Shopping cart
Your cart empty!
Terms of use dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Recusandae provident ullam aperiam quo ad non corrupti sit vel quam repellat ipsa quod sed, repellendus adipisci, ducimus ea modi odio assumenda.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Sit amet consectetur adipisicing elit. Sequi, cum esse possimus officiis amet ea voluptatibus libero! Dolorum assumenda esse, deserunt ipsum ad iusto! Praesentium error nobis tenetur at, quis nostrum facere excepturi architecto totam.
Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Inventore, soluta alias eaque modi ipsum sint iusto fugiat vero velit rerum.
Do you agree to our terms? Sign up
|
|
Oleh : Jauhari Fatria |
| Kamis, 21 Agustus 2025 |
KALBARONLINE.com – Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu penyakit menular yang banyak ditemui di masyarakat. Sayangnya, tidak sedikit warga yang masih menganggap TBC sebagai penyakit menakutkan, sulit disembuhkan, bahkan ada yang mengaitkannya dengan kutukan atau hal mistis.
Perawat RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA) Kota Pontianak, Jani Siswanto, menegaskan bahwa TBC adalah penyakit medis yang bisa diobati hingga sembuh total, asalkan penderita menjalani pengobatan dengan tepat dan disiplin.
“TBC bukan kutukan atau aib yang harus ditutupi. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, maupun status sosial. Semakin cepat penderita berobat, semakin besar peluang untuk sembuh,” ujarnya saat memberikan edukasi kesehatan kepada pasien dan pengunjung rumah sakit, Kamis (21/8/2025).
TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyebar ke organ lain seperti tulang, kelenjar getah bening, hingga selaput otak. Penularan terjadi melalui percikan dahak atau ludah ketika penderita batuk, bersin, atau berbicara, terutama di lingkungan padat dengan sirkulasi udara buruk.
Gejala TBC biasanya ditandai dengan batuk yang tak kunjung sembuh lebih dari dua minggu. Penderita juga kerap mengalami keringat berlebih pada malam hari, tubuh terasa lemas, dan berat badan turun drastis tanpa sebab yang jelas. Dalam kondisi tertentu, batuk penderita bisa disertai darah, yang menandakan infeksi sudah cukup serius.
“Sayangnya, gejala ini sering dianggap batuk biasa, sehingga penderita baru ketahuan setelah kondisinya cukup parah,” jelas Jani.
Menurut Jani, pengobatan TBC membutuhkan waktu 6–9 bulan dengan obat anti TBC (OAT) yang harus dikonsumsi rutin sesuai anjuran tenaga kesehatan. Jika pengobatan dihentikan sebelum waktunya, bakteri bisa kebal obat dan jauh lebih sulit diatasi.
Selain disiplin berobat, penderita TBC juga sangat membutuhkan dukungan keluarga dan masyarakat. Mereka tidak boleh dijauhi atau didiskriminasi, justru harus diberikan semangat agar konsisten menjalani pengobatan.
Upaya pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga rumah tetap sehat: sirkulasi udara lancar, cahaya matahari cukup, serta pola hidup bersih dan sehat.
“Dengan pemahaman yang benar, kita bisa bersama-sama memutus rantai penularan. Mari hilangkan stigma, dukung penderita untuk sembuh, dan wujudkan Pontianak bebas TBC,” pungkas Jani. (Jau)
KALBARONLINE.com – Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu penyakit menular yang banyak ditemui di masyarakat. Sayangnya, tidak sedikit warga yang masih menganggap TBC sebagai penyakit menakutkan, sulit disembuhkan, bahkan ada yang mengaitkannya dengan kutukan atau hal mistis.
Perawat RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA) Kota Pontianak, Jani Siswanto, menegaskan bahwa TBC adalah penyakit medis yang bisa diobati hingga sembuh total, asalkan penderita menjalani pengobatan dengan tepat dan disiplin.
“TBC bukan kutukan atau aib yang harus ditutupi. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, maupun status sosial. Semakin cepat penderita berobat, semakin besar peluang untuk sembuh,” ujarnya saat memberikan edukasi kesehatan kepada pasien dan pengunjung rumah sakit, Kamis (21/8/2025).
TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyebar ke organ lain seperti tulang, kelenjar getah bening, hingga selaput otak. Penularan terjadi melalui percikan dahak atau ludah ketika penderita batuk, bersin, atau berbicara, terutama di lingkungan padat dengan sirkulasi udara buruk.
Gejala TBC biasanya ditandai dengan batuk yang tak kunjung sembuh lebih dari dua minggu. Penderita juga kerap mengalami keringat berlebih pada malam hari, tubuh terasa lemas, dan berat badan turun drastis tanpa sebab yang jelas. Dalam kondisi tertentu, batuk penderita bisa disertai darah, yang menandakan infeksi sudah cukup serius.
“Sayangnya, gejala ini sering dianggap batuk biasa, sehingga penderita baru ketahuan setelah kondisinya cukup parah,” jelas Jani.
Menurut Jani, pengobatan TBC membutuhkan waktu 6–9 bulan dengan obat anti TBC (OAT) yang harus dikonsumsi rutin sesuai anjuran tenaga kesehatan. Jika pengobatan dihentikan sebelum waktunya, bakteri bisa kebal obat dan jauh lebih sulit diatasi.
Selain disiplin berobat, penderita TBC juga sangat membutuhkan dukungan keluarga dan masyarakat. Mereka tidak boleh dijauhi atau didiskriminasi, justru harus diberikan semangat agar konsisten menjalani pengobatan.
Upaya pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga rumah tetap sehat: sirkulasi udara lancar, cahaya matahari cukup, serta pola hidup bersih dan sehat.
“Dengan pemahaman yang benar, kita bisa bersama-sama memutus rantai penularan. Mari hilangkan stigma, dukung penderita untuk sembuh, dan wujudkan Pontianak bebas TBC,” pungkas Jani. (Jau)
Bayar Sekarang, Tahu Lebih Banyak
Masukkan nomor WhatsApp Anda untuk mendapatkan akses penuh ke berita premium ini