Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Sabtu, 26 Juli 2025 |
KALBARONLINE.com – Rencana pemerintah untuk membebaskan bea masuk produk asal Amerika Serikat (AS) dinilai bisa berdampak serius terhadap iklim investasi dan industrialisasi di dalam negeri. Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, menyebut kebijakan ini justru mengancam kredibilitas pemerintah di mata investor yang sudah lebih dulu menanamkan modal di Indonesia.
Dalam diskusi publik Indef yang digelar secara daring, Senin (21/7/2025), Heri mengaku tak setuju dengan konsep tarif 0 persen untuk produk-produk dari AS.
“Banyak produk dari AS yang sedang kita upayakan untuk diindustrialisasi, didorong ke hilirisasi. Kalau AS dikasih bebas bea masuk, terus apa kabar investor lain yang udah capek-capek bangun pabrik di sini?” tegas Heri.
Ia mencontohkan, produsen besar seperti Samsung dari Korea Selatan bisa merasa diperlakukan tidak adil jika produk seperti iPhone dari AS bebas masuk tanpa bea, sementara mereka sudah berinvestasi membangun fasilitas produksi lokal.
Menurut Heri, pembebasan bea masuk bukan cuma soal arus perdagangan, tapi juga berisiko memperbesar ketergantungan terhadap produk impor AS, terutama di sektor ICT (information, communication, and technology) seperti hardware dan software.
“Kita sudah terlalu banyak memberi privilese. Kalau ini diteruskan, bisa timbul kecemburuan dari negara-negara lain yang juga punya kepentingan investasi di Indonesia,” jelasnya.
Ia pun menekankan, jika pemerintah memang serius dengan target peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), maka kebijakan ini harus ditinjau ulang.
“Kita sedang dorong TKDN di alat kesehatan, gadget, HP, laptop. Tapi kenapa sekarang malah mau dibebaskan bea masuknya? Ini kontradiktif,” kritiknya.
Lebih lanjut, Heri mengingatkan bahwa negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan bisa saja kecewa jika melihat Indonesia lebih memanjakan produk impor dari AS ketimbang memperkuat mitra yang sudah berinvestasi langsung di dalam negeri.
“Kalau mereka kecewa, terus tarik investasi, yang rugi kita juga. Ke depan bisa berdampak ke banyak sektor,” tutupnya. (Red)
KALBARONLINE.com – Rencana pemerintah untuk membebaskan bea masuk produk asal Amerika Serikat (AS) dinilai bisa berdampak serius terhadap iklim investasi dan industrialisasi di dalam negeri. Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, menyebut kebijakan ini justru mengancam kredibilitas pemerintah di mata investor yang sudah lebih dulu menanamkan modal di Indonesia.
Dalam diskusi publik Indef yang digelar secara daring, Senin (21/7/2025), Heri mengaku tak setuju dengan konsep tarif 0 persen untuk produk-produk dari AS.
“Banyak produk dari AS yang sedang kita upayakan untuk diindustrialisasi, didorong ke hilirisasi. Kalau AS dikasih bebas bea masuk, terus apa kabar investor lain yang udah capek-capek bangun pabrik di sini?” tegas Heri.
Ia mencontohkan, produsen besar seperti Samsung dari Korea Selatan bisa merasa diperlakukan tidak adil jika produk seperti iPhone dari AS bebas masuk tanpa bea, sementara mereka sudah berinvestasi membangun fasilitas produksi lokal.
Menurut Heri, pembebasan bea masuk bukan cuma soal arus perdagangan, tapi juga berisiko memperbesar ketergantungan terhadap produk impor AS, terutama di sektor ICT (information, communication, and technology) seperti hardware dan software.
“Kita sudah terlalu banyak memberi privilese. Kalau ini diteruskan, bisa timbul kecemburuan dari negara-negara lain yang juga punya kepentingan investasi di Indonesia,” jelasnya.
Ia pun menekankan, jika pemerintah memang serius dengan target peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), maka kebijakan ini harus ditinjau ulang.
“Kita sedang dorong TKDN di alat kesehatan, gadget, HP, laptop. Tapi kenapa sekarang malah mau dibebaskan bea masuknya? Ini kontradiktif,” kritiknya.
Lebih lanjut, Heri mengingatkan bahwa negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan bisa saja kecewa jika melihat Indonesia lebih memanjakan produk impor dari AS ketimbang memperkuat mitra yang sudah berinvestasi langsung di dalam negeri.
“Kalau mereka kecewa, terus tarik investasi, yang rugi kita juga. Ke depan bisa berdampak ke banyak sektor,” tutupnya. (Red)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini