal Syahputra (15 tahun) menjadi korban penganiayaan oleh salah satu kelompok peserta acara Pawai Obor Ramadhan yang digelar pada Kamis (27/02/2025) malam.
Saat ditemui di kediamannya di Jalan Komyos Soedarso, Gang Delima 2, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak, Syarifah Velia yang merupakan ibu korban tidak kuasa menahan tangis saat menceritakan kejadian sebelum anaknya merenggut nyawa.
Ia mengatakan, pada saat itu, anaknya Iqbal sempat izin untuk ikut meramaikan pawai obor yang digelar tersebut. Kata Syarifah, Iqbal yang merupakan siswa kelas 3 SMPN 24 Pontianak, itu tidak pernah mengikuti pawai obor sebelumnya.
“Dia ini tidak pernah ikut pawai obor. Baru inilah pertama kali, seumur hidup dia,” ungkapnya.
“Pada saat itu, dia sempat pamit meminta izin, dan sebelum itu dia (Iqbal) sempat menyeterika pakaian dia, tak pernah-pernah dia pakai kain putih, baju putih, songkok putih, dia pergi itu sore itu. dijemput temannya. Kemudian saya bilang boleh, namun hati-hati yah nak, kalau bisa habis itu langsung pulang, karena takut terjadi apa-apa,” kata Syarifah sambil bercerita pada Minggu (02/03/2025).
Syarifah mendapatkan kabar kalau putranya dirawat di rumah sakit sekitar pukul 22.30 WIB. Teman-teman Iqbal datang ke rumah dan menyampaikan bahwa anaknya berada di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura setelah dipukul oleh sejumlah peserta pawai obor lainnya.
“Teman-temanya datang pada pukul 22.30 WIB kerumah ngasi kabar kalau iqbal dikeroyok serta dianiaya dan pada saat itu sedang dalam perawatan disalah satu rumah sakit,” ungkapnya.
Syarifah kemudian menjelaskan, berdasarkan infomasi dari teman-temanya, kejadian tersebut bermula saat anaknya Iqbal, melakukan sholawat dengan nada yang cukup tinggi, pada saat bersamaan salah satu kelompok yang juga mengikuti pawai terlihat tidak suka dengan anaknya.
“Kalau dari cerita teman anak saya, saat itu kelompok almarhum bersama teman-temanya berada di barisan depan dari teman-teman pelaku, kemudian Iqbal dan teman-temanya melakukan sholawat dengan suara yang cukup tinggi, sehingga salah satu teman anaknya mengatakan bahwa kelompok peserta pawai yang dibelakangnya tidak suka, sehingga sebelum kejadian, kelompok yang berada di belakang almarhum langsung berhenti dan melancarkan pukulan kepada kelompok almarhum,” ceritanya.
Kemudian, setelah mendapat kabar anaknya menjadi korban pengeroyokan, ia beserta anak perempuannya langsung melaporkan ke Polda Kalbar, namun ia diarahkan untuk membuat laporan di Polresta Pontianak dan akhirnya pada malam itu laporan telah dibuat dan anggota kepolisian langsung bergerak ke lokasi kejadian.
“Malam itu juga saya dan anak perempuan saya langsung melaporkan kejadian tersebut, tadi pagi alhamdulillah saya sudah mendapatkan jawaban atas laporan yang telah saya buat, bahwa saat ini telah diamankan dua anak yang diduga terlibat pemukulan terhadap anak saya,” katanya.
“Satu anak itu umurnya 19 tahun dan satunya kalau tidak salah masih di bawah umur, kemudian kata polisi juga masih melakukan pengejaran kepada salah satu anak yang diduga terlibat kejadian tersebut,” ungkapnya.
Syarifah membantah bahwa saat ini sedang beredar isu kejadian tersebut merupakan tawuran antar kelompok anak, ia menyebutkan, bahwa anaknya merupakan korban serta tidak ada kaitannya dengan kelompok-kelompok tawuran.
“Kalau ada yang bilang anak saya merupakan salah satu dari kelompok yang melakukan tawuran itu saya yakin hoax, karena saya tau anak saya tidak mungkin melakukan hal tersebut, dan ini murni kejadian yang terjadi pada pelaksanaan pawai obor, bukan tawuran,” pungkasnya. (Lid)
Comment