Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Sabtu, 26 Juli 2025 |
KALBARONLINE.com – Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap temuan mencengangkan. Sebanyak 212 merek beras diduga melakukan praktik pengoplosan beras, dan hasil investigasi menunjukkan mayoritas tidak sesuai standar mutu.
Investigasi ini dilakukan terhadap 268 sampel beras dari kategori premium dan medium pada periode 6–23 Juni 2025. Fokus pengecekan mencakup kadar air, persentase butir beras utuh (beras kepala), butir patah, dan derajat sosoh (tingkat kebersihan beras dari kulit ari).
Hasilnya? Sebanyak 85,56 persen beras premium dan 88,24 persen beras medium yang diuji tidak memenuhi standar mutu. Fakta ini memicu kemarahan publik, terutama karena beras kategori premium dibeli dengan harga lebih tinggi demi kualitas yang lebih baik.
Pertanyaannya sekarang, kalau sudah terlanjur dikonsumsi, apakah beras oplosan berbahaya untuk kesehatan?
Menurut dr. Aru Ariadno, spesialis penyakit dalam, beras oplosan yang dimaksud umumnya adalah campuran beras kualitas premium dan beras kualitas rendah. Dari sisi medis, sejauh beras yang digunakan masih asli (bukan sintetis atau palsu), maka tidak menimbulkan efek berbahaya atau fatal bagi kesehatan.
“Beras premium bila dimasak bisa bertahan lama, tetapi kalau yang kualitas rendah lebih cepat basi,” jelas Aru, dikutip dari Detik, Sabtu (19/7/2025).
Selain daya tahan masaknya, nilai gizi dari beras oplosan tentu lebih rendah. Kandungan vitamin B1 misalnya, jauh lebih tinggi di beras premium murni dibandingkan beras biasa.
“Sepanjang yang dimasak adalah beras asli—baik oplosan maupun premium—tidak memiliki efek fatal,” tambahnya.
Jangan Tertipu Label Premium
Meski tidak berbahaya secara langsung, tetap penting bagi konsumen untuk waspada terhadap label palsu. Beras oplosan tetap merugikan secara nilai ekonomi dan gizi. Publik diimbau untuk membeli dari sumber terpercaya dan tidak tergiur label "premium" tanpa kejelasan kualitas. (Red)
KALBARONLINE.com – Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap temuan mencengangkan. Sebanyak 212 merek beras diduga melakukan praktik pengoplosan beras, dan hasil investigasi menunjukkan mayoritas tidak sesuai standar mutu.
Investigasi ini dilakukan terhadap 268 sampel beras dari kategori premium dan medium pada periode 6–23 Juni 2025. Fokus pengecekan mencakup kadar air, persentase butir beras utuh (beras kepala), butir patah, dan derajat sosoh (tingkat kebersihan beras dari kulit ari).
Hasilnya? Sebanyak 85,56 persen beras premium dan 88,24 persen beras medium yang diuji tidak memenuhi standar mutu. Fakta ini memicu kemarahan publik, terutama karena beras kategori premium dibeli dengan harga lebih tinggi demi kualitas yang lebih baik.
Pertanyaannya sekarang, kalau sudah terlanjur dikonsumsi, apakah beras oplosan berbahaya untuk kesehatan?
Menurut dr. Aru Ariadno, spesialis penyakit dalam, beras oplosan yang dimaksud umumnya adalah campuran beras kualitas premium dan beras kualitas rendah. Dari sisi medis, sejauh beras yang digunakan masih asli (bukan sintetis atau palsu), maka tidak menimbulkan efek berbahaya atau fatal bagi kesehatan.
“Beras premium bila dimasak bisa bertahan lama, tetapi kalau yang kualitas rendah lebih cepat basi,” jelas Aru, dikutip dari Detik, Sabtu (19/7/2025).
Selain daya tahan masaknya, nilai gizi dari beras oplosan tentu lebih rendah. Kandungan vitamin B1 misalnya, jauh lebih tinggi di beras premium murni dibandingkan beras biasa.
“Sepanjang yang dimasak adalah beras asli—baik oplosan maupun premium—tidak memiliki efek fatal,” tambahnya.
Jangan Tertipu Label Premium
Meski tidak berbahaya secara langsung, tetap penting bagi konsumen untuk waspada terhadap label palsu. Beras oplosan tetap merugikan secara nilai ekonomi dan gizi. Publik diimbau untuk membeli dari sumber terpercaya dan tidak tergiur label "premium" tanpa kejelasan kualitas. (Red)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini