Pontianak    

Soal Rencana Batasi Game Online, Pengamat Sosial di Pontianak: Harus Dikaji Lebih Dalam

Oleh : adminkalbaronline
Selasa, 18 November 2025
WhatsApp Icon
Ukuran Font
Kecil Besar

KALBARONLINE.com - Presiden Prabowo Subianto berencana membatasi sejumlah game online seperti PUBG, menyusul munculnya insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta.

Menurutnya, game online yang mengandung unsur senjata dinilai memiliki pengaruh besar dalam pola perilaku generasi muda saat ini.

Menanggapi hal tersebut, pengamat sosial sekaligus Doktor Sosiologi Universitas Tanjungpura, Viza Juliansyah menyampaikan, bahwa kejadian di SMAN 72 Jakarta terjadi dengan banyak faktor penyebab, tidak hanya karena pengaruh game online.

"Kita tentu harus melihat dulu bahwa kasus ini variabelnya bukan satu, bukan game online sebagai satu-satunya variabel. Ada variabel lain seperti pem-bully-an. Ada variabel lain seperti pengawasan dari sekolah. Ada variabel lain seperti orang tua," ujarnya saat diwawancarai pada Kamis (13/11/2025).

Viza menyetujui, bahwa bahwa game online tentu memiliki pengaruh terhadap pola perilaku para penggunanya.

"Secara umum saya setuju bahwa apa yang kita lihat, apa kita dengar, apa kita lakukan, itu berpengaruh besar terhadap perilaku kita. Artinya game online jelas berpengaruh terhadap perilaku," jelasnya.

Menurutnya rencana pembatasan game online merupakan langkah yang tepat diambil pemerintah untuk mencegah dampak negatif dari game online.

"Saya setuju dengan rencana pembatasan game online, tapi dengan catatan nggak bisa cuma perlu ada pencatatan pembatasan karena itu nggak bisa cuma jadi satu-satunya cara yang kita lakukan karena akar masalahnya belum terselesaikan. Yang kedua, itu mungkin perlu dipikirkan mekanismenya," katanya.

Kendati demikian, Viza mengatakan, bahwa sebelum melakukan pembatasan, pemerintah juga perlu menyelesaikan akar permasalahan dari tindak kekerasan seperti mengetahui penyebab masalah tersebut mulai dari bullying, pengawasan orang tua hingga tenaga pengajar.

Selain itu, mekanisme pembatasan game online tersebut juga harus dipikirkan, karena saat ini sangat sulit memisahkan masyarakat dari ketergantungan akan akses internet.

"Pembatasan seperti apa yang bisa kita lakukan? Apakah kemudian pembatasan itu kemudian total kita tutup akses terhadap PUBG? Apakah masalahnya cuma PUBG? ini juga akan sulit pada tahap implementasinya," tambahnya.

Viza juga menilai, bahwa pengawasan yang efektif juga harus dilakukan dari sekolah, sehingga akar masalahnya dapat terselesaikan.

"Mungkin yang sebenarnya perlu kita perhatikan lebih jauh adalah sekolah, orang tua, dan kasus bullying ini. Kita harus sadar benar bahwa ini bullying terjadi. Sekolah dan orang tua harus mampu mencegah hal itu. Harus mampu mencegah itu. Jadi mungkin yang perlu kita perhatikan adalah pembinaan secara signifikan," pungkasnya. (Lid)

Artikel Selanjutnya
PLN UPT Banjarbaru Rayakan Hari Pahlawan dengan Dukung Kegiatan Lansia di Desa Inklusi Biih
Selasa, 18 November 2025
Artikel Sebelumnya
Bank Kalbar Berkilau di Panggung Nasional: Raih Penghargaan Bergengsi IARA 2025
Selasa, 18 November 2025

Berita terkait