Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 21 Agustus 2025 |
KALBARONLINE.com – Pontianak kembali menjadi pusat perhatian dengan digelarnya Borneo Forum ke-8 pada 21–22 Agustus 2025. Forum yang tahun ini mengangkat tema “Harmonisasi Kemitraan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional dan Tata Kelola Sawit yang Kondusif” menghadirkan ruang dialog antara masyarakat, petani, pengusaha, pemerintah, hingga akademisi.
Selama dua hari, forum ini membahas berbagai isu strategis seputar industri kelapa sawit, mulai dari regulasi, iklim investasi, hingga peran sawit dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Tak hanya seminar, rangkaian acara juga dimeriahkan dengan pameran, pertemuan bisnis, hingga lomba konten kreatif yang membuka ruang bagi generasi muda untuk melihat industri sawit dari perspektif berbeda.
Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Baginda Siagian, menilai forum ini punya peran penting dalam mendorong pembangunan sawit berkelanjutan di Kalimantan.
“Forum ini bisa jadi ruang lahirnya ide-ide baru dan solusi terkait kemitraan antara petani, pengusaha, dan pemerintah. Harapannya, pembangunan kelapa sawit di Kalimantan semakin maju,” ujarnya.
Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Kalbar Bidang Pembangunan dan Ekonomi, Christianus Lumano, mengapresiasi penyelenggaraan forum di Kalimantan Barat.
“Kami menyambut baik Borneo Forum ke-8 ini. Semoga membawa manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat,” katanya.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menegaskan bahwa hasil forum ini akan jadi masukan penting bagi pemerintah pusat maupun daerah. Ia menyoroti persoalan rendahnya capaian program peremajaan sawit rakyat (PSR).
“Target peremajaan sawit rakyat 180 ribu hektare per tahun, tapi realisasi masih jauh, hanya 15–20 ribu hektare. Ini harus jadi perhatian serius,” tegasnya.
Menurut Eddy, keberhasilan program PSR sangat menentukan keberlanjutan industri sawit nasional. “Kita adalah produsen sekaligus konsumen sawit terbesar di dunia. Kalau produktivitas tidak ditingkatkan, kita bisa tertinggal. Dalam visi Indonesia Emas 2045, target kita mencapai 100 juta ton,” tambahnya.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar, Heronimus, juga mengapresiasi forum ini. Menurutnya, Borneo Forum menjadi wadah penting bagi perusahaan sawit, asosiasi petani, hingga UMKM untuk menunjukkan kinerja sekaligus memperkuat sinergi.
“Melalui pameran, petani bisa tampil sejajar dengan perusahaan, menunjukkan perannya dalam pembangunan sawit berkelanjutan,” jelasnya.
Dengan konsep yang inklusif, Borneo Forum ke-8 tidak hanya bicara masa depan industri sawit, tapi juga membuka peluang kolaborasi lintas generasi demi tercapainya ketahanan pangan nasional sekaligus kesejahteraan masyarakat. (Jau)
KALBARONLINE.com – Pontianak kembali menjadi pusat perhatian dengan digelarnya Borneo Forum ke-8 pada 21–22 Agustus 2025. Forum yang tahun ini mengangkat tema “Harmonisasi Kemitraan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional dan Tata Kelola Sawit yang Kondusif” menghadirkan ruang dialog antara masyarakat, petani, pengusaha, pemerintah, hingga akademisi.
Selama dua hari, forum ini membahas berbagai isu strategis seputar industri kelapa sawit, mulai dari regulasi, iklim investasi, hingga peran sawit dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Tak hanya seminar, rangkaian acara juga dimeriahkan dengan pameran, pertemuan bisnis, hingga lomba konten kreatif yang membuka ruang bagi generasi muda untuk melihat industri sawit dari perspektif berbeda.
Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Baginda Siagian, menilai forum ini punya peran penting dalam mendorong pembangunan sawit berkelanjutan di Kalimantan.
“Forum ini bisa jadi ruang lahirnya ide-ide baru dan solusi terkait kemitraan antara petani, pengusaha, dan pemerintah. Harapannya, pembangunan kelapa sawit di Kalimantan semakin maju,” ujarnya.
Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Kalbar Bidang Pembangunan dan Ekonomi, Christianus Lumano, mengapresiasi penyelenggaraan forum di Kalimantan Barat.
“Kami menyambut baik Borneo Forum ke-8 ini. Semoga membawa manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat,” katanya.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menegaskan bahwa hasil forum ini akan jadi masukan penting bagi pemerintah pusat maupun daerah. Ia menyoroti persoalan rendahnya capaian program peremajaan sawit rakyat (PSR).
“Target peremajaan sawit rakyat 180 ribu hektare per tahun, tapi realisasi masih jauh, hanya 15–20 ribu hektare. Ini harus jadi perhatian serius,” tegasnya.
Menurut Eddy, keberhasilan program PSR sangat menentukan keberlanjutan industri sawit nasional. “Kita adalah produsen sekaligus konsumen sawit terbesar di dunia. Kalau produktivitas tidak ditingkatkan, kita bisa tertinggal. Dalam visi Indonesia Emas 2045, target kita mencapai 100 juta ton,” tambahnya.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar, Heronimus, juga mengapresiasi forum ini. Menurutnya, Borneo Forum menjadi wadah penting bagi perusahaan sawit, asosiasi petani, hingga UMKM untuk menunjukkan kinerja sekaligus memperkuat sinergi.
“Melalui pameran, petani bisa tampil sejajar dengan perusahaan, menunjukkan perannya dalam pembangunan sawit berkelanjutan,” jelasnya.
Dengan konsep yang inklusif, Borneo Forum ke-8 tidak hanya bicara masa depan industri sawit, tapi juga membuka peluang kolaborasi lintas generasi demi tercapainya ketahanan pangan nasional sekaligus kesejahteraan masyarakat. (Jau)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini