Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Selasa, 01 Juli 2025 |
KALBARONLINE.com – Kasus pencabulan anak panti sosial oleh oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) Dinas Sosial (Dinsos) Kalimantan Barat terus bergulir. Kini muncul kabar, dua dari enam anak korban dugaan pencabulan oleh SU (50) dikabarkan menghilang dari rumah perlindungan (shelter) milik Pemprov Kalbar.
Informasi yang beredar menyebut, kedua anak ini dijemput seseorang yang mengaku sebagai petugas Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Pontianak. Namun, kabar itu langsung dibantah KPAD Pontianak.
“Kami memang mendampingi korban, tapi tidak pernah menjemput dua korban yang dimaksud,” tegas Komisioner Divisi Kekerasan Seksual KPAD Kota Pontianak, Ameldalia, Selasa (1/7/2025).
Perempuan yang kerap disapa Lia ini memastikan, saat ini hanya ada empat korban yang berada di rumah perlindungan. Pihaknya bersama KPPAD Kalbar sudah meninjau langsung kondisi para korban di shelter untuk memastikan keamanan dan pendampingan.
“Kami cek kondisi mereka, pastikan fasilitasnya, edukasi anak-anaknya. Psikis mereka mulai membaik, aman, dijaga, bahkan bermain HP juga dibatasi,” jelas Lia.
Tak hanya itu, kunjungan juga untuk menguatkan mental korban agar siap menjalani proses hukum tanpa tekanan.
“Kami tanya langsung ke anak-anak, adakah yang mengancam mereka, ada enggak yang nyuruh meringankan keterangan atau bikin mereka merasa bersalah karena sudah melapor. Mereka bilang siap dan berani proses ini lanjut,” kata Lia.
Sementara itu, Kapolresta Pontianak Kombes Pol Adhe Hariadi membenarkan pihaknya telah menangkap dan menahan SU. Hasil penyelidikan sementara, SU diduga telah mencabuli enam anak panti yang seharusnya ia asuh.
“Setelah unsur terpenuhi dan saksi diperiksa, pelaku kita amankan di rumahnya. Jumlah korban yang kita data ada enam, soal kemungkinan korban lain, kita tunggu hasil penyidikan lanjutan,” ujar Adhe.
Kepala UPT PSA Dinsos Kalbar, Effendi Muharam, menambahkan bahwa pihaknya langsung berkoordinasi dengan KPAD Pontianak dan Dinas PPPA Kalbar begitu kasus ini mencuat.
“Korban langsung kita amankan, dibantu KPAD dan DPPPA. Mereka diberi pendampingan, perlindungan, dan penjagaan psikis,” jelasnya.
Namun, hingga berita ini diturunkan, keberadaan dua korban yang terpisah dari empat lainnya masih menjadi misteri. (Lid)
KALBARONLINE.com – Kasus pencabulan anak panti sosial oleh oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) Dinas Sosial (Dinsos) Kalimantan Barat terus bergulir. Kini muncul kabar, dua dari enam anak korban dugaan pencabulan oleh SU (50) dikabarkan menghilang dari rumah perlindungan (shelter) milik Pemprov Kalbar.
Informasi yang beredar menyebut, kedua anak ini dijemput seseorang yang mengaku sebagai petugas Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Pontianak. Namun, kabar itu langsung dibantah KPAD Pontianak.
“Kami memang mendampingi korban, tapi tidak pernah menjemput dua korban yang dimaksud,” tegas Komisioner Divisi Kekerasan Seksual KPAD Kota Pontianak, Ameldalia, Selasa (1/7/2025).
Perempuan yang kerap disapa Lia ini memastikan, saat ini hanya ada empat korban yang berada di rumah perlindungan. Pihaknya bersama KPPAD Kalbar sudah meninjau langsung kondisi para korban di shelter untuk memastikan keamanan dan pendampingan.
“Kami cek kondisi mereka, pastikan fasilitasnya, edukasi anak-anaknya. Psikis mereka mulai membaik, aman, dijaga, bahkan bermain HP juga dibatasi,” jelas Lia.
Tak hanya itu, kunjungan juga untuk menguatkan mental korban agar siap menjalani proses hukum tanpa tekanan.
“Kami tanya langsung ke anak-anak, adakah yang mengancam mereka, ada enggak yang nyuruh meringankan keterangan atau bikin mereka merasa bersalah karena sudah melapor. Mereka bilang siap dan berani proses ini lanjut,” kata Lia.
Sementara itu, Kapolresta Pontianak Kombes Pol Adhe Hariadi membenarkan pihaknya telah menangkap dan menahan SU. Hasil penyelidikan sementara, SU diduga telah mencabuli enam anak panti yang seharusnya ia asuh.
“Setelah unsur terpenuhi dan saksi diperiksa, pelaku kita amankan di rumahnya. Jumlah korban yang kita data ada enam, soal kemungkinan korban lain, kita tunggu hasil penyidikan lanjutan,” ujar Adhe.
Kepala UPT PSA Dinsos Kalbar, Effendi Muharam, menambahkan bahwa pihaknya langsung berkoordinasi dengan KPAD Pontianak dan Dinas PPPA Kalbar begitu kasus ini mencuat.
“Korban langsung kita amankan, dibantu KPAD dan DPPPA. Mereka diberi pendampingan, perlindungan, dan penjagaan psikis,” jelasnya.
Namun, hingga berita ini diturunkan, keberadaan dua korban yang terpisah dari empat lainnya masih menjadi misteri. (Lid)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini