KALBARONLINE.com – Warga tepian Sungai Kapuas, Pontianak, mulai merakit meriam karbit untuk menyambut malam takbiran menjelang Hari Raya Idul Fitri. Meriam karbit, merupakan permainan mercon raksasa buatan, selalu menjadi tradisi yang dinanti-nanti setiap tahunnya oleh masyarakat setempat.
Salah satu kelompok yang sudah mulai merakit meriam karbit adalah kelompok Meriam Nurus Asyofa yang berada di sekitar Gg Irian, Jalan Tanjungpura, Pontianak. Para pembuat meriam di sana telah memulai proses perakitan sejak beberapa pekan lalu.
Ketua kelompok Meriam Nurus Asyofa, Muhammad Andri menjelaskan, bahwa merakit meriam karbit adalah tradisi yang sudah dilakukan setiap tahun di pertengahan bulan Ramadhan.
“Kami memulai pembuatan meriam ini dari setelah shalat Tarawih hingga menjelang sahur. Alhamdulillah, tradisi ini sudah menjadi simbol masyarakat pesisir Sungai Kapuas dalam menyambut hari kemenangan, Idul Fitri,” ungkap Andri.
Dalam proses pembuatannya, Andri mengungkapkan meriam-meriam yang sebelumnya ditenggelamkan di dasar Sungai Kapuas kembali dinaikkan untuk dirakit ulang, dihias, dan dipersiapkan agar bisa dimainkan dengan megah.
“Proses ini bukan sekadar perbaikan fisik, tetapi juga menjaga warisan budaya agar tetap lestari. Biasanya, masyarakat akan bergotong-royong memperindah meriam dengan warna-warna mencolok dan motif khas,” katanya.
Andri juga mengungkapkan, bahwa untuk menghasilkan ledakan yang menggelegar dan suara gemuruh yang khas, meriam karbit memerlukan bahan-bahan tertentu, seperti balok meriam, rotan dan karbit. Oleh karena itu, ia mengharapkan dukungan dari donatur untuk menyukseskan pembuatan meriam ini.
“Kami berharap pemerintah dan dewan-dewan yang ada di Kalbar juga mohonlah diperhatikan setiap pembuatan meriam ini agar tradisi ini tetap terlaksana sampai nantinya, mengingat kelangkaan kayu yang semakin sulit didapatkan,” harap Andri.
Andri menambahkan, bahwa sebagian besar bahan baku meriam karbit yang dulunya menggunakan kayu balok kini beralih ke bahan lain seperti palun, yang terkadang menyulitkan proses pembuatan. Sehingga beberapa kelompok keberatan untuk membuat meriam karena terbatas akan anggaran.
“Mereka mempunyai dana tapi berat untuk membuat permainan meriam karbit ini. Saya harapkan juga kepada pemerintah ini agar pengadaan balok ini mudah didapatkan. Yang dikhawatirkan dari pihak keamanan atau pemerintah pusat itu adalah illegal logging. Bukan untuk permainan meriam,” ujarnya.
Selain itu, Andri juga berharap ada subsidi khusus dari pemerintah untuk bahan peledak karbit agar tradisi meriam karbit tetap dapat dilestarikan.
“Kami mengharapkan subsidi harga karbit untuk meriam yang dimainkan pada malam Idul Fitri. Ini penting untuk melestarikan tradisi yang telah lama ada,” tuturnya.
Lebih lanjut Andri berharap, permainan meriam dapat dilestarikan agar anak-anak muda tidak melupakan tradisi yang selalu dilakukan setiap tahunya.
“Jadi nanti suatu tahun ke depan kita ada regenerasi, pergantian. Bahwa ini adalah tradisi yang dilaksanakan pada zaman dulu-dulu,” harapnya. (Lid)
Comment